dayn seorang anak SMA intorvert yang memiliki pandangan hidup sendiri itu lebih baik daripada berinteraksi dengan orang lain, tapi suatu hari pandangan hidupnya berubah semenjak bertemu dengan seorang gadis yang juga bersekolah di sekolah yang sama, dan disinilah awal mula ceritanya dayn merubah pandangan hidupnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamdi Kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perasaan yang semakin membingungkan
Bel pulang berbunyi, tapi aku masih duduk di kelas, menatap kosong ke arah buku catatan yang terbuka di depanku. Obrolan tadi siang di belakang sekolah terus terngiang di kepalaku. Rasanya canggung, seolah ada dinding tak terlihat yang mulai memisahkan aku, Rika, dan Meira.
Meira muncul di pintu kelas, membawa beberapa berkas. Aku tahu dia anggota OSIS, jadi nggak heran kalau dia sering keluar-masuk kelas dengan urusan yang nggak ada habisnya. Tapi kali ini, dia berhenti di dekat mejaku.
“Dayn, masih sibuk?” tanyanya dengan nada ramah.
Aku menggeleng pelan. “Nggak. Kenapa?”
Meira duduk di kursi kosong di sebelahku, sambil mengatur dokumen-dokumennya. “Tadi siang, suasananya agak aneh, ya? Aku cuma pengen pastiin kamu nggak merasa terganggu.”
Aku menghela napas. “Nggak apa-apa. Cuma… rasanya aneh aja.”
“Aneh gimana?” Meira menatapku, jelas ingin tahu lebih banyak.
Aku ragu sejenak sebelum menjawab. “Rika kelihatan nggak seperti biasanya. Dia biasanya santai, tapi tadi… aku nggak tahu.”
Meira tersenyum tipis. “Mungkin dia merasa nggak nyaman. Aku juga agak merasakannya, sih. Tapi, aku nggak bermaksud bikin dia kesal. Aku cuma mau ngobrol soal anime sama kamu.”
Aku hanya mengangguk, tapi sebelum sempat berkata apa-apa lagi, suara langkah mendekat terdengar. Aku menoleh dan melihat Rika berdiri di ambang pintu, menatap ke arah kami dengan ekspresi sulit ditebak.
“Oh, masih di sini,” katanya sambil melangkah masuk. “Dayn, nggak langsung pulang?”
Aku menggeleng. “Belum.”
Rika berjalan mendekat, lalu menatap Meira. “Ada urusan lain di sini, Meira?” tanyanya dengan nada yang terdengar sopan, tapi aku bisa merasakan ketegangan di antara mereka.
Meira berdiri, membawa dokumen-dokumennya. “Nggak, aku cuma mampir sebentar. Aku pergi dulu, ya. Sampai besok, Dayn.”
Setelah Meira pergi, Rika duduk di kursi yang tadi diduduki Meira. Dia menatapku dengan ekspresi serius, lalu berkata pelan, “Dayn, aku nggak suka lihat kamu terlalu sering sama Meira.”
Aku mengerutkan kening, bingung. “Kenapa?”
Rika terdiam, seolah berusaha mencari jawaban, tapi akhirnya dia hanya menggeleng pelan. “Aku juga nggak tahu… tapi setiap kali lihat kalian berdua akrab, aku jadi gelisah. Rasanya nggak bisa tenang.”
Aku menatapnya, masih bingung dengan apa yang dia katakan. “Gelisah kenapa?”
Rika memalingkan wajahnya, menghindari tatapanku. “Aku nggak tahu, Dayn. Aku nggak ngerti kenapa aku merasa kayak gini. Tapi setiap kali lihat kamu ngobrol sama Meira, aku jadi… kesel.”
Aku terdiam. Rika terlihat bingung dengan perasaannya sendiri, dan aku nggak tahu harus berkata apa.
“Dayn, bisa nggak… kamu agak jauhi Meira?” tanyanya pelan, hampir seperti bisikan.
Permintaannya membuatku terkejut. “Tapi kenapa?”
Rika menunduk, kedua tangannya menggenggam rok seragamnya erat-erat. “Aku cuma nggak mau kamu terlalu dekat sama dia. Itu aja.”
Dia berdiri, tapi sebelum melangkah pergi, dia tiba-tiba berbalik, wajahnya tampak sedikit gelisah. “Eh… maaf, ya, Dayn. Permintaanku tadi aneh banget, ya? Harusnya aku senang kalau kamu punya teman baru.”
Nada suaranya terdengar gugup, dan aku bisa melihat dia mencoba tersenyum, tapi senyumnya tampak dipaksakan. “Aku nggak tahu kenapa, tapi lihat kamu akrab sama Meira bikin aku… ya, aneh aja. Maaf.”
Aku hanya bisa menatapnya dengan bingung saat dia pergi dengan langkah cepat, meninggalkan aku yang masih berusaha mencerna semuanya. Kata-katanya terus terngiang di pikiranku. Rika yang biasanya tenang dan penuh percaya diri, sekarang terlihat ragu dan bingung dengan perasaannya sendiri.
Aku menatap ke arah pintu yang sudah kosong, merasa bahwa hubungan kami bertiga semakin rumit. Dan jujur saja, aku tidak tahu harus melakukan apa.
Episode 10 Bersambung....