Gus Shabir merasa sangat bahagia saat ayah Anin datang dengan ajakan ta'aruf sebab dia dan Anin sudah sama-sama saling menyukai dalam diam. Sebagai tradisi keluarga di mana keluarga mempelai tidak boleh bertemu, Gus Shabir harus menerima saat mempelai wanita yang dimaksud bukanlah Anin, melainkan Hana yang merupakan adik dari ayah Anin.
Anin sendiri tidak bisa berbuat banyak saat ia melihat pria yang dia cintai kini mengucap akad dengan wanita lain. Dia merasa terluka, tetapi berusaha menutupi semuanya dalam diam.
Merasa bahwa Gus Shabir dan Anin berbeda, Hana akhirnya mengetahui bahwa Gus Shabir dan Anin saling mencintai.
Lantas siapakah yang akan mengalah nanti, sedangkan keduanya adalah wanita dengan akhlak dan sikap yang baik?
"Aku ikhlaskan Gus Shabir menjadi suamimu. Akan kuminta kepada Allah agar menutup perasaanku padanya."~ Anin
"Seberapa kuat aku berdoa kepada langit untuk melunakkan hati suamiku ... jika bukan doaku yang menjadi pemenangnya, aku bisa apa, Anin?"~Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Tiga Puluh Lima
Abi menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah salat Zuhur dan makan siang, mereka melanjutkan perjalanan untuk ke rumah Ghibran. Sebelumnya Umi Gus Shabir itu singgah di supermarket membeli berbagai macam buahan dan makanan untuk menantu mereka.
Abi dan Umi memang sangat menyayangi Hana sebagai menantunya. Dia tak tahu jika putranya dan Hana sering selisih paham. Yang mereka lihat suami istriku selalu bahagia.
Setelah dari supermarket, mereka langsung meluncur ke rumah kediaman Ghibran. Hana yang baru selesai salat dan makan siang masuk ke kamar. Membaringkan tubuhnya.
Saat kedua orang tua Gus Shabir datang, Aisha yang membukakan pintu. Wanita itu cukup terkejut melihat kehadiran kedua mertua Hana itu. Dia berpikir mereka telah mengetahui masalah keduanya.
"Silakan masuk Abi, Umi ...." Aisha mempersilakan keduanya masuk dan duduk.
Setelah keduanya duduk, Aisha pamit sebentar untuk membuatkan air. Dia kembali dengan tiga gelas teh hangat dan sepiring kue.
"Jadi merepotkan nak Aisha," ucap Umi.
"Tak ada yang merasa direpotkan, Umi. Hanya teh hangat saja. Silakan Abi, Umi, di minum dan dicicipi kuenya," kata Aisha.
Abi dan Umi meneguk beberapa kali air teh itu dan meletakan kembali. Umi kembali tersenyum. Dia memandangi ke sekeliling rumah Aisha, tapi tak melihat keberadaan menantunya. Aisha yang mengerti dengan pandangan Umi lalu bertanya.
"Umi mau bertemu Hana?" tanya Aisha dengan lembutnya.
"Iya, Hana nya ada?" Umi balik bertanya.
"Ada, Umi. Mungkin sedang tidur. Aku bangunkan dulu," ucap Aisha. Dia berdiri dari duduknya.
"Nak Aisha, apa boleh Umi ikut masuk ke kamar. Biar Umi yang bangunkan. Mungkin Hana lelah. Jadi Umi bicara di dalam kamar saja," ucap Umi meminta izin.
"Tentu saja boleh, Umi."
Umi pamit dengan Abi untuk ikut Aisha membangunkan Hana. Keduanya berjalan menuju ke kamar wanita itu. Setelah beberapa Aisha mengetuk tapi tak ada sahutan, Umi melarang mengetuk lagi. Takut membangunkan menantunya.
"Jangan diketuk lagi, Aisha. Coba buka saja kalau tak di kunci. Kalau di kunci, kita tunggu saja. Barangkali baru tidur. Nanti mengganggu jam tidur siangnya," ucap Umi.
Aisha terharu mendengar ucapan Umi. Dia bahagia karena Hana memiliki mertua yang sangat menyayanginya. Dalam hati wanita itu, Hana sangatlah beruntung karena memiliki mertua yang sangat menyayangi dirinya. Seandainya Hana tahu perjuangan Aisha dengan Ibu Nur, pasti dia akan bersyukur karena telah dikarunia mertua seperti Abi dan Umi.
Aisha mencoba membuka pintu kamar. Ternyata memang tak terkunci. Keduanya masuk dengan berjalan perlahan. Umi duduk di tepi ranjang dan membelai rambut menantunya. Sentuhan itu membuat Hana terbangun dan membuka matanya.
Saat melihat wajah Umi, Hana mengira itu mimpi. Dia mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan semua mimpi apa nyata. Hal itu membuat Umi tersenyum.
"Umi mengganggu tidurmu, ya?" tanya Umi merasa tak enak hati.
Mendengar suara Umi, Hana menyadari semua bukan mimpi. Dia lalu bangun dan duduk bersandar kepala ranjang.
"Maaf, Umi. Aku kira mimpi," ucap Hana jujur. Dia lalu menyalami dan mencium tangan ibu mertuanya.
Aisha memilih duduk di sofa yang ada di kamar itu. Membiarkan Hana dan mertuanya bicara.
"Umi, sekali lagi maaf. Aku tak tahu Umi datang."
"Kenapa harus kamu yang minta maaf. Umi yang harusnya minta maaf karena menggangu waktu tidurmu."
"Tak apa, Umi. Entah kenapa mataku sangat mengantuk tadi. Langsung tertidur saja saat membaringkan tubuh," balas Hana.
Tadi Hana awalnya memang hanya ingin membaringkan tubuh sambil melihat-lihat foto dirinya dan Gus Shabir. Sebenarnya dia sudah merindukan suaminya itu.
"Umi datang dengan siapa?" tanya Hana.
"Dengan Abi. Abi duduk di luar."
"Sebaiknya kita mengobrol di luar saja, Umi. Kasihan Abi di tinggal sendiri," balas Hana.
Hana mengajak mertuanya keluar dari kamar. Diikuti Aisha. Wanita itu pamit untuk mengerjakan tugas rumah lainnya. Sengaja membiarkan mereka bertiga mengobrol.
Abi dan Umi bertanya kabar Hana. Tak lupa menanyakan kehamilan menantunya itu. Umi lalu menyerahkan semua buah dan kue yang dia bawa. Hana jadi terharu dan mencoba menahan air matanya. Selain Ghibran dan Aisha, kedua mertuanya orang yang mau menerima dia apa adanya.
Dalam hatinya merasa bersalah karena selama ini kurang bersyukur dan bersabar. Apa lagi dia baru mendengar kemarin dari abangnya Ghibran, bagaimana perjalanan hidup Aisha. Lebih menyedihkan dari dirinya. Jika dia masih memiliki keluarga abangnya, kakak iparnya itu bahkan harus hidup seorang diri menghadapi kerasnya kehidupan.
Hana merasa bersyukur, Ghibran dan Aisha tidak pernah mengatakan siapa dia sebenarnya. Yang keluarga Gus Shabir tahu, Hana adalah adiknya Ghibran. Pria itu juga sudah mewanti keluarga lainnya untuk tak mengatakan siapa ibu Hana sebenarnya. Jika suatu saat Gus Shabir atau keluarganya tahu dan bertanya, barulah dia mengatakan kejujurannya.
"Hana, apa benar kamu menginap di sini hanya karena sedang hamil muda atau antara kamu dan Gus Shabir sedang ada masalah?" tanya Umi.
Umi sebenarnya agak merasa janggal melihat menantunya yang menginap hingga satu minggu lamanya dan meninggalkan suami. Hal itu sepertinya tak pantas jika tak ada sesuatu.
"Memangnya Mas Shabir mengatakan apa tentang aku menginap di sini, Umi?" Bukannya menjawab pertanyaan Umi, Hana justru balik bertanya.
"Shabir tak ada bicara apa-apa. Dia hanya mengatakan jika kamu menginap karena sedang hamil muda. Tapi Umi merasa ada yang aneh. Kenapa kamu menginap begitu lama hanya karena sedang hamil?" tanya Umi lagi.
Abi hanya mendengar tanpa ingin ikut campur. Jika ada yang harus ditanggapi barulah dia akan bicara.
Hana tak jadi mengatakan masalahnya, karena suaminya itu juga belum jujur dengan kedua orang tuanya. Dia takut mertuanya jadi terkejut dan syok.
"Antara aku dan Mas Shabir hanya ada sedikit salah paham, tapi Abi dan Umi tak perlu kuatir. Aku dan Mas Shabir pasti bisa menyelesaikan. Setiap manusia itu pasti tak luput dari masalah."
"Apa Shabir menyakiti kamu? Dia melukai kamu?" tanya Umi kuatir.
"Kamu jangan takut, Hana. Katakan saja apa yang Shabir lakukan. Jika memang dia melakukan kesalahan, kami yang akan menegurnya. Sebagai orang tuanya kami merasa bertanggung jawab jika anak kami melakukan sesuatu yang salah," ucap Abi.
Hana menarik napas berat. Masih berpikir, apakah ini saatnya dia mengatakan semuanya? Apakah nanti tak membuat kedua orang tua Shabir syok dan terkejut dengan kenyataan yang ada?
...----------------...
kurang slg memahami
gk da manusia yg sempurna
tp cinta yg menyempurnakan.
bukan cr siapa yg salah di sini
tp jln keluar bgaimna mmpertahankan pernikahan itu sendiri.
Coba lebih memahami dari bab" sebleumnya , Anin bilang kalau kasih sayang aisha trhdp Anin dan Hana itu sama ,jika Anin dibelikan mainan maka Hana pun turut dibelikan.memang dalam hal materi oleh Gibran dan Aisha mereka tidak membedakan ,tetapi dalam hal kasih sayang mereka tetap membedakan ,bahkan Syifa juga pernah bilang kalau dia lebih sayang Anin drpda Hana .Nah poiinnya adalah kenapa Hana bersikap seperti itu terhadap Anin ,karena dia belum pernah merasakan kasih sayang yang begitu besar dari orang terdekatnya .Jadi wajar saja semenjak dia menikah dia mempertahankan suaminya karena hanya dia yang memiliki ikatan paling dekat dengan Hana . Hana hanya ingin ada seseorang yang mencintai ,menyayanginya dengan besarnya ,maka dari itu dia mepertahnkan suaminya .
Hana memiliki trauma akan dkucilkan oleh orang" disekitarnya .
yang melamar kan Hana duluan 😃