Bagi seorang anak baik buruknya orang tua, mereka adalah dunianya. Mereka tumpuan hidup mereka. Sumber kasih sayang dan cinta. Akan, tetapi sengaja atau tidak, terkadang banyak orang tua yang tidak mampu berlaku adil kepada putra-putri mereka. Seperti halnya Allisya. Si bungsu yang kerap kali merasa tersisih. Anak yang selalu merasa dirinya diabaikan, dan anak yang selalu merasa tidak mendapatkan kasih sayang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
"Serius Mir, kamu mau pindah? Kenapa? Ada masalah? Apa ini ada hubungannya dengan waktu kamu masuk BK Minggu lalu?" cecar Fani, sesaat Mira memberitahukan perihal dirinya yang mau pindah sekolah.
"Nggak ada hubungannya kok, cuman kata ibuku lebih baik aku pindah sekolah saja," ujar Mira, sambil menyusun buku-bukunya yang akan ia serahkan ke perpustakaan sesaat lagi.
"Iyahhh, sayang banget donk kalau kamu pindah, terus pacar kamu bilang apa?" Ujar Fani
"Pacar?"
"Iya, pacar, si Gading" ujar Fani
"Gading bukan pacar aku, dia hanya bercanda" ujar Mira.
"Tapi..."
"Ya sudahlah, aku deluan mau balikin nih buku" Mira langsung bergegas meninggalkan Fani, dia nggak mau berlama-lama membahas gading lagi. Dia memang tidak dendam dengan gading, tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa semua ini karena ulah gading. Kalau saja si gading tidak memperpanjang masalah mengenai batu yang tidak sengaja ia tendang hingga mengenai kepala Gading, pastilah ibunya tidak akan ngotot untuk memindahkan dirinya.
"Dubrakkk"
"Astaga, maaf-maaf," ujar Bayu seraya mengutipi satu-persatu buku milik Mira yang telah berceceran di lantai. "Kamu tidak apa-apa?" Bayu mendongakkan kepalanya kearah Mira, sesaat pandangan mereka saling beradu.
"Ya, tidak apa-apa" ujar Mira seraya menunduk.
"Ini semua buku-bukumu? Mau di bawa kemana" tanya Bayu heran, buku-buku itu adalah buku -buku paket yang tidak diperlukan hari ini, karena tidak ada jamnya.
"Iya, mau saya bawa keperpus bay" ujar Mira, seraya memeluk bukunya ke dada.
"Ke perpus? Buat apa di bawa ke perpus" Bayu masih tidak paham.
"Iya Bay, mau saya balikin" ujar Mira masih menunduk
"Di balikin? Kok di balikin mir, bukannya buku itu masih kita butuhkannya?" Tanya Bayu penasaran, dirinya semakin tidak mengerti.
Mira menghela nafas panjang.
"Ia Bay, buku-buku ini mau saya balikin, soalnya saya mau pindah dari sekolah ini" ujar Mira kemudian, sejujurnya ia tidak sanggup untuk mengatakan hal ini kepada Bayu, tetapi memang itulah kenyataannya.
"Pindah? Kok bisa Mir, kan tanggung kalau mau pindah, kita udah kelas 3 loh" ujar Bayu.
"Ya begitulah, ya sudah bay saya buru-buru takutnya keburu bel masuk, duluan ya" ujar Mira lalu langsung meninggalkan Bayu, yang masih terpaku karena bingung.
"Kamu ada di perpus toh, padahal aku cariin kemana-mana dari tadi" gading datang menghampiri Mira yang sedang berjalan menyusuri jalan kelas.
"Bukan urusanmu" ujar Mira ketus, ia terus berjalan tanpa menatap ke arah gading.
"Lah kok bukan urusanmu, kamu itu pacarku jadi wajar kalau aku ngurusin kamu" ujar Gading, seraya menyeringai.
"Gading, stop bilang kalau aku ini pacarmu, kita nggak pernah jadian, aku nggak pernah Nerima kamu, jadi stop bilang kita pacaran. Aku muak, aku bosan, kamu tahu tidak gara gara Kamu..." Ucapan Mira terhenti, ia tidak mau menambah persoalan baru dengan memberi tahu yang sebenarnya bahwa dia akan pindah.
"Apa, gara gara aku kamu kenapa?" Ujar gading membelalakkan kedua bola matanya kepada Mira.
"Ok, aku salah, btw aku tidak butuh uang dua jutamu, nih aku balikin" ujar Mira menyerahkan amplop coklat yang kemarin pagi pernah diberikan oleh gading kepadanya.
"Jadi mulai sekarang berhenti menggangguku, btw utang ku juga sudah di bayarkan sama ayahku, jadi antara kamu dan aku sudah tidak ada urusan apa-apa lagi," sambung Mira, kemudian pergi meninggalkan gading yang masih terpaku di sana. Gading hanya bisa terdiam, tangannya masih memegang amplop coklat itu. Giginya saling beradu, kakinya menendang tembong lorong tanda kekesalannya kepada Mira.
Mira tidak langsung ke kelas, ia lebih memilih untuk duduk di bawah pohon rindang, kebetulan baru saja ada pengumuman bahwa guru rapat, jadi untuk kali ini siswa/i bebas istirahat. Pandangannya fokus ke lapangan sekolah, di sana ada banyak anak laki-laki bermain bola basket, anak-anak perempuan dan laki-laki yang bersorak mendukung jagoannya masing-masing. Itu adalah pertandingan basket antar geng. Sesekali Mira tersenyum, saat Bayu dan teman-temannya berhasil memasukkan bola basket ke ringnya. Sesekali Mira juga merasa khawatir saat lawan Bayu juga berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
"Kau ingin aku ikut bertanding di sana?" Ujar gading yang tiba-tiba sudah duduk di samping Mira.
Mira tidak menjawab ia hanya diam saja, ia berusaha bersikap seolah-olah gading tidak ada di sampingnya.
"Baiklah, aku akan ke sana," ujar Gading, namun Mira hanya Diam saja. Ia tidak perduli dengan apa yang akan di lakukan oleh Gading.
Dan tiba-tiba saja Gading sudah ada di tengah lapangan Basket.
"Aku ingin bermain satu lawan satu dengan ketua OSIS kita yang terganteng ini," ujar Gading, seraya menangkap Bola dari tangan lawan Bayu. Semua yang ada di sana sontak terdiam, penonton menjadi kaku, lawan Bayu keluar semua dari lapangan bola sebab mereka mengenal siapa Bayu, murid pindahan yang namanya langsung cepat menyebar kemana-mana karena orang tuanya dan karena kenalannya.
Mira yang melihat itu, sontak berdiri dan mendekat ke lapangan.
"Ada apa ini?" tanya Mira kepada Fani yang juga berdiri di sana.
"Ini, si gading nantangin Bayu." ujar Fani menatap Mira sekilas lalu beralih ke lapangan.
"Tapi tentunya, aku tidak mau bermain kalau tidak ada taruhannya," ujar Gading. Kening Bayu mengkerut, semua penonton terlihat bingung.
"Apa taruhanmu?" tanya Bayu, kedua tangannya di lipat di atas dada.
"Baik, taruhannya adalah jika aku menang maka kamu harus menjauhi Mira,"
"Hah" semua penonton terperangah. Mereka mencari tahu siapa itu Mira, sebab Mira memang bukan siswi populer di sekolah itu.
"Itu Mira yang di maksud kamu Mir?" Tanya Fani kepada Mira, yang membuat siswi di dekat Fani dan Mira menatap kearah Mira. Dengan cepat kabar itu menyebar ke seluruh penonton sehingga kini semua mata tertuju kepada Mira.
"Itu si Mira"
"Mira yang itu"
"Padahal dia biasa aja"
"Kerjaan orang tuanya apa"
"Dia anggota OSIS, atau anggota cheers?"
Terdengar banyak siswa/i yang berbisik-bisik mengenai Mira.
"Jika kamu kalah?" tanya Bayu yang membuat semua penonton kembali terdiam.
Bayu menyeringai, dengan cepat dia datang menangkap keberadaan Mira. Dia menatap Mira lekat-lekat. "Jika aku kalah, maka aku yang akan menjauhi Mira," ujar Bayu seraya menderibel bola sekali-kali, namun kedua bola matanya masih fokus beradu pandang dengan Mira.
"Wahhh, gila si Mira jadi rebutan ketua OSIS dan ketua Geng," ujar Bagas, yang membuat Sinta merengut. Namun, dia berusaha menyembunyikan emosinya di hadapan teman-teman Bayu.
Mira yang mendengar itu tidak tahan lagi, dia langsung berlari ke tengah lapangan menghampiri Bayu dan Gading yang tengah perang dingin.
"Hah" Semua penontong terperangah heran, terkhusus Fani sebab ia tahu Mira. Mira adalah siswi pemalu, yang tidak pernah bertindak seperti ini. Apa yang ingin dia lakukan?