selingkuhan suamiku merampok semua hartaku dan papaku, suamiku berubah saat bertemu wanita iblis bernama Syifa, aku tidak menyangka perubahan sikap yang ditunjukkan oleh suamiku karena pengaruh guna-guna wanita iblis bernama Syifa itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
rencana licik Syifa si pelakor
Richard melangkah gontai meninggalkan kafe, bayangan perkataan Andre dan Nino masih menghantuinya. Langkah kakinya terasa berat, seakan-akan beban dunia dipikulnya. Udara sore terasa dingin menusuk, mirip dengan perasaan hampa yang menguasai hatinya.
Di sepanjang jalan, kenangan bercampur aduk dalam benaknya. Wajah Syifa, wanita yang dicintainya, bergantian dengan wajah Andre dan Nino, orang-orang yang selalu menyayanginya. Perkataan mereka tentang guna-guna dan tipu daya Syifa terus berputar-putar di kepalanya, menciptakan pusaran kebingungan yang tak berujung.
Richard bukanlah orang bodoh. Ia menyadari ada kejanggalan dalam hubungannya dengan Syifa. Perubahan sikapnya yang drastis, permusuhannya dengan Alice, dan rasa benci yang tiba-tiba muncul kepada keluarganya—semuanya terasa janggal dan tak masuk akal.
Ia teringat akan beberapa kejadian aneh yang pernah dialaminya. Mimpi-mimpi buruk yang selalu menghantuinya, rasa sakit kepala yang tak tertahankan, dan kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Semua itu terasa seperti bagian dari sebuah teka-teki yang rumit, dan ia merasa seperti sedang berada di tengah-tengah sebuah permainan yang berbahaya.
"Apakah benar aku telah diguna-guna?" gumam Richard dalam hati, suaranya nyaris tak terdengar.
Ia mengingat kembali foto-foto dan dokumen yang ditunjukkan Andre. Bukti-bukti itu memang terlihat meyakinkan, menunjukkan sisi gelap Syifa yang selama ini disembunyikannya. Namun, di sisi lain, hatinya masih ragu. Ia masih enggan untuk percaya bahwa wanita yang dicintainya adalah seorang penipu dan penyihir jahat.
Richard berhenti di depan rumah, menatap bangunan yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Rumah yang dulu terasa hangat dan nyaman, kini terasa dingin dan asing. Ia merasa seperti orang asing di dalam rumahnya sendiri.
Ia ragu untuk masuk, takut menghadapi keluarganya, takut harus berhadapan dengan kebenaran yang mungkin akan menghancurkan dunianya. Namun, di saat yang sama, ia juga rindu akan kasih sayang keluarganya, rindu akan kehangatan yang dulu selalu ia rasakan.
Richard menghela napas panjang, merasa sangat lelah dan bingung. Pikirannya berkecamuk, dipenuhi oleh keraguan, ketakutan, dan kesedihan. Ia harus mengambil keputusan, ia harus memilih antara cintanya kepada Syifa dan keluarganya. Namun, di tengah kebingungannya, ia merasa ada secercah harapan, sebuah keinginan untuk kembali ke jalan yang benar, untuk kembali menjadi dirinya sendiri.
Mobil Richard berhenti di depan gerbang rumah yang dulu milik Alice. Syifa sudah menunggu di beranda, mengenakan gaun sutra berwarna merah muda yang menonjolkan lekuk tubuhnya. Rambutnya terurai indah, menambah kesan sensual. Senyum manis terukir di bibirnya, menunggu Richard dengan penuh kelembutan.
Namun, saat Richard keluar dari mobil, Syifa mendapati tatapan mata Richard yang dingin dan hampa. Tidak ada percikan cinta, tidak ada kelembutan, hanya ada kesedihan dan kekecewaan yang terpancar dari sorot matanya.
Syifa melangkah mendekat, mencoba untuk memeluk Richard, namun Richard menghindar. Sentuhan manja Syifa yang biasa membuat Richard meleleh, kini terasa asing dan menjijikkan.
"Sayang, kamu sudah pulang," kata Syifa, suaranya lembut dan manja. Ia mencoba untuk merangkul lengan Richard, namun Richard tetap menjaga jarak.
"Kita perlu bicara," kata Richard, suaranya datar dan dingin. Tidak ada nada manja, tidak ada kelembutan, hanya ada ketegasan yang membuat Syifa sedikit terkejut.
"Tentu sayang," kata Syifa, suaranya sedikit gemetar. Ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dari Richard. Ia merasakan ada dinding es yang memisahkan mereka.
Richard menatap Syifa dengan tatapan tajam, mencari-cari jawaban di balik senyum manisnya. Ia melihat ada ketakutan yang tersembunyi di balik kecantikan Syifa.
"Aku tahu semuanya," kata Richard, suaranya dingin. Ia mengeluarkan foto-foto dan dokumen dari sakunya, meletakkannya di atas meja kecil di beranda.
Syifa terdiam, menatap foto-foto dan dokumen itu dengan mata terbelalak. Ia tahu bahwa Richard telah mengetahui semuanya. Ia tahu bahwa tipu dayanya telah terbongkar.
"Aku tidak menyangka kamu akan tahu," kata Syifa, suaranya bergetar. Ia mencoba untuk mempertahankan ekspresi wajahnya, namun air mata mulai membanjiri pipinya.
"Aku tidak bodoh, Syifa," kata Richard, suaranya tegas. "Aku tahu kamu telah mengguna-gunaku. Aku tahu kamu telah menipuku."
Syifa terisak, mencoba untuk menjelaskan, namun Richard sudah tidak mau mendengarnya lagi. Ia telah melihat kebenarannya, dan ia tidak akan membiarkan dirinya ditipu lagi. Ia telah memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Syifa,
Richard berdiri di depan Syifa, foto-foto dan dokumen bukti kejahatan Syifa berserakan di atas meja. Amarahnya masih membara, namun, seiring dengan berjalannya waktu, sesuatu yang aneh mulai terjadi.
Ketegasan di matanya mulai memudar, digantikan oleh tatapan kosong dan linglung. Otot-otot wajahnya yang tegang mulai mengendur. Amarah yang membara itu seperti dipadamkan oleh sesuatu yang tak terlihat.
Syifa, yang awalnya ketakutan, kini melihat perubahan pada Richard. Seulas senyum licik terukir di bibirnya. Ia tahu, susuk yang ditanamkannya pada Richard mulai bekerja. Susuk itu mampu mengendalikan emosi Richard, membuatnya patuh dan tunduk pada keinginannya.
"Sayang… aku… aku minta maaf," kata Syifa, suaranya lembut dan penuh penyesalan. Ia mendekati Richard, mencoba menyentuh tangannya.
Richard tidak menolak sentuhan Syifa. Sebaliknya, ia justru mendekat, mencari sentuhan Syifa. Amarahnya telah hilang, digantikan oleh kelembutan yang tak wajar.
"Tidak apa-apa, sayang," kata Richard, suaranya lembut dan penuh kasih sayang. Suaranya terdengar seperti orang yang sedang terhipnotis, tanpa kesadaran penuh.
Syifa tersenyum puas. Susuk itu bekerja dengan sempurna. Richard, yang tadi masih marah dan penuh kebencian, kini telah kembali menjadi miliknya.
"Aku mencintaimu, sayang," kata Syifa, memeluk Richard erat-erat.
Richard membalas pelukan Syifa, matanya menatap Syifa dengan tatapan kosong dan penuh cinta. Ia tidak lagi mengingat amarahnya, ia tidak lagi mengingat bukti-bukti kejahatan Syifa. Ia hanya merasakan cinta yang begitu besar kepada Syifa.
Syifa berhasil mengendalikan Richard kembali. Susuk itu telah menghapus semua memori buruk Richard tentangnya, menciptakan ilusi cinta dan kesetiaan yang tak pernah ada sebelumnya. Richard, yang dulunya tegas dan berprinsip, kini menjadi boneka yang dikendalikan oleh Syifa.
Keberhasilan Syifa ini dibayar mahal oleh Richard, yang kehilangan dirinya sendiri, terjebak dalam lingkaran ilusi dan kepatuhan yang diciptakan oleh susuk . Kebenaran telah dikalahkan oleh kekuatan gaib, dan Richard kini menjadi korban dari kejahatan Syifa.
Memeluk Syifa erat-erat, air mata mengalir di pipinya. Amarah dan kebencian yang membara beberapa saat lalu telah lenyap tanpa jejak, digantikan oleh gelombang kasih sayang yang membutakan. Ia kembali terjerat dalam jalinan ilusi yang diciptakan oleh Syifa.
"Maafkan aku, sayang," lirih Richard, suaranya bergetar karena emosi. Ia menyesali kemarahannya, menyesali keraguannya pada Syifa. Semua itu terasa seperti mimpi buruk yang telah berlalu.
Syifa membalas pelukan Richard, namun senyum sinis terukir di sudut bibirnya. Ia berhasil lagi. Susuk itu bekerja dengan sempurna, menghilangkan semua perlawanan Richard. Ia telah mengendalikan pikiran dan perasaannya, membuat Richard kembali menjadi boneka yang patuh.
"Tidak apa-apa, sayang," jawab Syifa, suaranya lembut dan menenangkan. Sentuhannya lembut di punggung Richard, menambah rasa nyaman yang membuai.
Richard mengangkat wajahnya, menatap Syifa dengan mata yang penuh cinta. Ia tidak lagi melihat kejahatan di balik kecantikan Syifa. Ia hanya melihat wanita yang dicintainya, wanita yang telah mencuri hatinya.
Syifa kembali tersenyum sinis, kali ini lebih lebar. Senyum yang penuh kepuasan dan kemenangan. Ia telah memenangkan pertempuran ini, menaklukkan hati Richard dengan kekuatan gaib. Ia telah mengendalikan pikiran dan perasaannya, membuat Richard kembali menjadi miliknya sepenuhnya.
Richard mencium Syifa dengan penuh kasih sayang, Syifa membalasnya dengan penuh gairah, namun matanya tetap memancarkan kesombongan dan keangkuhan. Ia telah berhasil mengalahkan Richard, menghancurkan keteguhan hati dan pikirannya.
Di balik senyum sinis Syifa, tersimpan rencana jahat yang lebih besar. Ia tidak hanya ingin menguasai hati Richard, ia ingin menguasai semuanya. Ia memiliki rencana untuk menguasai harta kekayaan keluarga Richard, dan ia akan menggunakan Richard untuk mencapai tujuannya.
Richard yang telah luluh kembali menjadi alat bagi Syifa untuk mencapai ambisinya. Ia telah menjadi korban dari kejahatan Syifa, terjebak dalam jalinan ilusi dan kepatuhan yang tak berujung. Kebenaran telah dikalahkan oleh kekuatan gaib, dan Richard kini menjadi bayangan dirinya sendiri, di kendalikan oleh kekuatan jahat Syifa.