Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Mencuci otak para pelayan
Dwinda bersiap siap menunggu kedatangan Maria, sepertinya ia ingin memberi perhitungan kepada wanita tua yang menjadi pelayan di rumah Ellad.
Suara kaki terdengar melangkah, saat itu juga Dwinda mulai memanggil sang pelayan." Maria."
"Iya." Maria menoleh ke arah suara yang memanggil namanya.
Dwinda tersenyum dan menatap lekat ke arah pelayanya itu." Maria. Aku mengira rencana kamu akan berhasil, tapi nyatanya."
"Mm, se-mu-a .... "
Maria terlihat gugup menjawab pertanyaan Dwinda. Ia menundukkan pandangan, tak berani menatap sang majikan yang terlihat begitu marah kepadanya.
"Hey, Maria. Kenapa malah gugup seperti itu?" Pertanyaan dilayangkan kembali oleh Dwinda, wanita berumur dua puluh delapan tahun itu mencekram kedua pipi sang pelayan.
"Heh, aku sudah bilang. Buat dia menderita," ucap Dwinda, membuat Maria terlihat ketakutan.
"Maafkan saya Nyonya, karena gagal, " balas Maria, membuat Dwinda melepaksan cekraman tanganya.
Ia geram melihat kegagalan yang dibuat oleh pelayannya itu, membuat amarahnya tak terkendali. Dengan berani tangan kanan kini memukul pipi kiri Maria.
Palkk ....
Tamparan sang majikan begitu keras, seakan membekas pada relung hati Maria. Setiap kesalahan yang diperbuat salah satu pelayan, menjadikan sebuah ladang amarah Dwinda untuk bisa melampiaskan semuanya.
Air mata tak terbendung lagi, Maria kini menangis menahan rasa sakit akibat tamparan yang dilayangkan Dwinda, memegang pipi kirinya, tak terima dengan perlakuan sang istri CEO. Membuat ia menaruh kebencian yang mendalam.
" Ini pelajaran untuk kamu, karena sudah gagal membuat Aira menderita hari ini, aku Ingatkan lagi pada kamu Maria. Sekali lagi kamu gagal membuat Aira menangis ataupun kesakitan. Aku pastikan kamu tidak akan mendapatkan jatah gaji kamu bulan ini."
Ancaman yang sangat menakutkan, membuat Maria semakin membenci wanita yang berada di hadapannya. Ingin rasanya ia membunuh Dwinda saat itu juga.
Namun hatinya tak kuasa, ia tidak mau masuk ke dalam penjara dan menelantarkan anak-anaknya di desa yang memerlukan biaya.
Telunjuk tangan Dwinda menuju nunjuk ke arah Maria, seakan tak puas Dwinda menyakiti pelayannya dan juga menamparnya. Dwinda kini menarik rambut Maria hingga tak beraturan.
Begitu teganya wanita berumur dua puluh delapan tahun itu, menyakiti pelayanya.
"Ampun, Nyonya."
Mari menangis kesakitan, saat rambut yang tergulung rapi dijambak terus menerus.
Mendorong tubuh Maria hingga tersungkur jatuh, saat itulah Dwinda berucap." cepat pergi ke dapur. Jangan sampai Aira curiga."
Menganggukan kepala dan bangkit, Maria dengan terburu buru pegi dari hadapan Dwinda.
********
"Lina, Ratna. Tolong."
Bertapa terkejutnya, para pelayan melihat keadaan Maria yang begitu menghuatirkan, mereka dengan sigap menolong sang sahabat.
"Ayo berdiri, aku akan antarkan kamu masuk kedalam kamar."
Lina membantu Maria berjalan menuju kamarnya.
"Duduk dulu."
Perlahan Maria duduk, dengan merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Ia juga mengatakan jika dirinya kehausan.
Ratna datang membawakan makanan dan juga minuman untuk Maria.
"Maria ayo minum."
Ratna tak tega melihat sahabatnya dalam keadaan menyedihkan seperti sekarang. Membuat ia tentu saja tak bersedih dengan bertanya?" Apa Nyonya melakukan semua ini terhadap kamu, Maria?"
Pertanyaan Ratna membuat Maria menganggukkan kepala.
"Tega si nenek lampir itu, Kenapa dia bisa tega, berbuat seperti ini, kepada kamu, Maria?"
Pertanyaan Ratna membuat Maria menangis terisak-isak." Maria, kenapa menangis?"
Lina merangkul bahu sang sahabat, menenangkan setiap isak tangis yang keluar dari mulut sahabatnya. " coba kamu ceritakan, agar hatimu tenang saat ini."
Maria menatap ke arah samping sahabatnya, iya seakan tak berani mengatakan semua hal yang menimpa dirinya.
"Ayo ceritakan, jangan takut."
Menarik napas dengan kasar, pada akhirnya Maria mulai mengungkapkan semua yang sudah terjadi pada dirinya," ini semua kesalahan Dwinda. Karena aku yang gagal membuat Aira menderita."
Mengerutkan dahi, " Memangnya kamu sudah melakukan apa terhadap, Aira?" tanya Lina.
"Aku hampir saja berhasil membuat air panas mengenai badan Aira. Tapi saat kaki melangkah, aku malah tersandung dan membuat air panas itu mengenai sekujur tubuhku."
"Pantas saja kulitmu memerah dan mengelupas. "
" karena rencanaku yang gagal itu, membuat Nyonya marah besar dan malah menyiksaku."
Lina yang mendengar perkataan Maria, tentulah membuat dirinya sedih. Bagaimana bisa seorang majikan begitu sadis menganiaya pelayannya.
"Aku tak habis pikir dengan nyonya yang tega melukai kamu Maria, hanya karena kegagalan, membuat Nyonya dengan nekatnya menyiksa kamu seperti sekarang."
"Jujur saja. Aku juga sama sepertimu Lina, semenjak kematian Nyonya Maya, digantikan oleh Nyonya Dwinda. Hidup kita itu sekarang di ambang penderitaan, kita seperti dijadikan budak untuk pelampiasan kemarahannya."
"Benar, padahal awal-awal Tuan Ellad menikah dengan Nyonya Dwinda, ia tidak sejahat seperti sekarang, tutur katanya begitu lembut ia menghargai para pelayan di rumah ini, tapi sekarang berbalik."
Maria bangkit dari tempat duduknya," Sebenarnya aku sudah tak tahan dengan semua keinginan Nyonya Dwinda. Yang menyuruh kita untuk membuat Aira menderita, padahal Gadis itu begitu baik hati."
Lina mendekat dan memegang bahu Maria,'' pikiran kita sama, aku juga sudah tak tahan bekerja di rumah ini. Apa sebaiknya kita pergi saja dari sini, mengundurkan diri kepada Tuan Ellad."
"Tapi apa alasanya, jika kita pergi dari sini. kamu tahu sendiri kan, Tuan Ellad selalu menginginkan kita berada
Ternyata di tengah obrolan para pelayan, ada Aira yang mendengarkan di balik pintu luar kamar Maria.
"Oh, pantas saja. Aku sedikit mencurigai para pelayan di sini, ternyata mereka sudah diberi ancaman oleh Dwinda. untuk mengusirku dari rumah ini," Gumam hati Aira, dengan tergesa-gesanya ia pergi.
Aira duduk termenung, ia harus memikirkan cara agar bisa menguasai otak para pelayan di rumah CEO Ellad. Memang Dwinda berkuasa atas segala galanya, karena ia yang mengatur semua gaji para pelayan.
Ia kini berdiri, melihat lantai yang basah karena terguyur oleh air panas, sampai memikirkan wajah Maria, " Aha. Aku tahu apa yang harus aku lakukan sekarang."
Aira tersenyum kecil, ia kembali membersihkan air panas yang berada di dalam kamarnya.
Terlihat Dwinda mengintip pada balik pintu, ingin rasanya menghabisi Aira sekarang juga. Namun apa daya Aira bukan wanita desa sebarangan.
Ia pintar dan juga hebat dalam ilmu bela diri.
"Apa aku harus mencari tahu ke desa, tempat dia berada. Agar bisa mengetahui kelemahannya." Gumam hati Dwinda.
Aira menyadari jika Dwinda tengah mengintip, pada balik pintu kamarnya, hingga terbesit sebuah rencana yang mungkin akan menyenangkan.
Wanita berbulu mata lentik melihat air yang ia kumpulkan di dalam ember, membuat senyum liciknya tergambar saat itu juga.
Berdiri mengambil air. Dan Byurrrrrr ....
Pas mengenai wajah Dwinda yang masih mengintip di balik pintu kamar Aira.
crrita carlos ma welly terus