seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keterkejutan anaknya Arsy dan Lita
Tangisan pertama pecah, suara kecil yang nyaring dan penuh kepanikan. Kemudian, tangisan itu berubah menjadi ratapan yang pilu dan tak terkendali. Anak kecil itu, yang baru beberapa saat lalu masih bermain riang, kini terisak-isak tak henti-hentinya. Tangisannya bukan sekadar tangis biasa; itu adalah luapan kesedihan, ketakutan, dan keputusasaan yang luar biasa.
Tubuhnya kecil itu gemetar hebat, tangannya mengepal erat, kuku-kukunya menancap ke telapak tangannya karena terkejut dan ketakutan. Ia merangkak mendekati tubuh orang tuanya, mencoba untuk menyentuh, untuk memastikan bahwa apa yang dilihatnya hanyalah mimpi buruk. Namun, ketika tangan kecilnya menyentuh kulit orang tuanya yang dingin, tangisannya semakin menjadi-jadi.
Ia berteriak memanggil orang tuanya, suaranya parau dan terbata-bata. "Mama! Papa!" teriaknya, suara yang penuh dengan harapan yang sia-sia. Ia mengulangi panggilan itu berulang kali, seolah-olah dengan memanggil nama orang tuanya, mereka akan kembali hidup. Namun, hanya kesunyian yang menjawab tangisannya. Keheningan yang dingin dan mengerikan, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang baru saja terjadi. Ia sendirian, terlantar, di tengah tragedi yang mengerikan. Dunia kecilnya telah hancur berkeping-keping
Hana menatap jenazah kedua orang tuanya dengan wajah yang pucat. Suasana rumah yang sebelumnya nyaman dan tenang kini berubah menjadi sangat mencekam. Udara berasa dingin dan menyeramkan, seolah ada sesuatu yang jahat bersembunyi di balik tembok.
"Papa, mama, bisik Hana, suaranya gemetar karena ketakutan. "Kenapa kalian meninggalkan aku?"
Hana merasa takut dan bingung. Ia tak tahu apa yang terjadi pada orang tuanya. Ia hanya menemukan mereka terbaring tak bernyawa di lantai saat baru bangun dari tidurnya.
"Siapa yang melakukan ini?" gumam Hana, dengan suara yang gemetar. "Siapa yang tega melakukan ini pada mereka?"
Hana merasa sangat sedih dan kehilangan. Ia merasa seolah-olah dunianya hancur berantakan. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi.
Tiba-tiba, ia mendengar suara langkah kaki yang mendekati rumahnya. Ia menoleh ke arah pintu dan melihat seorang pria berpakaian hitam yang sedang mengetuk pintu.
"Siapa itu?" gumam Hana, dengan suara yang gemetar.
Hana beranikan diri untuk membuka pintu. Ia terkejut melihat pria itu berpakaian seperti petugas keamanan.
"Maaf menganggu, Nona," kata pria itu, dengan suara yang lembut. "Saya mendengar ada suara teriakan dari rumah ini. Ada apa?"
Hana menunjuk ke arah jenazah kedua orang tuanya yang terbaring di lantai.
papa dan mama saya," bisik Hana, suaranya gemetar karena tangis. "Mereka..."
Pria itu menatap jenazah kedua orang tua Hana dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Ia segera melaporkan kejadian ini ke polisi.
"Tenanglah, Nona," kata pria itu, dengan suara yang lembut. "Polisi akan segera datang."
Petugas keamanan itu berdiri di depan rumah nomor 5, matanya memandang jenazah Arsy dan Lita yang terbaring tak bernyawa. Ia merasakan suasana yang sangat mengerikan di rumah itu.
"Saya harus lapor ke polisi," gumam petugas keamanan itu. "Ini kejadian yang sangat serius."
Ia segera menghubungi polisi dan melaporkan kematian Arsy dan Lita di rumah nomor 5. Ia menceritakan segalanya pada polisi, mulai dari suara teriakan yang ia dengar hingga penemuan jenazah Arsy dan Lita.
"Tolong segera datang ke sini, Pak," kata petugas keamanan itu, suaranya gemetar karena ketakutan. "Ada yang tidak beres di rumah ini."
Polisi segera datang ke rumah nomor 5. Mereka menemukan petugas keamanan yang sedang berdiri di depan rumah, wajahnya pucat dan penuh kekhawatiran.
"Ada apa ini?" tanya seorang polisi, dengan suara yang tegas.
Petugas keamanan itu menunjuk ke arah jenazah Arsy dan Lita yang terbaring tak bernyawa di dalam rumah.
"Ada yang tidak beres, Pak," kata petugas keamanan itu, dengan suara yang gemetar. "Mereka meninggal dunia."
Para polisi segera masuk ke rumah nomor 5 dan memeriksa jenazah Arsy dan Lita. Mereka menemukan beberapa tanda kekerasan pada tubuh Arsy dan Lita.
"Sepertinya ini bukan kematian wajar," kata seorang polisi, dengan suara yang serius. "Kita harus menyelidiki kasus ini."
Suara sirene mobil polisi tadi telah membangunkan semua tetangga Arsy. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di rumah itu. Mereka berkumpul di depan rumah Arsy dan Lita, menatap dengan wajah yang penuh keingintahuan dan kecemasan.
"Ada apa sih itu?" bisik Bu Tuti pada Bu Sri, tetangganya. "Kenapa sampai ada polisi?"
"Entahlah," jawab Bu Sri, dengan wajah yang penuh keingintahuan. "Kayaknya rumah Arsy tuh ada kejadian."
Para tetangga menatap rumah Arsy dengan wajah yang penuh kekhawatiran. Mereka tahu bahwa Arsy dan Lita adalah pasangan yang baik dan ramah. Mereka tidak percaya bahwa ada yang berani mencelakai mereka.
"Semoga gak ada apa-apa deh," gumam Pak Joko, tetangga lainnya, dengan wajah yang penuh harap.
Para tetangga menatap dengan tegang ke arah pintu rumah Arsy dan Lita. Mereka penasaran dengan apa yang terjadi di dalam.
Polisi kemudian mengeluarkan jenazah Arsy dan lita Mereka terkejut melihat jenazah Arsy dan Lita yang di angkat polisi itu. Untuk di masukkan ke dalam mobil.
"Astagfirullah!" teriak Bu Tuti, dengan suara yang gemetar. "Kenapa bisa gini?"
Para tetangga lainnya juga terkejut dan ketakutan. Mereka tak percaya bahwa Arsy dan Lita meninggal dunia dengan cara yang tragis seperti itu.
"Sepertinya mereka dibunuh," bisik Pak Joko, dengan wajah yang pucat. "Kasian banget."
Para tetangga menatap jenazah Arsy dan Lita dengan wajah yang penuh kesedihan dan ketakutan. Mereka tak percaya bahwa pasangan yang baik dan ramah itu meninggal dunia dengan cara yang tragis seperti itu.
Para tetangga menatap jenazah Arsy dan Lita dengan wajah yang penuh kesedihan dan ketakutan. Mereka tak percaya bahwa pasangan yang baik dan ramah itu meninggal dunia dengan cara yang tragis seperti itu.
Salah satu tetangga, seorang ibu muda bernama Mbak Yuni, melihat seorang anak kecil, berumur sekitar 5 tahun, yang menatap jenazah Arsy dan Lita dengan wajah yang pucat. Anak itu terlihat ketakutan dan bingung.
"Dek, kamu kenapa?" tanya Mbak Yuni, dengan suara yang lembut.
Anak itu menunjuk ke arah jenazah Arsy dan Lita dengan jari telunjuknya.
"Mama dan papa kenapa, Mbak?" tanya anak itu, dengan suara yang gemetar.
Mbak Yuni merasa sedih melihat anak itu yang tak mengerti apa yang terjadi. Ia mencoba menenangkan anak itu dengan menggendongnya di pelukannya.
"mama dan papa sedang tidur, Dek," jawab Mbak Yuni, dengan suara yang lembut. "Mereka lagi tidur nyenyak."
Anak itu terdiam sejenak, kemudian menangis dengan keras.
"Aku mau ketemu mama dan papa," teriak anak itu, dengan suara yang penuh tangis.
Mbak Yuni menenangkan anak itu dengan memeluknya erat. Ia mencoba menjelaskan pada anak itu bahwa mama dan papanya sudah tidak ada lagi.
"Mama dan papa sudah pergi ke tempat yang jauh," jelas Mbak Yuni, dengan suara yang lembut. "Tapi, mereka akan selalu menjagamu dari surga."
Anak itu masih menangis, tapi sedikit demi sedikit tangisannya berkurang. Mbak Yuni terus menenangkan anak itu hingga tangisannya henti.