Di tengah kekalutannya, Ayuna malah dipertemukan dengan seorang wanita bernama Lara yang ternyata tidak bisa mengandung karena penyakit yang tengah dideritanya saat ini.
Siapa sangka wanita yang telah ia tolong itu ternyata adalah penyelamat hidupnya sehingga Ayuna rela melakukan apapun demi sang malaikat penolong. Apapun, termasuk menjadi Ibu pengganti bagi Lara dan juga suaminya.
Ayuna pikir Lara dan Ibra sudah nenyetujui tentang hal ini, tapi ternyata tidak sama sekali. Ayuna justru mendapatkan kecaman dari Ibra yang tidak suka dengan kehadirannya di antara dirinya dan sang istri, ditambah lagi dengan kenyataan kalau ia akan memiliki buah hati bersama dengan Ayuna.
Ketidak akuran antara Ayuna dan Ibra membuat Lara risau karena takut kalau rencananya akan gagal total, sehingga membuat wanita itu rela melakukan apapun agar keinginannya bisa tercapai.
Lantas akankah rencana yang Lara kerahkan selama ini berhasil? Bisakah Ibra menerima kehadiran Ayuna sebagai Ibu pengganti?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 14
Akhirnya jam makan siang tiba juga, kaki Ayuna rasanya luar biasa pegal karena harus berdiri sejak pagi tadi. Ditambah lagi ia harus menggunakan sepatu dengan hak yang bisa dikatakan cukup tinggi.
Dengan dua buah paper bag di kedua tangannya, Ayuna meninggalkan meja resepsionis sembari memberikan sapaan ringan pada beberapa karyawan lainnya yang ia lewati.
"Nah, panjang umur anaknya!" Setibanya di ruangan khusus para karyawan, Ayuna malah dibuat terkejut oleh celetukan salah seorang pria muda yang ada di sana.
Tentu saja Ayuna dibuat kebingungan ketika melihat beberapa orang karyawan yang tengah berkumpul sembari memfokuskan pandangan pada dirinya yang baru saja tiba.
"Yu, nanti ikut ya. Gue maksa sih ini, soalnya kan lo nggak pernah tuh ikut yang beginian." Ikut apa? Ayuna saja tidak tahu apa yang sedang mereka bahas dan sekarang dirinya malah dipaksa untuk ikut.
"Ikut apa?" Ledakan tawa langsung memenuhi ruangan yang ukurannya cukup luas ini, sepertinya mereka semua sedang merasa gemas dengan ekspresi polos yang tengah Ayuna perlihatkan sekarang.
Hanya ada satu orang yang justru tersenyum dengan sangat tampan alih-alih menertawakan Ayuna sepertu yang lainnya, pria itu adalah Nevan.
"Biarin dulu Ayunanya duduk, kalian ini malah langsung maksa-maksa dia buat ikut. Lihat itu, Ayuna jadi kebingungan sendiri." Ayuna tidak memberikan tanggapan sama sekali, namun ia tetap saja mendekat pada gerombolan manusia itu.
"Sini duduk, Yu." Setelah Nevan sedikit menggeser tubuhnya, barulah Ayuna mendapatkan kursi untuk duduk dan kembali menatap ke arah teman-temannya bermaksud meminta penjelasan.
"Gini loh Yu, pihak hotel tuh mau ngadain karya wisata buat kita. Nah, lo kan nggak pernah ikut tuh kalo ada acara yang beginian. Yang sekarang lo wajib ikut, kagak mau tau gue." Oh, ternyata hal ini yang sedang mereka bahas. Pantas saja tadi Jaka langsung memaksa dirinya untuk ikut.
Kalau dulu Ayuna memang tidak pernah ikut dikarenakan dirinya harus tetap bekerja di cafe. Tapi kan sekarang Ayuna sudah tidak bekerja lagi di sana, seharusnya ia bisa ikut.
Ya seharusnya memang seperti itu kalau dirinya tidak teringat dengan Lara dan Ibra yang pasti akan melarang dirinya untuk ikut dalam kegiatan ini.
"Panik bener itu muka. Tenang aja elah Yu, masih bulan depan kok ini. Kita cuma lagi nyari tempat yang asik buat didatengin kali ini." Bulan depan ya? Ayu pikir mereka akan pergi saat akhir pekan nanti.
Entahlah, Ayuna saja sangat tidak yakin jika ia bisa mendapatkan izin untuk pergi dengan mudahnya. Apalagi saat ini kan dirinya sedang berada dalam sebuah misi penting.
"Nggak apa-apa, Ayu. Dipikirin baik-baik ya mau ikut atau nggak, Jaka bercanda kok itu maksa kamu buat ikut." Setidaknya Ayuna bisa merasa lebih tenang mendengarkan ucapan Nevan yang seolah tidak ingin memberatkannya sama sekali.
"Halah Pak Nevan ini, diem-diem juga pasti pengen kan kalo Ayu ikut." Sontak semua orang langsung melemparkan ledekan pada Nevan yang kebetulan memang duduk dekat dengan Ayuna sampai kedua telinganya memerah pekat.
"Apa itu, Ayuna?" Beruntungnya Nevan berhasil menghentikan godaan yang begitu ribut dari para bawahannya ini, terima kasih pada paper bag yang ada di tangan Ayuna.
"Oh iya, saya hampir lupa. Ini buah tangan yang dikasih sama tamu sebelum check out, mereka bilang suka dengan pelayanan kita jadinya ngasih ini deh." Semua orang yang tadinya begitu semangat meledek Nevan langsung mengambil isi dari tas tersebut sampai membuat Ayuna terkejut sendiri.
"Nih buat Pak Nevan. Kita tau sih Bapak bisa beli ini sendiri bahkan lebih banyak, tapi Bapak juga harus ngerasain pemberian dari raja kita ini." Memang, para bawahan Nevan ini yang terbaik. Mereka bisa memperlakukan dirinya selayaknya atasan, namun mereka juga tidak membatasi diri untuk bercanda dengan dirinya.
"Saya udah tadi sama yang jaga di depan, itu buat kalian aja." Semakin bahagialah mereka saat mendengar itu sehingga kini isi barang bawaan Ayuna tadi berhasil menjadi rebutan, persis seperti anak kecil.
"Ayu, mau makan siang bersama? Kebetulan saya juga belum makan siang, tapi saya malah diculik buat masuk ke ruangan ini." Kalau saja Jaka tidak ingat Nevan adalah atasannya, mungkin ia sudah melemparkan bungkusan itu pada Nevan.
"Boleh, Pak. Makannya di kantin, kan?" Senyuman yang tadinya terukir di wajah tampannya Nevan langsung menghilang entah kemana.
Padahal Nevan sudah memiliki rencana lain, ia ingin mengajak Ayuna makan siang di luar kantor. Tapi karena Ayuna mengatakan seperti itu, mau tidak mau Nevan harus menerimanya. Nevan hanya tidak mau membuat Ayuna merasa tidak nyaman.
Sebenarnya ini bukan rahasia lagi kalau Nevan diam-diam menaruh hati pada sosok Ayuna yang begitu manis ini, bahkan perasaan itu sudah berada di relung hatinya sejak lama sekali. Entah Ayuna sadar atau tidak.
......................
Langit di atas sana mulai berganti warna menjadi jingga, jalanan kota pun terlihat semakin padat sampai membuat kendaraan sulit bergerak. Maklum saja, ini sudah memasuki jam pulang kantor makanya bisa terjadi macet.
Berbeda dengan mobil-mobil lainnya yang sedang berjibaku melawan kemacetan, mobil mewah berwarna hitam milik Ibra kini justru terparkir tepat di depan sebuah hotel.
Tidak, Ibra bukannya ingin tidur di sana untuk malam ini. Tetapi ia sedang menunggu seseorang keluar dari sana. Iya, Ibra sedang menunggu Ayuna.
Ini juga bukan karena paksaan dari Lara istrinya, melainkan atas keinginannya sendiri sampai-sampai membuat asisten sekaligus sekretaris pribadinya merasa keheranan.
"Pak, saya tidak yakin kalau Nona Ayuna akan keluar dari pintu depan mengingat kalau dia adalah pekerja di hotel ini." Asher kontan saja mendapatkan tatapan dari sang atasan melalui kaca spion yang tergantung di depan sana.
"Kalau begitu kita ke halte dekat sini." Ibra juga sudah mengetahui kalau selama ini Ayuna selalu menggunakan transportasi umum, itu juga ia ketahui dari istrinya sendiri.
Mobil mewah itu lantas meninggalkan pekarangan hotel dan pergi menuju tempat yang Ibra pinta sebelumnya. Dan benar saja, orang yang sejak tadi mereka tunggu malah sedang duduk di bangku halte sembari memperhatikan jalanan.
Ibra belum mengatakan apapun, tetapi Asher sudah keluar terlebih dahulu dan langsung bergerak menghampiri Ayuna.
Karena ini adalah jam pulang bekerja, maka sudah dipastikan kalau halte juga sedang sangat ramai. Lihat saja, kehadiran Asher berhasil membuat orang-orang yang ada di sana menganga karena terpesona pada ketampanan pemuda itu.
Dari dalam mobilnya, Ibra juga bisa melihat raut terkejut yang tercetak dengan sangat jelas di wajah manis Ayuna. Ya itu wajar saja sih menurut Ibra, karena ia juga tidak mengatakan apapun pada Ayuna.
Tak lama kemudian, Asher berhasil memboyong Ayuna untuk masuk ke dalam mobil dan sekarang gadis itu sudah bergabung dengan Ibra di kursi belakang sana.
"Maaf ya Pak, nanti saya bakalan bilang sama Mba Lara supaya Bapak nggak perlu repot-repot jemput saya kaya gini." Sepertinya Ayuna merasa kalau Ibra terpaksa harus melakukan hal ini. Padahal itu tidak benar sama sekali.
"Tidak, bukan istri saya yang minta. Tapi saya sendiri yang ingin melakukannya." Ayuna langsung terdiam dengan kedua mata yang sedang menatap ke arah Ibra. Telinganya tidak salah mendengar, kan?
Andai saja Ayuna tahu kalau saat ini Ibra sedang menuruti salah satu keinginan Lara, yaitu mengakrabkan diri dengan Ayuna. Entah Ibra bisa melakukannya atau tidak, kita lihat saja nanti.
mampir jg dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/