Ayana Amalia seorang gadis berusia 19 tahun yang masih kuliah rela mengorbankan rahimnya untuk mengandung dan menjadi ibu surogasi anak dari seorang pasangan kaya raya untuk menebus hutang keluarganya dan mengobati penyakit ibunya,
namun kesalahan datang Proses ibu surogasinya gagal Ayana malah terikat cinta dengan tuannya hingga mengandung anak tuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nenahh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ice cream
Pagi hari telah tiba, matahari terbit bagaimana semestinya langit yang gelap kini berubah menjadi biru cerah menerangi muka bumi ini.
Ayana bangun pagi sekali bergegas ke arah dapur berharap dia bisa mengeluarkan sedikit tenaganya untuk membantu mempersiapkan sarapan.
"Pagi Bu Asih?" sapa Ayana yang memang sudah akrab dengan Ayana, "ada yang bisa aku bantu ga?"
"aduh non kenapa ke dapur, ini bukan tugas non, duduk aja disini." sambil menarik tangan Ayana menuju meja makan" duduk yang manis ya sambil nunggu sarapan siap".
"Bu tapi aku mau makan bareng Bu Asih, aku rindu makan bareng ibuku." rengek Ayana.
"Baiklah, tapi nanti tuan makan sendiri di meja makan"
"Gapapa Bu, pokonya aku mau makan bareng Bu Asih."
"Yaudah kita makan di taman samping aja yu."
"Horeeee," Ayana bertepuk tangan kecil.
asisten rumah tangga itu pun melangkah ke taman samping di ikuti langkah Ayana di sebuah gazebo besar telah tersaji dua porsi nasi goreng dengan sambal dan lalapan sesuai request Ayana.
disisi lain Ilham selesai bersiap menuju meja makan sambil dua bola matanya mencari seseorang .
di mana gadis itu, apa dia belum turun. Gumamnya dalam hati.
"dimana Ayana" tanya Ilham kepada seorang ART yang lain.
"Nona sedang makan di halaman samping dengan Bu Asih tuan."
Dia mengamati gadis itu lewat pintu kaca, lagi-lagi Ilham dibuat takjub dengan tingkah Ayana.
kenapa aku baru sadar, bahkan Marta tidak pernah se ramah ini dengan para asisten rumah tangga.
Ilham berjalan menghampiri Ayana dengan membawa satu piring nasi goreng.
"eh tuan maaf saya akan makan dirumah belakang saja." Bu Asih terkejut melihat tuannya sudah berada di hadapannya.
"sudah gapapa Bu, kita sarapan bareng di sini" ucap Ilham Tersenyum
Akhirnya mereka bertiga sarapan bersama dengan pemandangan air terjun kecil dihiasi ikan-ikan dibawah air terjun dan ada beberapa kura-kura.
Aduuuuh, mimpi apa aku semalam bisa sarapan bersama dengan tuan, semenjak non Ayana hadir dirumah ini tuan banyak berubah.
Bu Asih tak henti-hentinya tersenyum karna dibuat aneh oleh majikannya hari ini. Ilham yang menyadari hal itu bertanya spontan.
"Ada apa Bu"
"hehe ngga tuan, seneng aja bisa makan bareng sama tuan."
"Lebay, banget sih Bu."
Tidak selang lama mereka sudah selesai sarapan
Bu Asih pun segera merapikan bekas makan dan bergegas ke dapur meninggalkan dua makhluk ibarat sepasang kekasih.
"Ada tugas kampus ga hari ini." tanya Ilham.
"ga ada mas, aku sudah kerjakan semalam." jawab Ayana sambil menatap air terjun.
Ayana tidak berani menatap mata Ilham sejak kemarin dia pergi bersama, karna saat itu hatinya sudah berdegup kencang ketika didekat Ilham.
Seorang gadis polos yang belum pernah memiliki perasaan kepada seorang pria, kini hatinya sudah mulai tersentuh oleh Ilham, Entah perasaan apa yang dia miliki, dia tidak ingin sampai jatuh hati lebih jauh kepada Ilham.
"Mau ga jalan lagi" tanya Ilham.
Gila ya kau ilham, kenapa ketagihan jalan sama gadis ini, kau sudah bersiap ke kantor, ingat perasaan Marta. Seolah fikiran benarnya memberi saran.
Aaaah sudahlah masalah kerjaan gampang, toh kapan lagi bisa jalan sama Ayana kalau ada Marta, fikiran buruknya pun menjawab.
"Ga usah deh mas, aku gak enak sama mbak Marta."
"nggak ko, Marta yang suruh ajak kamu jalan agar kamu happy."
"Serius mas, oke deh, tapi sebentar aja ya." jawab Ayana kegirangan.
"aku tunggu di mobil ya"
"oke mas aku siap-siap dulu."
Kali ini Ayana tidak menggunakan celana jeans tapi dia mengenakan dress polos pendek berwarna coklat dengan tas selempang, rambutnya coklat bergelombang di gerai dihiasi bando bahan berwarna putih.
"kita mau kemana mas," tanya Ayana setelah memasuki mobil.
Ilham diam seribu bahasa terkesima oleh penampilan Ayana, dia hanya memandangi Ayana dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Betapa sempurna gadis di hadapanku ini.
"mas" lagi-lagi Ayana membangunkan Ilham dari lamunannya.
"eh iya, yuk jalan."
Sepanjang jalan Ilham terus senyum-senyum sendiri, hingga kendaraan yang di lajukan Ilham sampai pada sebuah taman,
"Ayana kamu tunggu di kursi itu ya, aku mau beli sesuatu" sambil menunjuk sebuah kursi panjang di bawah pohon besar.
Ayana mengangguk, sambil berjalan ke arah yang Ilham perintahkan, dia duduk melihat pemandangan taman kota , kebetulan hari ini adalah hari kerja jadi keadaan taman cukup sepi, tinggal beberapa pasangan saja.
"ini untuk kamu," sebuah ice cream cone coklat di julurkan.
"Waaah ice cream, makasih banyak mas" dengan senang Ayana menerimanya.
Ilham duduk di samping Ayana melihat gadis itu melahap ice cream dengan nafsunya sampai tak sadar coklatnya meleleh ke bawah bibirnya.
pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Ayana,
bibirnya hampir saja menyentuh bibir mungil gadis itu.
Eeh kenapa di begitu dekat denganku, hatiii, kenapa berdegup kencang saat berada dekat mas Ilham.
"Mmm,, Mas," wajah Ayana mundur sedikit ke belakang.
"sss,, sorry," Ilham gelagapan. Aku hanya membersihkan ice cream dari bibirmu," segera Ilham menyeka ice cream di bibirnya menggunakan jempolnya lalu seketika menjilatnya.
Ayana terkejut "mas, itu bekas dari bibirku."
"ya aku tau, tapi rasanya lebih manis di bandingkan langsung memakan ice cream." mencoba menggoda Ayana.
"sudah lah aku mau pulang" Ayana cemberut dengan tingkah Ilham dia takut akan perasaannya bertambah.
"oke oke, maafkan aku," tertawa.
bersamaan dengan itu terdengar suara panggilan telpon di handphone Ilham,
"sebentar, aku angkat panggilan."
Ilham berjalan dengan jarak yang lumayan jauh beberapa meter. Menerima panggilan dari seorang klien untuk meeting sore ini.
telpon berakhir...
diujung sana Ayana di hampiri seorang pria remaja, menyapanya berjabat tangan lama, Ilham yang diujung sana mengamati dengan tatapan tidak suka.