Clara mengetahui dirinya mengandung setelah bercerai dengan suaminya Bara yang menikah dengannya di saat pria itu mengalami amnesia.Clara akhirnya melahirkan dua anak laki-laki kembar.
Di saat sedang membawa kedua bayinya jalan-jalan di taman, Clara kehilangan salah satu bayinya yang ternyata ditemukan oleh Bara, sang mantan suami. Bara yang biasanya tidak terlalu menyukai anak kecil, entah kenapa dia menyukai bayi yang ditemukannya dan memutuskan untuk mengangkatnya sebagai anak. Setelah besar, anak-anak yang dilahirkan Clara ternyata memiliki IQ tinggi.Tanpa sengaja anak-anak kembar itu bertemu di suatu tempat, karena suatu hal akhirnya mereka berdua bertukar posisi.Yang bersama Clara,tinggal dengan Bara dan begitu juga sebaliknya. Di saat sedang bertukar posisi,mereka mengetahui sebuah rahasia.
Rahasia apakah itu? apakah anak kembar itu akan berhasil mengungkapkan rahasia itu dan menyatukan kembali Clara dan Bara?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosma Sri Dewi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dito percaya Jono ada di pihaknya
Hari ini adalah weekend, hari di mana tidak ada yang namanya pergi ke sekolah. Di pekarangan rumah, tampak Jono yang sepertinya bersiap-siap untuk mencuci mobil yang sering dia pakai
Pria paruh baya itu sudah menyiram seluruh bodi mobil dengan air, dan kemudian mulai menggosok-gosok mobil dengan spons khusus mobil. Pria itu tampak ceria saat melakukan aktivitasnya. Itu terbukti dari terdengarnya senandung-senandung kecil dari mulutnya yang sesekali diselingi dengan siulan.
Dari arah belakang tampak Dito datang menghampiri Jono. Karena selama Jono jadi supir pribadi Bimo, ini baru pertama kalinya dia punya kesempatan untuk menyapa pria itu.
"Wah, sepertinya lagi senang nih. Semangat sekali mencuci mobilnya? kalau aku sih mending aku bawa ke tempat pencucian mobil, tinggal bayar selesai," sapa Dito buka suara.
Jono menatap Dito sekilas, kemudian kembali melakukan aktivitasnya. Namun pria paruh baya itu tidak lupa untuk tersenyum walaupun sangat tipis.
"Aku rasa tidak ada salahnya, kita cuci mobilnya sendiri. Lumayan kan menghemat," sahut Jono, berusaha bersikap biasa saja, seperti tidak ada masalah.
Dito sontak terkekeh meledek. "Makanya, kamu tiru aku dong. Aku supir pribadi nyonya rumah ini dan Tuan muda asli keluarga ini. Makanya, aku selalu dapat uang lebih jadi tidak perlu menghemat kalau hanya untuk mencuci mobil saja. Kalau yang kamu layani kan hanya tuan muda palsu atau hanya anak pungut. Jadi, ya kamu memang harus terima nasib tidak akan mendapat uang lebih," ucap Dito dengan suara pelan, tapi terselip sebuah ejekan.
Jono menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya kembali ke udara. Raut wajah pria paruh baya itu seketika berubah sendu. "Kamu benar. Sepertinya aku memang harus terima nasib. Aku tidak seberuntung kamu, jadi apa boleh buat. Sekarang yang penting aku bisa punya penghasilan, itu saja," sahut Jono dengan tangan yang masih tetap melakukan aktivitasnya.
"Kata Tuan Bara, kamu harus mematuhi si anak angkat itu, aku sarankan, kamu tidak harus melakukannya, karena aku rasa tidak ada gunanya sama sekali. Toh kamu juga tidak dapat apa-apa kan dari dia?" Dito mulai memainkan siasatnya mencoba memprovokasi supir pribadi Bimo itu.
Jono sontak menghentikan kegiatannya. Pria paruh baya itu terdiam beberapa saat seperti sedang berpikir. Detik berikutnya, pria itu kemudian menghela napasnya dengan sekali hentakan. "Kamu benar. Aku sebenarnya tidak terlalu senang pada anak itu, yang bersikap seperti seorang bos. Padahal kalau bukan karena tuan Bara, dia pasti akan menjadi pengemis di jalanan," Jono berucap dengan raut wajah penuh kekesalan.
Dito sontak tersenyum, merasa sudah berhasil memprovokasi pria paruh baya itu.
"Pak, Jono mulai sekarang, ada baiknya Bapak berpura-pura saja patuh pada anak pungut itu. Tapi, aku minta Bapak memberitahukan padaku apa yang sebenarnya dilakukan oleh anak itu di luar sana. Soalnya belakangan ini sikapnya sangat mencurigakan dan sudah mulai berani pada Ibu Tania. Bapak tenang saja, Bapak akan mendapatkan imbalan yang besar nanti dari Ibu Tania. Bagaimana, Pak?" karena merasa sudah berhasil memprovokasi supir pribadi Bimo itu,Dito mulai memberanikan diri mengajak pria paruh baya itu untuk bekerja sama.
Jono tidak langsung menjawab. Pria paruh baya itu tampak diam seperti mempertimbangkan permintaan rekan kerjanya itu.
"Emm, sepertinya permintaan kamu itu menarik. Lumayan buat tambah-tambah gaji. Baiklah,aku bersedia memata-matai Bimo. Yang penting ada uangnya," sahut Jono akhirnya menyanggupi.
"Yes, berhasil. Dasar pria bodoh. Mau saja dimanfaatkan. Sudah aku duga, dengan uang semuanya pasti akan berjalan lancar," sorak Dito dalam hati.
"Baiklah, Pak Jono, aku mau keluar dulu. Seperti yang aku katakan tadi, aku mau bawa mobilnya ke pencucian mobil," Dito berbalik hendak beranjak meninggalkan Jono.
"Dito, tunggu sebentar!" Dito sontak menghentikan langkahnya dan memutar kembali tubuhnya, begitu mendengar Jono memanggilnya. Pria itu sebenarnya ingin marah saat dia mendengar pria paruh baya itu memanggilnya dengan hanya sebutan nama saja, tapi dia berusaha tidak menunjukkan Kekesalannya. "Tunggu aku jadi tuan besar di rumah ini, mulut kamu pasti akan aku jahit kalau berani memanggilku tanpa sebutan, Tuan," Dito menggerutu di dalam hati.
"Ada apa Pak, Jono?" tanya Dito, berusaha meredam kekesalannya.
"Emm ... aku cuma mau menyarankan, bagaimana kalau aku saja yang mencuci mobil yang sering kamu pakai itu? lumayan buat tambah-tambahan uang untukku. Kamu tenang saja, aku akan mencuci lebih bersih dari tempat pencucian mobil itu," Jono berucap sembari nyengir kuda.
Dito tidak langsung mengiyakan, tapi juga tidak menolak. Ada perasaan ragu lada pria itu untuk mengizinkan pria paruh baya itu untuk mencuci mobil yang sering digunakannya. "Emm, untuk kali ini ada baiknya aku izinkan dulu dia untuk mencuci mobilku, karena kami baru saja menjalin kerjasama. kalau aku menolak, takutnya dia kecewa padaku dan tidak mau jadi mata-mata kami lagi," bisik Dito pada dirinya sendiri.
"Emm, baiklah Pak Jono! tapi Bapak benar-benar akan mencucinya dengan sangat bersih kan?"
"Tentu saja. Kamu tidak perlu meragukan kemampuanku mencuci mobil," ucap Jono dengan penuh semangat, seakan-akan pria itu memang benar- benar mengharapkan imbalan uang yang tidak seberapa itu.
"Dasar orang susah! membayangkan dapat uang segitu saja udah senang sekali," Dito mengejek Jono di dalam hatinya.
"Ya udah, ini kunci mobilnya!" Dito melemparkan kunci mobil di tangannya ke arah Jono, yang dengan tangkas langsung ditangkap pria paruh baya itu.
"Ingat Pak Jono. Mobilnya harus benar-benar bersih!" pungkas Dito akhirnya, lalu melangkah pergi.
Dengan penuh semangat, Jono menyelesaikan mobil yang digunakannya. Kemudian setelah selesai dia langsung berjalan ke arah mobil yang sering digunakan oleh Dito.
Jono mulai melakukan pencucian mobil seperti biasa. Dimulai dari luar lebih dulu, kemudian beralih ke dalam mobil. Ketika berada di dalam mobil, mata pria paruh baya itu, mengedar, memindai setiap sudut seperti mencari sesuatu.
"Emm, sepertinya di sana posisi yang sangat tepat. Karena tidak akan ada yang menyadari kalau aku meletakkannya di sana," Pria itu berbicara pada dirinya sendiri.
Setelah selesai melakukan hal yang memang harus dia lakukan, Jono kemudian kembali membersihkan mobil itu dengan baik.
Setelah cukup lama berkutat dengan mobil itu, Jono mengembuskan napas, untuk meringankan sedikit rasa capeknya, karena mencuci dua mobil sekaligus.
"Wah, sudah selesai Pak Jono?" tiba-tiba Dito sudah berdiri kembali di belakangnya, hingga membuat pria paruh baya itu terjengkit kaget.
"Aduh, Dito. Kamu membuat aku kaget saja!" Jono mengelus-elus dadanya. "Seperti yang kamu lihat. Semuanya sudah bersih dan kinclong,"sahut Jono dengan sangat bangga dan yakin.
Dito mulai mengintip ke dalam mobil dan melihat kalau memang pekerjaan Jono tidak kalah kalau dicuci di tempat pencucian mobil.
"Wah, Bapak benar. Hasilnya bersih sempurna. Ini untuk, Bapak!" Dito meletakkan uang dua lembar berwarna merah ke tangan Jono. "Kalau begitu aku pergi dulu! ingat ya,Pak apa yang kita bicarakan tadi!"
"Siap!" sahut Jono, tegas.
Tanpa mengucapkan sepatah katapun lagi, Dito akhirnya beranjak pergi meninggalkan Jono.
Di saat bersamaan, terdengar handphone Jono, berbunyi pertanda kalau ada pesan yang masuk.
"Bagiamana, Pak Jono apa Bapak sudah melakukan yang aku minta?" begitulah bunyi pesan itu yang ternyata berasal dari Bima.
Senyum Jono sontak terbit dan dengan cepat mengetik balasan. "Beres, Tuan muda. Dan dia sekarang sudah percaya kalau aku ada di pihaknya."
"Perfect," balasan datang kembali dari Bima. Bisa dipastikan kalau sudut bibir anak laki-laki itu sekarang pasti sedang menyeringai sinis.
Tbc
siapa yg pakai kan kalung Clara kalo dia sdh di culik dari baru lahir
tapi ist ok...Krn episode nya Seru...mungkin orang melupakan dan SMG Jd inspirasi dlm menyusun kalimat dlm novel mu yg akan datang.sehat dan sukses buatmu Author 🥰🥰👌🙏🙏
ditektip aja kalah .
seru kekompakan dan keseruan kalian sebagai saudara 👍🏼🥰😍