NovelToon NovelToon
Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Campur Tangan Mertuaku Di Keluarga Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Selingkuh / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Tina Mehna 2

Menjadi ibu baru tidak lah mudah, kehamilan Yeni tidak ada masalah. Tetapi selamma kehamilan, dia terus mengalami tekanan fisik dan tekanan mental yang di sebabkan oleh mertua nya. Suami nya Ridwan selalu menuruti semua perkataan ibunya. Dia selalu mengagungkan ibunya. Dari awal sampai melahirkan dia seperti tak perduli akan istrinya. Dia selalu meminta Yeni agar bisa memahami ibunya. Yeni menuruti kemauan suaminya itu namun suatu masalah terjadi sehingga Yeni tak bisa lagi mentolerir semua campur tangan gan mertuanya.


Bagaimana akhir cerita ini? Apa yang akan yeni lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tina Mehna 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 16. CTMDKK

Aku menunggu dia membalas pesan ku namun setelah beberapa lama, dia hanya membaca pesan ku saja. Satu jam ku menunggu balasan darinya. Namun tak ada sekalipun perubahan dalam pesan itu.

Ku beralih dari ponselku ke Reza. Setelah anakku tertidur, ku sempat mengecek lagi ponselku ini namun pesan itu belum ada balasannya. Ku alihkan lagi diriku dengan memasak dan membersihkan rumah.

“Yeni.. Yen..” Ku menoleh ke sumber suara yang memanggilku.

“Eh Bu Arin? Bu Eem? Iya bu? Sebentar.” Ku lihat ada Bu Arin yang sedang meminta di buka kan pintu pagar.

Aku meletakan sapu lalu mendekat dan membuka pagar. Ku lihat wajah Bu Arin dan Bu Eem yang sedikit kelelahan.

“Kenapa mereka berkeringat? Apa mereka habis jogging langsung kesini?” Ucap batin ku.

Setelah pagar terbuka, mereka masuk lalu menggandeng ku untuk masuk kedalam rumah. Mereka mempercepat Langkah hingga aku juga ikut mempercepat langkahku.

“Duduk dulu bu. Sebentar Yeni ambilkan air.” Ucapku mempersilahkan mereka duduk dan berjalan ke dapur.

Aku dengan sopan mengambilkan dia minum lebih dulu dan langsung memberikan itu pada mereka dengan sepiring pisang goreng yang sudah ku buat dari tadi.

“Silahkan bu icip dulu pisang goreng nya, mumpung masih hangat juga.” Ucapku lagi

“Ya, makasih ya yen.” Jawab Bu Eem lalu memakan pisang goreng itu.

Sembari menunggu mereka selesai mencicipi hidangan yang ku sediakan, Aku bertanya-tanya akan kedatangan mereka kemari dengan tergesa-gesa ini. Setau aku, Kalau ada Bu Arin yang tiba-tiba datang, pasti aka nada sebuah kabar yang mengejutkan. Sedari dulu, warga kampung sini ikut panik jika Bu Arin tiba-tiba datang. Pascal nya, kabar yang dia bawa pasti lebih banyak buruknya.

Setelah mereka cukup tenang, mereka pun menatap ke arahku.

“Yen, saya ada berita buat kamu. Tapi saya ingin kamu dengar dulu sampai selesai ya.” Ucap Bu Arin.

“Iya bu.” Jawabku singkat namun jantung terasa berdetak kencang.

“Gini yen. Kemarin saya pergi ke kota. Biasa saya mau jenguk anak bontot di pondok. Kamu tau kan yen, Pondok anak saya kan masih satu kecamatan sama tempat tinggal mu to? Nah, Seharian saya di sana ajak anak bontot jalan-jalan ke toko-toko beli alat tulis dan sebagainya. Nah sesudah itu, anak bontot minta makan di mall boro itu loh. Nah, saya turutin tuh pergilah kami ke sana. Kami lagi fokus makan tuh, tiba—tiba ada suami mu yen baru dateng sama perempuan.” Jelas Bu Arin dengan pelan.

“Maksud nya bagaimana bu?” Jawabku dengan bingung sekaligus kaget.

“Yeni, maaf kalau buat kamu bingung. Tapi maksud saya cuma beritahu apa yang saya lihat saja. soalnya, mereka kelihatannya akrab. Terus saya coba sapa dia kan? Lah suami mu malah nggak kenal sama saya coba? Si perempuan itu panggil suami mu itu mas juga seperti kamu. Kalau mereka teman bisnis ya panggilnya pak bukan? Aduh, makanya saya pengen cepat-cepat kasih tau kamu yen. Biar tau rasa dia di marahi kamu.” Jelas lagi Bu Arin dengan sedikit kesal.

“Maaf bu kalau mas Ridwan bikin kesel tapi sepertinya perempuan itu adiknya.” Jawabku dengan sopan.

“Eh bukan.. perempuan itu bukan si Syifa itu apa siapa namanya lah. Saya itu bukan adiknya loh. Serius, ini nih kamu lihat sendiri Yen.” Ucap lagi dia membuatku semakin penasaran.

“Yen, Ini bener Yen. Bu Arin ada buktinya loh. Tunjukkan bu.” Ucap Bu Eem semakin membuatku penasaran.

Bu Arin terlihat sedang sibuk mencari foto yang dia bicarakan tadi. “Nih, nih lihat. Bukan si Syifa itu kan?” Ucapnya dengan memperlihatkan ponsel nya padaku.

Ku lihat potret itu dan benar saja ada mas Ridwan dan seorang perempuan yang sepertinya sedang saling tersenyum dengan bertatapan. Aku sama sekali tak kenal dengan perempuan itu. Siapa dia sebenarnya? Tapii ku tak boleh berburuk sangka dulu karena siapa tau perempuan itu hanyalah seorang client di kantor mas Ridwan.

“Nih kan gimana tuh Yen? Beneran bukan si syifa kan?” tanya Bu Eem.

“Iya bu, ini bukan syifa. Tapi sepertinya perempuan ini masih client di kantor nya.” Jawab ku berfikir positif.

“Benarkah? Emm, bisa jadi sih. Tapi saya minta hati-hati ya Yen. Jangan terlalu berfikir positif seperti itu. Kita tak tau loh isi hati suami. Ya sudah, saya ke sini cuma kasih tau hal ini Yen karena saya pikir suami mu itu nggak akan kasih tau kamu kan? Yen, kamu harus tegas ke suami kamu gitu loh Yen. Jangan santai begini, kita nggak tau apa yang akan terjadi besok. Jangan sampai ya jangan sampai si Ridwan duakan kamu. Apalagi kamu sama dia kan lagi berjarak gini loh.” Jelas Bu Arin lagi.

“Yen, Coba habis ini kamu tanya sama suami saja ya. Kami cuman kasih tau saja hal ini. Kamu tenang saja Yen.. Kita nggak bakalan kasih tau sama siapa-sapa kok.” Ucap Bu Eem sembari menepuk pundakku.

“Iya bu ibu. Terima kasih karena udah kasih tau Yeni. Tapi Yeni yakin insyaallah suami Yeni nggak bakalan begitu bu.”

“Ya, semoga saja Yen.” Sahut Bu Arin.

Beberapa saat kemudian, Mereka pun meninggalkan rumah ini.

“Semangat ya Yen..” Ucap Bu Eem.

“Iya bu. Makasih.. Hati-hati di jalan”

Selesai mengantar mereka, ku kembali masuk kedalam rumah dan langsung mengambil ponselku di dalam kamar.

“Siapa ya perempuan itu? Apa ku coba tanya saja ke mas Ridwan? Tapi, apa mas Ridwan bakal jawab jujur?” Aku ketik kata-kata untuk menarik perhatian mas Ridwan dulu namun ku malah jadi ragu untuk mengirim nya.

“Kira-kira, di balas tidak ya sama mas Ridwan? Ah, coba saja dulu.” Ku klik tombol send dengan rasa penasaran yang semakin dalam lalu setelah itu ku langsung letakan ponselku di meja lagi.

Beberapa saat kemudian ponselku bergetar. Aku dengan cepat mengambil lagi ponselku dan melihat chat yang masuk.

“Salma? Ku kira mas Ridwan.” Ucapku lalu mengklik kolom chat Salma.

Ku baca isi chat nya, “Mba, ibu sudah sadar tapi ibu langsung kasih tau bapak semua nya mba. Sekarang, bapak sedang ke rumah mba sama mas Ridwan.”

Ku sontak langsung menelpon Salma dan langsung di angkat olehnya.

“Sal? Bapak beneran ke sana? Aduh, gimana ini ya? Kalau bapak kesana, bakalan rame itu. mba takut mertua mba bakalan bikin bapak malu.” 

“Iya mba, bapak berangkat dari ku sampai ke kamar ibu di sini.” 

“Ya ampun. Aduh bagaimana ini ya? Mba bingung banget. Telpon mas Ridwan nggak bakalan dia angkat, mba chat saja nggak di bales.” 

“Mba, mba yang tenang dulu. Tenang saja mba. Bapak nggak akan kenapa-kenapa kok. Salma percaya itu. tetangga mba di sana kan baik-baik. Pasti mereka bantu kok.” 

“Iya, tapi tetap aja kan. Pasti bakalan rame banget itu.” Ucapku. 

“Em, kenapa mba nggak coba telpon tetangga mba itu siapa namanya? Coba tanyain saja mba sama dia.” 

“Nggak enak lah Sal. Malu juga.. ngerepotin kan?” 

“Lah terus harus gimana mba? Salma juga bingung. Salma kan juga lagi jaga Ibu mba.” 

“Iya juga sih.” 

“Kan? Ya udah mba. Mba tenang aja, nanti kalau bapak kesini lagi. Salma kabari.” 

“Ya sudah. Salam buat Ibu.” 

Bersambung.

1
Listya ning
Haii salam kenal
Terus semangat berkarya
Jangan lupa mampir ya 💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!