[SEDANG PROSES REVISI]
Shakila Anara Ainur sudah pernah bertemu dengan berbagai jenis konsumen. Dari Ia yang hanya seorang karyawan toko sampai sekarang menjadi owner butik, rasanya tidak ada satupun konsumen yang belum pernah Ia temui. Namun, hari itu Ia bertemu dengan konsumen tidak terduga yang memintanya menjadi istri kedua.
Shakila tersinggung sebagai perempuan yang memiliki prinsip tidak ingin menjadi orang ketiga dalam pernikahan orang lain, tapi hatinya yang lembut dan tidak tegaan membawanya masuk ke dalam pernikahan poligami dengan Abian Devan Sanjaya sebagai kepala rumah tangganya.
Pernikahan itu membuat Shakila menjadi seorang ibu tanpa melahirkan anak, karena Abian dan istri pertamanya —Zahra sudah dikaruniai seorang putri cantik bernama Khansa.
Shakila sangat menyayangi Khansa sebagai putri dari suaminya, akan tetapi kesalahpahaman terjadi dan masalah demi masalah kian hadir dalam pernikahannya dengan Abian.
Bagaimana kisahnya? ikuti terus ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 : Ketakutan Abian
"Kenapa kamu disini?" tanya Abian saat melihat Adiba berlari keluar dari rumahnya.
Abian bukan tidak senang melihat adiknya. Ia hanya dihantui rasa bersalahnya terhadap Shakila dan berpikir Adiba disana karena Shakila pergi dari rumah.
"Kenapa mas bertanya seperti itu, eh-" Adiba menghentikan ucapannya karena Abian yang tidak sengaja menabrak bahunya.
"Shakila!" Abian berteriak memanggil Shakila sambil memasuki rumahnya.
Adiba nampak bingung melihat Abian yang seakan takut oleh sesuatu, "padahal aku belum cerita soal kak Adam dan mba Shakila loh."
"Kenapa kak Adam dan mba Shakila?" tanya Zahra tidak sengaja mendengar hal itu.
Adiba baru sadar ternyata kakak iparnya pulang dari rumah sakit, "mba Zahra udah baikan? bukannya mas Abian bilang mba akan dirawat lama di rumah sakit?"
"Iya, ada yang perlu mba bicarakan dengan mba Shakila makanya mba pulang."
"Kenapa tidak mba Shakila saja yang ke rumah sakit sekalian jenguk mba?"
"Kita lanjut bicara di dalam ya," Zahra mengajak Adiba masuk ke dalam karena tidak enak bicara di depan rumah.
-
-
"Kenapa, mas?" tanya Shakila bingung suaminya berteriak.
Tanpa menjelaskan apa-apa Abian langsung memeluk tubuh Shakila, "syukurlah, kamu disini,"
"Iya, aku disini. Memang seharusnya aku dimana?"
Abian melepaskan pelukannya. Ia masih merasa bersalah tentang kejadian kemarin sampai detik ini, tapi Shakila bersikap seolah sudah melupakan semuanya.
Shakila yang seperti ini membuat Abian semakin merasa bersalah dan merasa bahwa dirinya sudah sangat kejam terhadap istrinya.
"Mas pikir kamu pergi," ucap Abian jujur mengungkapkan ketakutannya.
Shakila sudah menjadi tanggungjawab Abian sekarang, cinta atau tidak cinta sudah seharusnya Abian menjaga dan melindungi Shakila. Jika istrinya sampai pergi dari rumah, Ia tidak tahu harus bagaimana mempertanggungjawabkannya kelak di akhirat.
"Pergi juga paling dibawa kak Adam," celetuk Adiba dari belakang tubuh Abian.
Adiba tidak tahu apa yang terjadi antara Shakila dengan Abian, sehingga Ia merasa bahwa kakaknya sudah bersikap aneh dan berlebihan.
"Masa nih ya, kak Adam beli brownies cuma untuk mba Shakila?" adunya.
Adiba masih belum melupakan tentang Adam yang tidak membelikannya brownies, padahal itu brownies kesukaannya.
"Kamu juga sudah sering kakak belikan brownies, tidak perlu iri," sahut Adam.
Adam sebenarnya hanya membelikan brownies untuk Shakila. Setahunya adiknya selalu makan makanan manis saat sedih, dan Ia sengaja membelikan brownies untuk Shakila supaya Shakila tidak sedih.
Adam bukannya lupa membelikan brownies untuk Adiba, tapi memang saat itu yang ada dipikirannya hanya Shakila. Brownies yang sedang Khansa makan saja sebenarnya Adam beli untuk Shakila.
"Bukan iri, tapi kakak kan tahu itu brownies kesukaan aku. Mana bilang brownies nya khusus untuk mba Shakila lagi."
Abian menghela nafas mendengar perdebatan kedua adiknya. Kepalanya yang sudah pusing sekarang bertambah pusing karena mereka.
"Kalian berdua kenapa disini? tidak pergi ke resto?"
"Aku kesini karena ditelpon mba Shakila, kenapa?"
Abian menatap Shakila untuk meminta kebenaran atas apa yang Adiba katakan, "kamu minta Adiba kesini?"
"Iya," satu kata yang berhasil menambah rasa bersalah Abian terhadap Shakila.
Apa karena tadi malam Abian menyuruh Shakila untuk tidak mendekati Khansa? apa sampai sekarang Shakila masih merasa tidak dipercaya olehnya? itu yang berkecamuk dalam pikiran Abian saat ini mengetahui Shakila meminta Adiba datang ke rumah mereka.
"Kenapa sih, mas? mas tidak suka kami datang kesini?"
"Shakila, kamu tidak perlu melakukan ini," ucap Abian pada Shakila mengabaikan pertanyaan Adiba.
"Tolong jangan membuat rasa bersalah mas terhadap kamu semakin besar," pintanya.
Adiba satu-satunya orang yang tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Apa hubungannya kedatangannya dengan rasa bersalah kakaknya?
"Adiba, Adam, tolong ajak Khansa main sebentar. Kami bertiga ingin bicara," Zahra yang mengerti situasi langsung meminta Adiba dan Adam membawa putrinya pergi dari ruang tengah.
Khansa sedang asik memakan brownies sampai tidak memperhatikan sekitarnya. Anak kecil itu sama seperti Adiba, menyukai brownies dan makanan manis lainnya.
Khansa akan melupakan yang lain jika sudah mulai memakan makanan manis. Itu sebabnya waktu itu Adiba mengajak Khansa ke toko kueh.
"Baik, mba," Adam langsung menggendong Khansa pergi dari sana. Berbeda dengan Adiba yang masih kebingungan dengan apa yang terjadi.
Adiba merasa ada hal besar yang terjadi yang sudah menimpa keluarga kakaknya.
"Adiba, ayo," terpaksa Adam menarik tangan Adiba karena masih berdiam diri di tempatnya.
"Kenapa kita pergi, kak? sebenarnya ada apa?" tanya Adiba mengungkapkan apa yang menjadi pertanyaanya saat ini.
Adiba tahu dirinya tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga kakaknya, tapi Ia khawatir telah terjadi sesuatu yang menimpa sang kakak.
"Kakak tidak tahu, sepertinya sedang ada masalah."
-
-
Abian menurunkan tubuhnya kemudian memeluk kedua kaki Shakila untuk memohon maaf, "maafkan mas, Shakila. Mas benar-benar sudah menyakitimu."
Shakila melotot Abian merendahkan dirinya hanya untuk meminta maaf padanya. Ia tidak membenarkan suaminya berbuat seperti itu meskipun suaminya sudah melakukan kesalahan.
"Mas tidak perlu seperti ini, bangunlah," pinta Shakila meminta Abian untuk bangun.
"Iya bangun, mas. Kita bicara di sofa," Zahra membantu Abian untuk berdiri karena bagaimanapun suami mereka tidak pantas melakukan itu.
Setelah duduk di sofa, Zahra meminta Shakila melepas burqanya karena sebelumnya Abian mengeluh tentang Shakila yang terus memakai burqa.
Abian mengatakan tidak bisa melihat keadaan Shakila karena Shakila sengaja menutup seluruh wajahnya dengan burqa.
Abian perlu melihat wajah Shakila untuk mengetahui apa yang terjadi dengan istrinya. Apalagi tadi malam istrinya sudah menangis semalaman.
"Shakila, hanya ada kita bertiga disini sekarang. Kamu bisa melepaskan burqa kamu," pinta Zahra.
"Tidak apa-apa, aku lebih nyaman seperti ini," ucap Shakila secara halus menolak melepaskan burqanya.
"Apa karena kamu habis menangis semalaman?" Zahra dengan telak menanyakan hal itu.
Abian tidak bisa bertanya sehingga Zahra mewakilinya menanyakan apa yang ingin Abian tanyakan.
"Mba paham kamu pasti sakit hati karena kejadian tadi malam, tapi jangan menghindari suamimu seperti ini," Zahra memberikan nasehat sesama istri Abian.
Zahra bisa memahami sakit hati Shakila. Tapi sebagai istri mereka tidak bisa menghindari suami saat sedang ada masalah.
"Aku tidak menghindari mas Abian, mba," Shakila dengan cepat menyangkal karena tidak merasa menghindari suaminya.
Tadi pagi Shakila bahkan mengantar Abian sampai depan rumah, bagaimana bisa Shakila disebut menghindari suaminya?
"Kamu tidak mengizinkan mas Abian melihat wajahmu sama saja dengan menghindar," ucap Zahra berharap Shakila mengerti maksudnya.
Suami mereka sampai menangis karena Shakila terus memakai burqanya dan Shakila harus tahu itu.
"Sudah tidak apa-apa," ucap Abian menengahi.
Abian tidak ingin kesalahannya tadi malam membuat kedua istrinya berdebat.
"Mba benar aku memakai burqa karena aku menangis semalaman, tapi aku tidak bermaksud menghindari mas Abian. Aku hanya tidak ingin mas Abian merasa bersalah terhadapku."
jdi istri nya tetep 2 ya kan Bu😁😁😁
harusnya kalo mau nikah lagi yaa nunggu jadi duda dulu😁😁aq team monogami, jadi rada nyesek kalo baca cerita gini....untung aja ini di dunia hallu😁🙏🙏
sabarr ya Damm😁😁