LIHAT AKU, GUS!

LIHAT AKU, GUS!

Bab Satu

Anindya Yalanda Ghaaliya, atau biasa dipanggil Anin tersenyum manis melihat seorang pria anak kyai yang biasa di panggil dengan Gus Shabir itu tersenyum ke arahnya.

Anin langsung menunduk setelah membalas senyuman itu. Dia tidak mau orang lain menilai salah karena mereka yang saling berpandangan.

"Kamu sedang apa di sini sendirian?" tanya Hana. Pertanyaan Hana cukup membuat Anin kaget.

"Aunty Hana, mengagetkan aku saja. Aku sedang mengulang menghafal ayat yang ustad berikan itu," jawab Anin.

Anin memang sering duduk di taman belakang pondok pesantren. Dia sering menyendiri. Tidak terlalu suka bergaul. Berbeda dengan adik ayahnya, Hana memiliki banyak teman. Anaknya supel.

"Masuk kamar lagi. Jam istirahat telah usai," ajak Hana.

Hana dan Anin, usia mereka hanya beda satu bulan. Sehingga mereka disekolahkan di pondok yang sama. Ghibran tidak pernah membedakan antara adik dan anaknya. Dia menyayangi keduanya.

Keduanya masuk ke kamar dan membersihkan diri. Sebentar lagi mereka akan melaksanakan salat magrib.

"Tak terasa kita sudah akan meninggalkan pondok pesantren ini satu bulan lagi. Aunty mau melanjutkan ke mana?" tanya Anin sambil berpakaian setelah mandi.

"Aku tak ingin melanjutkan pendidikan lagi. Aku ingin segera berumah tangga saja. Syukur-syukur dapat suami seperti Gus Shabir," ucap Hana dengan tawa renyahnya.

Anin membalas dengan senyuman ucapan tantenya itu. Siapa yang tak ingin memiliki suami seperti Gus Shabir. Dia tampan, mapan dan paling utama memahami agama.

Gus Shabir membantu ayahnya mengajar di pondok pesantren ini. Kehadirannya banyak mencuri perhatian kaum hawa termasuk Anin dan Hana.

Setelah mereka berpakaian, keduanya keluar dari kamar menuju musholla. Hari ini Gus Shabir yang akan memberikan tausiyah setelah salat magrib. Anin yakin semua murid wanita akan menyempatkan hadir.

Solat magrib juga diimami oleh Gus Shabir. Pria itu lulusan universitas Kairo, Mesir. Sehabis salat acara dilanjut dengan pembacaan ayat suci Alquran, oleh Anin.

Tidak ada yang tahu, Gus Shabir selalu saja mencuri pandang saat Anin membaca kitab suci Al-Qur'an. Sepertinya dia mengagumi kefasihan gadis itu dalam membacanya.

Setelah membaca Al-Qur'an, Anin kembali bergabung dengan teman wanita lainnya. Saatnya Gus Shabir memberikan tausiyah. Semua mata hanya tertuju pada pria itu.

Satu jam berlalu begitu cepat. Anin menunggu Gus Shabir untuk memberikan kitab suci yang tadi dia pinjam saat membacanya.

"Assalamualaikum, Gus! Ini Al-quran yang tadi saya pinjam. Terima kasih, Gus," ucap Anin sambil menunduk saat mengembalikan kitab suci itu.

"Waalaikumsalam. Terima kasih kembali. Boleh saya tahu nama kamu?" tanya Gus Shabir.

"Anin, Gus," jawab Anin masih dengan menunduk.

"Anin, besok kamu juga yang membaca Al-Qur'an nya. Nanti aku beritahu surat apa yang akan kamu baca. Boleh saya minta nomor ponselmu?" tanya Gus Shabir.

"Tentu saja boleh, Gus." Anin lalu menyebutkan sejumlah angka.

Setelah itu keduanya berpisah. Dalam perjalanan menuju kamarnya, Anin merasakan degup jantungnya berdetak lebih cepat dan kencang. Dia merasa gugup dan tangannya gemetar saat berdekatan dengan Gus Shabir tadi.

Sampai di kamar, ternyata Hana telah lebih dulu berada di dalam. Tantenya itu telah selesai membersihkan wajah dan bersiap tidur.

"Dari mana kamu, Anin?" tanya Hana.

"Nggak ada dari mana-mana. Aunty saja yang pulangnya tergesa," jawab Anin.

"Mataku ngantuk. Sudah tak sabar ingin membaringkan tubuhku," ucap Hana.

Jika dibandingkan dengan Anin, Hana lebih banyak bicara dan ramah pada siapa saja. Dia mudah bergaul dan bisa beradaptasi dengan mudah di lingkungan baru.

"Anin, kamu tau tak. Tadi saat Gus Shabir memberikan tausiah semua mata teman kita hanya tertuju padanya tanpa kedip. Memang dia seperti magnet yang membuat orang-orang terpesona, ya. Kamu juga begitu'kan?" tanya Hana.

Anin hanya menjawab dengan senyuman, tanpa sepatah kata pun. Apa yang Hana katakan emang benar, dia begitu terpesona dengan pria itu. Tapi, Anin masih menjaga mata dari pandangan tak semestinya, dia tak berani menatap lama pada pria itu.

**

Waktu terus berlalu, hingga sampai pada akhir pendidikan. Hari ini perpisahan pondok pesantren diadakan. Lagi-lagi Anin di daulat untuk membaca kitab suci Al-Qur'an. Hana menatap dengan sedikit iri.

"Padahal, aku juga ingin sesekali berada di atas panggung itu. Kenapa hanya Anin terus yang ditunjuk?" Hana bertanya dalam hatinya.

Rangkaian acara demi acara telah berlalu, hingga tiba pembagian hasil ujian. Kembali Anin mendapat juara. Ghibran dengan bangganya naik ke pentas mengambil ijazah putrinya. Aisha tak bisa menahan air mata melihat keberhasilan putri mereka.

Syifa tidak bisa hadir karena anaknya sedang demam tinggi, padahal Anin ingin kakaknya juga bisa menyaksikan keberhasilan dirinya. Gadis itu sangat dekat dengan kakaknya itu.

Ghibran dan Aisha menyalami semua ustad dan kiyai di pondok pesantren. Mengucapkan terima kasih karena telah mendidik putri dan adiknya.

Ghibran juga menyalami Gus Shabir beserta kedua orang tuanya. Pemilik pondok pesantren itu cukup dekat dengan papi dari Anin itu, karena dia sering memberikan sumbangan buat kemajuan atau operasional pondok.

***

Saat ini semua sedang berkumpul di rumah kediaman Ghibran. Mereka sedang makan malam. Masakan Aisha selalu habis di santap karena kelezatannya.

"Anin, kamu mau melanjutkan ke mana, Nak?" tanya Ghibran sambil menyantap makanannya.

"Ke fakultas kedokteran apa boleh, Pi?" tanya Anin dengan suara lembut. Dia persis seperti Aisha. Bicara dengan suara yang sangat lembut.

"Tentu saja boleh, Nak. Kamu sendiri, bagaimana Hana?" tanya Ghibran pada adik lain ibu itu.

"Aku tak ingin melanjutkan sekolah. Aku ingin segera berumah tangga saja agar tanggung jawab Mas berpindah pada suamiku," jawab Hana.

Semua terkejut mendengar jawaban dari gadis itu. Bagaimana dia bisa berpikir akan menikah di usia yang baru delapan belas tahun.

"Apa kamu yakin dengan pilihanmu ini, Hana?" tanya Ghibran lagi.

"Iya, Mas. Aku yakin sekali. Aku tidak mau membebani kamu lagi," balas Hana.

"Aku tidak pernah merasa kamu menjadi bebanku. Bagiku kalian sama saja. Anak dan adik, adalah tanggung jawabku. Namun, jika memang itu sudah menjadi pilihanmu, aku hanya bisa mendukung. Apa kamu sudah ada calon suami sehingga memutuskan menikah dini?" Kembali Ghibran bertanya.

"Tidak ada, Mas. Tapi jika Mas mau, bisa melamar seseorang untukku. Jika dia memang jodohku, pasti Allah akan mempermudahkan jalanku."

"Katakan siapa pria yang telah merebut hatimu. Biar aku dan Aisha datang ke rumah orang tuanya untuk melamar," ucap Ghibran.

"Aku salat istikharah dulu, Mas. Untuk meyakinkan hati ini dengan pilihanku," jawab Hana.

"Baiklah, Hana. Aku menunggu jawaban darimu!" kata Ghibran.

**

Hari ini Ghibran dan Aisha datang kembali ke pondok pesantren. Mereka ingin menemui Kiyai Samsudin ayah dari Gus Shabir. Ada pun maksud kedatangannya untuk melamar pemuda itu sebagai calon suami adiknya Hana.

...----------------...

Terpopuler

Comments

Alivaaaa

Alivaaaa

kisah cinta segitiga antara tante dan keponakan heeeemmm pasti menguras air mata nih kedepannya 🤔

2024-05-18

0

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ꪶꫝ༄༅⃟𝐐MD𝕿𝖎𝖌𝖊𝖗⒋ⷨ͢⚤☠️⃝⃟𝑽

ternyata cerita Hana dan Anin

2024-04-21

1

Sinta Purbarani

Sinta Purbarani

apakah aunty mau melanjutkan kemana?
hmm.....

2024-03-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab Satu
2 Bab Dua
3 Bab Tiga
4 Bab Empat
5 Bab Lima
6 Bab Enam
7 Bab Tujuh
8 Bab Delapan
9 Bab Sembilan
10 Bab Sepuluh
11 Bab Sebelas
12 Bab Dua Belas
13 Bab Tiga Belas
14 Bab Empat Belas
15 Bab Lima Belas
16 Bab Enam Belas
17 Bab Tujuh Belas
18 Bab Delapan Belas
19 Bab Sembilan Belas
20 Bab Dua Puluh
21 Bab Dua Puluh Satu
22 Bab Dua Puluh Dua
23 Bab Dua Puluh Tiga
24 Bab Dua Puluh Empat
25 Bab Dua Puluh Lima
26 Bab Dua Puluh Enam
27 Bab Dua Puluh Tujuh
28 Bab Dua Puluh Delapan
29 Bab Dua Puluh Sembilan
30 Bab Tiga Puluh
31 Bab Tiga Puluh Satu
32 Bab Tiga Puluh Dua
33 Bab Tiga Puluh Tiga
34 Bab Tiga Puluh Empat
35 Bab Tiga Puluh Lima
36 Bab Tiga Puluh Enam
37 Bab Tiga Puluh Tujuh
38 Bab Tiga Puluh Delapan
39 Bab Tiga Puluh Sembilan
40 Bab Empat Puluh
41 Bab Empat Puluh Satu
42 Bab Empat Puluh Dua
43 Bab Empat Puluh Tiga
44 Bab Empat Puluh Empat
45 Bab Empat Puluh Lima.
46 Bab Empat Puluh Enam
47 Bab Empat Puluh Tujuh
48 Bab Empat Puluh Delapan
49 Bab Empat Puluh Sembilan
50 Bab Lima Puluh
51 Bab Lima Puluh Satu
52 Bab Lima Puluh Dua
53 Bab Lima Puluh Tiga
54 Bab Lima Puluh Empat
55 Bab Lima Puluh Lima
56 Bab Lima Puluh Enam
57 Bab Lima Puluh Tujuh
58 Bab Lima Puluh Delapan
59 Bab Lima Puluh Sembilan
60 Bab Enam Puluh
61 Bab Enam Puluh Satu
62 Bab Enam Puluh Dua
63 Bab Enam Puluh Tiga
64 Bab Enam Puluh Empat
65 Bab Enam Puluh Lima
66 Bab Enam Puluh Enam
67 Bab Enam Puluh Tujuh
68 Bab Enam Puluh Delapan
69 Bab Enam Puluh Sembilan
70 Bab Tujuh Puluh
71 Bab Tujuh Puluh Satu
72 Bab Tujuh Puluh Dua
73 Bab Tujuh Puluh Tiga
74 Bab Tujuh Puluh Empat
75 Bab Tujuh Puluh Lima
76 Bab Tujuh Puluh Enam
77 Bab Tujuh Puluh Tujuh
78 Bab Tujuh Puluh Delapan
79 Bab Tujuh Puluh Sembilan
80 Bab Delapan Puluh
81 Bab Delapan Puluh Satu
82 Bab Delapan Puluh Dua
83 Bab Delapan Puluh Tiga
84 Bab Delapan Puluh Empat
85 Bab Delapan Puluh Lima
86 Bab Delapan Puluh Enam
87 Bab Delapan Puluh Tujuh
88 Novel SALAHKAH AKU TURUN RANJANG
89 Bab Delapan Puluh Delapan
90 Bab Delapan Puluh Sembilan
91 Bab Sembilan Puluh
92 Bab Sembilan Puluh Satu
93 Bab Sembilan Puluh Dua
94 Bab Sembilan Puluh Tiga
95 Bab Sembilan Puluh Empat
96 Bab Sembilan Puluh Lima
97 Bab Sembilan Puluh Enam
98 Bab Sembilan Puluh Tujuh
99 Promo novel terbaru
100 Novel Paman, I Love You
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab Satu
2
Bab Dua
3
Bab Tiga
4
Bab Empat
5
Bab Lima
6
Bab Enam
7
Bab Tujuh
8
Bab Delapan
9
Bab Sembilan
10
Bab Sepuluh
11
Bab Sebelas
12
Bab Dua Belas
13
Bab Tiga Belas
14
Bab Empat Belas
15
Bab Lima Belas
16
Bab Enam Belas
17
Bab Tujuh Belas
18
Bab Delapan Belas
19
Bab Sembilan Belas
20
Bab Dua Puluh
21
Bab Dua Puluh Satu
22
Bab Dua Puluh Dua
23
Bab Dua Puluh Tiga
24
Bab Dua Puluh Empat
25
Bab Dua Puluh Lima
26
Bab Dua Puluh Enam
27
Bab Dua Puluh Tujuh
28
Bab Dua Puluh Delapan
29
Bab Dua Puluh Sembilan
30
Bab Tiga Puluh
31
Bab Tiga Puluh Satu
32
Bab Tiga Puluh Dua
33
Bab Tiga Puluh Tiga
34
Bab Tiga Puluh Empat
35
Bab Tiga Puluh Lima
36
Bab Tiga Puluh Enam
37
Bab Tiga Puluh Tujuh
38
Bab Tiga Puluh Delapan
39
Bab Tiga Puluh Sembilan
40
Bab Empat Puluh
41
Bab Empat Puluh Satu
42
Bab Empat Puluh Dua
43
Bab Empat Puluh Tiga
44
Bab Empat Puluh Empat
45
Bab Empat Puluh Lima.
46
Bab Empat Puluh Enam
47
Bab Empat Puluh Tujuh
48
Bab Empat Puluh Delapan
49
Bab Empat Puluh Sembilan
50
Bab Lima Puluh
51
Bab Lima Puluh Satu
52
Bab Lima Puluh Dua
53
Bab Lima Puluh Tiga
54
Bab Lima Puluh Empat
55
Bab Lima Puluh Lima
56
Bab Lima Puluh Enam
57
Bab Lima Puluh Tujuh
58
Bab Lima Puluh Delapan
59
Bab Lima Puluh Sembilan
60
Bab Enam Puluh
61
Bab Enam Puluh Satu
62
Bab Enam Puluh Dua
63
Bab Enam Puluh Tiga
64
Bab Enam Puluh Empat
65
Bab Enam Puluh Lima
66
Bab Enam Puluh Enam
67
Bab Enam Puluh Tujuh
68
Bab Enam Puluh Delapan
69
Bab Enam Puluh Sembilan
70
Bab Tujuh Puluh
71
Bab Tujuh Puluh Satu
72
Bab Tujuh Puluh Dua
73
Bab Tujuh Puluh Tiga
74
Bab Tujuh Puluh Empat
75
Bab Tujuh Puluh Lima
76
Bab Tujuh Puluh Enam
77
Bab Tujuh Puluh Tujuh
78
Bab Tujuh Puluh Delapan
79
Bab Tujuh Puluh Sembilan
80
Bab Delapan Puluh
81
Bab Delapan Puluh Satu
82
Bab Delapan Puluh Dua
83
Bab Delapan Puluh Tiga
84
Bab Delapan Puluh Empat
85
Bab Delapan Puluh Lima
86
Bab Delapan Puluh Enam
87
Bab Delapan Puluh Tujuh
88
Novel SALAHKAH AKU TURUN RANJANG
89
Bab Delapan Puluh Delapan
90
Bab Delapan Puluh Sembilan
91
Bab Sembilan Puluh
92
Bab Sembilan Puluh Satu
93
Bab Sembilan Puluh Dua
94
Bab Sembilan Puluh Tiga
95
Bab Sembilan Puluh Empat
96
Bab Sembilan Puluh Lima
97
Bab Sembilan Puluh Enam
98
Bab Sembilan Puluh Tujuh
99
Promo novel terbaru
100
Novel Paman, I Love You

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!