Gadis suci harus ternoda karena suatu keadaan yang membuat dia rela melakukan hal tersebut. Dia butuh dukungan dan perhatian orang sekitarnya sehingga melakukan hal diluar batas.
Penasaran dengan ceritanya, simak dan baca novel Hani_Hany, dukung terus yaa jangan lupa like! ♡♡♡♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Flashback On
"Diana, kamu dimana?" Zain menelfon pada Diana saat dia sedang membantu tantenya membuat kue bolu.
"Tumben dia menelfonku." batin Diana sambil mendengarkan pertanyaan Zain. "Iya, aku di rumah tante. Ada apa Zain?" ucapnya terbata. Tidak biasanya Zain menghubunginya, Diana menyimpan nomor telfon Zain karena Diana mendapatkan di whatsapp grup.
"Bisa kita ketemu? Nanti sore di cafe Enzym." ajaknya. Diana berpikir, apa yang akan dibahas Zain jika hanya berdua?
"Sama siapa?" tanya Diana pura² gak paham.
"Kamu dan aku, bisa kan?" tanyanya tapi memaksa.
"Iya. Nanti aku usahakan Zain." jawab Diana lalu menutup panggilan Zain. Diana duduk dikursi, dia memegangi jantungnya yang berdetak kencang. Dia khawatir dengan masa lalunya yang terkuak. Cukup lama dia terdiam, dia bangkit mengambil air minum dilemari pendingan.
"Tan, aku ke kamar dulu ya! Sudah selesai kan tan?" tanya Diana ramah sambil berpamitan.
"Sudah selesai kok. Kamu kenapa Na?" tanya tante, karena terjadi perubahan sikap setelah menerima panggilan tadi, pikir sang tante.
"Aku gak apa tan. Permisi." jawab Diana sambil tersenyum kemudian meninggalkan dapur.
Sore hari Diana menemui Zain di Cafe Enzym berdua. Diana duluan tiba, kemudian mencari tempat duduk sambil menunggu Zain.
"Dimana dia?" batinnya sambil melihat ke kanan-kiri sempat ada Zain datang. Mau tidak mau Diana harus memberi pesan kepada Zain jika dia sudah tiba.
"Zain, aku sudah di Cafe nih. Kamu dimana?" tantanya melalui Chat.
"Share dulu." balasnya. Setelah Diana mengirimkan titik lokasi, selang 10 menit Zain sudah tiba.
"Maaf lambat." sapa Zain ramah lalu duduk. "Sudah pesan?" Diana hanya menggeleng saja. "Pesan lah. Mb." panggilnya, lalu waitersnya datang.
"Mb, aku pesan Cappucino 1, kamu apa?" tanya Zain pada Diana sambil menatap Diana intens.
"Aku mau jus jeruk saja Mb." ucapnya sambil tersenyum menatap Mb waitersnya. Diana merasa Zain menatapnya. Ada apa ya? Pikirnya.
"Diana, aku mau minta tolong padamu. Tolong jadilah pacarku Diana." Zain menjeda ucapannya sambil melihat Diana untuk melihat reaksinya. "Tapi pacar bohongan saja, karena aku ingin membuat Hana cemburu." imbuhnya.
"Maksud kamu? Hana itu sudah ada suaminya Zain, jangan macam-macam deh!" tegur Diana kesal sambil memalingkan wajahnya.
"Kenapa kamu yang kesal? Kamu mau gak? Kalau gak nanti aku beberkan aibmu." ancamnya to the point.
"Kenapa? Kamu mau semua orang tau masa lalu ku Zain." bisiknya penuh penekanan, dadanya bergemuruh menahan amarah.
"Gak usah emosi gitu Diana. Nanti aku bayar deh!" ujar Zain enteng. Dulu Zain pernah suka sama Diana, tetapi setelah kasusnya Diana sama ayahnya maka Zain merasa ilfeel.
Waiters datang dengan nampan berisi minuman pesanan Diana dan Zain.
"Silahkan Mas, Mb." ucapnya ramah seraya meletakkan gelas dihadapan Diana dan Zain.
"Makasih Mb." jawab Diana sambil tersenyum.
"Jadi gimana? Mau gak?" tanya Zain lagi sambil minum Cappucinonya.
"Berapa bayarannya?" tanya Diana serius, kebetulan uangnya sudah tidak sebanyak dulu apalagi banyak kebutuhan saat ini untuk penelitian, bensin sehari², makan, dan kebutuhan lainnya.
"Nah kan akhirnya mau juga." ledek Zain. "Satu juta cukup?" tanyanya sambil melirik Diana.
"Ya. Jadi apa yang harus ku lakukan?" tanya Diana penasaran.
"Selesaikan minumnya baru kita pergi." ajak Zain kemudian minum minumannya baru melangkah meninggalkan cafe. Diana mengekor di belakang Zain hingga di parkiran. "Sini tangan kamu! Ayo kita foto." ucap Zain sambil memegang ponselnya yang bersiap memotret kedua tangan dia dan Diana.
"Begitu saja kan?" tanya Diana lagi setelah menarik kembali tangannya setelah di foto. "Aneh!" batin Diana.
"Iya. Nanti kalau aku perlu sesuatu baru ku kabari kamu lagi." ucap Zain sambil fokus pada ponselnya. "Nomor rekeningmu." ucap Zain melirik Diana yang terlihat tersenyum.
"Ini." jawabnya sambil menyodorkan ponselnya kepada Zain. Usai dikirim uangnya Diana pamit pulang. "Aku pamit duluan ya. Terima kasih Zain." ujarnya bahagia lalu melajukan motornya dengan kecepatan sedang. "Alhamdulillah dapat rezeki, semoga Hana gak marah! Tapi kan Hana gak ada hubungan apa pun dengan Zain." gumamnya bahagia, uang 1 juta masuk rekening pikirnya.
Satu pekan kemudian Zain menghubungi Diana kembali untuk diajak ketemu.
"Diana, ketemu yuk!" ajak Zain melalui chat.
"Dimana?" tanyanya senang, meski Diana sibuk dengan Tesisnya tapi dia selalu meluangkan waktu jika Zain mengajak bertemu.
"Di Icon. Ku jemput ya?" tanya Zain.
"Gak usah, kita ketemu disana saja!" balas Diana. "Zain gak boleh kesini sekarang, di rumah gak ada orang nanti malah jadi fitnah. Apalagi disini tetangga suka gosip." gumamnya pelan sambil bersiap² ke cafe Icon. Tidak ada balasan dari Zain, tetapi Diana tetap berangkat dengan semangat.
"Mana Diana?" gumamnya pelan sambil celingukan. "Itu dia." batinnya lalu berdiri menyambut Diana. "Kamu lama!" ujarnya.
"Ya kan naik motor Zain, emang langsung jurus menghilang?" tanyanya kesal lalu duduk di kursi sebrang meja dari Zain. "Aku mau makan, traktir ya?" tanya Diana.
"Ya, aku juga lapar." jawab Zain mengambil ponselnya disaku celana. "Kenapa jadi jantungan aku!" batinnya menatap ponselnya.
"Mau pesan apa Zain?" tanya Diana menatap Zain, mereka makin sering komunikasi melalui chat.
"Sembarang, sama kan saja dengan pesanan kamu." jawabnya santai padahal Zain berusaha keras menutupi kegugupannya. "Dia makin cantik saja." batin Zain dengan menunduk.
Diana sibuk memesan makanan dan minuman, Zain malah sibuk dengan perasaannya sendiri. Hingga hari-hari berlalu mereka sering jalan bareng sehingga jadian beneran bukan karena dibayar atau setingan.
Flashback Off
***
Tepat bulan Februari 2019 Diana Wisuda Magister di IAIN Palopo. Saat Diana ketemu Hana, Diana mengajak Hana menuju stand foto lalu berfoto bersama. Tidak berselang lama Ni'mah muncul kemudian foto bertiga.
"Ke rumah yuk?" ajak Diana. Hana memandang suaminya minta persetujuan. Suami Hana hanya mengangguk mengiyakan ajakan teman isterinya itu.
"Ok deh." jawab Hana singkat. "Selamat ya. ini kado buat kamu dan ini buat Ni'mah." ucap Hana seraya menyodorkan paper bag kepada kedua sahabatnya.
"Makasih Hana." ucap mereka kompak lalu memeluk Hana. "Hana besok saja ke rumah aku ya, karena hari ini ke rumah Diana dulu." ucap Ni'mah menjelaskan.
"Ayo ke rumah aku." ajak Diana lalu mereka kesana sama² naik motor dan mobil masing². "Hana ajak kak Zain." ucap Diana sambil berbisik.
"Kamu saja." ucap Hana sambil melirik suaminya.
"Ok deh." jawab Diana singkat. Lalu Hana dan Diana naik mobil sedangkan Hasyim naik motor sendiri.
"Kalian jadian ya?" tanya Hana. Semenjak menikah Hana suka membahas tentang pernikahan, dilarang pacaran, dan lainnya.
"Gak kok. Kan dia teman kelas kita. Eh, ajak juga Ana. Kamu ingat Hana?" tanya Diana mengalihkan pembicaraan. Hana, Diana dan Ni'mah duduk dikursi penumpang bertiga, ada orang tua Diana, Dina sang adik, dan kakak sepupunya juga.
"Iya aku ingat. Dia sudah selesai belum ya?" tanya Hana pada Diana tapi dia malah sibuk main ponselnya. "Kamu ini fokus banget sih!" tanya Hana menyenggol lengan Diana.
"Kamu bikin kaget saja. Ada apa?" tanya Diana grogi karena dia sedang berbalas pesan dengan Zain.
"Gak ada kok. Kamu kenapa Diana?" tanya Hana heran. "Kamu sakit?" tanya Hana lagi.
"Gak kok. Ayo ke rumah aku!" ajak Diana mengalihkan pembicaraan. Mereka sudah sampai lalu turun dari mobil.
"Diana aneh." gumam Ni'mah pelan, meski dia diam tapi menyimak percakapan Hana dan Diana. "Kamu ngerasa gak sih?" tanyanya lagi.
"Iya. Makanya aku tanya². Berapa kali ditanya selalu mengalihkan pembicaraan." gerutu Hana kesal. "Kamu tau ada apa?" tanya Hana mengintrogasi. Ni'mah hanya menggeleng saja.
"Hana lebih galak dan lebih seram daripada pengujiku." batin Ni'mah. "Tatapannya tajam kayak mau dikuliti akunya." batinnya lagi sambil begidik ngeri. "Ada apa sih dengan Diana? Dia gak pernah cerita² juga!" gerutu Ni'mah lagi. Kemudian dia menyusul Hana yang sudah masuk dalam rumah Diana.
"Alhamdulillah. Terima kasih sudah hadir disini untuk memberikan ucapan selamat kepada putri kami Diana Lestari. Terkhusus kepada sahabatnya bernama Hana dan Ni'mah, semoga persahabatan mereka langgeng hingga anak cucunya. Aamiin. Silahkan dinikmati hidangan kami apa adanya. Terima kasih." sambutan dari ayah Diana bernama Sidiq Ibrahim.
Usai sambutan mereka makan dengan khidmat, ada daging ayam, sapi, ikan bakar, dan sayur sop. Buah juga ada semangka, pepaya, dan apel.
"AlhamduLillah mungkin Diana lagi banyak rezeki." batin Hana. "Ini rumah siapa ya yang ditempati Diana? Nanti aku tanya Ni'mah deh." batin Hana penasaran pasalnya Diana tinggal dirumah tantenya tapi ini kok beda.