Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 10. Drama Nasi Goreng
Radi berkendara menuju rumah. Setiap mengingat Hasna dengan kemeja putih miliknya yang menempel di badan gadis itu membuat wajahnya panas dan jantungnya berdetak kencang.
" Ya Allaah, apa aku harus memeriksakan kondisi tubuhku ini ke Dika atau om Bisma. Rasa rasanya ada yang salah dengan tubuhku ini. Terlebih jantungku ... Huft kenapa bisa begitu deg deg an."
Radi, dosen killer itu benar benar minus dalam hal wanita. Ia sebenarnya bingung saat berhadapan dengan Hasna. Namun karena Hasna adalah mahasiswanya jadi kebingungan itu bisa ia akali dengan bersikap layaknya seorang dosen kepada mahasiswa nya.
" Semoga dengan rencana ini berhasil dan ayah bunda bisa memutuskan tali perjodohan. Haish menikah, gelar profesorku saja belum ku dapatkan masa harus lebih dulu mendapat gelar suami sih."
Radi menggaruk kepalanya, kata suami sungguh menggelitik hatinya. Tapi seketika ia menepis itu. Pria itu sungguh yakin bahwa dia akan sukses dengan rencananya.
Ckiiiit ...
Radi memarkirkan mobilnya tepat di halaman kediaman Dwilaga. Ia melihat mobil yang tidak asing di halaman tersebut.
" Seperti mobil Dika. Apa dia sedang berkunjung ke rumah?"
Radi berjalan pelan menuju ke dalam rumah. Dan benar saja, di sana dia sudah melihat sang adik dan adik iparnya tengah berada di ruang makan.
" Assalamualaikum."
" Waalaikum salam ... Nah itu dia yang ditunggu tunggu."
Radi mengerutkan kedua alisnya mendengar ucapan sang bunda. Tiba tiba perasaannya tidak enak.
" Tumben Dik belum akhir pekan udah kemari?"
" Iya ... Tuh Silvya yang mau."
Radi melihat ke arah Silvya. Wanita cantik itu hanya nyengir kuda melihat sang kakak ipar. Ingatannya kembali saat ada seorang mahasiswa yang membicarakan sang kakak di kantornya tadi pagi.
" Emang ada apa Si?"
" Itu ... Aku ... Itu kak."
Sekar terkekeh geli melihat sang menantu. Ia tahu Silvya merasa canggung terhadap kakak iparnya itu.
" Silvya pengen makan nasi goreng tapi buatan kakak."
Akhirnya sang bunda lah yang mengutarakan keinginan sang menantu. Radi seketika melongo mendengar ucapan bunda nya.
" Apa ... Yang benar saja. Bunda kan tahu kakak nggak bisa masak."
Silvya memasang muka memelas saat mendengar ucapan Radi. Dika seketika memohon kepada sang kakak.
" Kak please ... Ya, ku mohon. Biar dibantu bunda. Ya kan bund."
Sekar mengangguk, " Iya kak. Silvya pengen banget, kasian kan."
Mau tidak mau Radi menyanggupi keinginan sang adik ipar itu. Radi pun segera menuju ke dapur untuk membuatkan nasi goreng.
Setelah 30 menit nasi goreng itu pun jadi. Meskipun dapur menjadi berantakan karena sang bunda tidak benar benar membantu. Sekar hanya sekedar memberi instruksi dari kejauhan.
Radi pun menyajikannya di piring. Ia berhasil membuat dua porsi nasi goreng. Silvya melihat dengan mata berbinar ia pun segera memakannya dengan lahap. Semua orang yang melihat Silvya makan hanya menelan saliva mereka masing masing.
" Apakah enak sayang?"
Silvya hanya mengangguk mendapat pertanyaan dari sang suami. Dika, Radi, dan Sekar penasaran seenak apa makanan buatan Radi itu sampai sampai Silvya begitu menikmatinya dan begitu lahap. Ketiganya pun mengambil sendok dan mencicipinya.
" Weeek ... "
Ketiganya berlari menuju wastafel dan kamar mandi untuk melepehkan nasi goreng itu. Dika segera berlari menghampiri istrinya dan menarik piring nasi goreng yang tengah di makan Silvya.
" Sayang stop ini nggak enak."
" Mas jangan. Aku mau makan itu."
" Tapi ... "
" Huaa mas jahat ... Aku mau makan itu."
Radi dan Sekar heran dengan sikap Silvya. Nasi goreng yang keasinan itu menurut Silvya sangat enak. Bahkan ia tidak rela piringnya diambil paksa oleh Dika. Mau tidak mau Dika kembali memberikan nasi goreng itu untuk dimakan lagi oleh Silvya.
" Ini ada apa, lho Silvya kenapa menangis. Dika, kamu apakan istrimu."
Dika mengusap wajahnya kasar. Ia pun langsung mendorong ayah, bunda, dan sang kakak menuju ke ruang tamu meninggalkan Silvya yang meneruskan makan nasi goreng asin buatan Radi.
" Yah, aku nggak ngapa ngapain Silvya. Aku hanya mengambil nasi goreng super asin buatan kak Radi. Tapi dia nya malah nangis. Soalnya kata Silvya enak banget."
" Apa ???" Aryo sungguh terkejut mendengar penjelasan Dika. Ia pun menengok sejenak sang menantu dan benar saja, Silvya tengah makan dengan lahap. Radi sedikit merasa bersalah atas semua itu.
" Dik, itu aman kan buat perutnya. Maksudku Silvya nggak akan keracunan kan makan nasi goreng buatanku itu."
Dika tersenyum dan menapuk punggung sang kakak dengan lembut.
" Nggak apa apa kak. Tenang saja."
" Kok istrimu aneh si Dik."
" Hehehe, maklum kak. Dia lagi ngisi. Beberapa hari ini dia suka minta yang diluar nalar.
" Alhamdulillaah ... Yah ... Kita akan jadi eyang. Kita akan punya cucu."
" Iya bund, selamat ya Dika. Jaga istrimu baik baik."
Dika tersenyum, kabar bahagia ini sebenarnya akan ia rahasiakan sementara waktu tapi ternyata sang calon baby ingin sekali makan makanan yang dimasak oleh pamannya.
" Kakak ikut senang Dik."
" Iya kak, kayaknya baby bakalan sayang sama kak Radi nih hahah."
Radi tersenyum senang, dia akan memiliki keponakan.
" Apakah nanti kalau istriku hamil juga akan begit? Minta yang aneh aneh?" Radi bermonolog dalam hati sambil meringis melihat adik iparnya yang makan nasi goreng keasinan buatannya.
" Oh iya kak ... Kapan kamu mau mengenalkan kekasihmu kepada ayah sama bunda."
Glek ...
Radi menelan saliva nya dengan kasar. Dika sedikit terkejut dengan ucapan sang ayah. Bahkan Silvya langsung berlari dari ruang makan menuju ke ruang tamu saat mendengar ucapan sang ayah mertua.
" Sayang hati hati." Dika sedikit khawatir melihat Silvya yang berlari itu.
" Kak Radi punya pacar yah?" Tanya Silvya antusias ia acuh dengan peringatan suaminya.
" Katanya sih gitu."
" Bener kak?"
Radi hanya mengusap tengkuknya. Ia sungguh merasa dijebak oleh keluarganya.
" Iya bener."
" Wuahahahah akhirnya. Kakakku yang sedingin es ini mencair juga. Wanita mana yang begitu beruntung bisa melelehkan hati dingin kakak ku ini."
" Halah mas jangan suka ngatain Kak Radi dingin, emangnya mas nggak gitu dulu."
Skak mat, Dika dibungkam oleh kata kata sang istri.
Radi tertawa puas dengan diamnya sang adik. Ia pun mengacungkan jempolnya kepada Silvya.
" Kau memang adik ipar yang baik Si."
" Terimaksih kakak. besok masakin Silvya ayam bakar ya."
Pluk ... Radi menepuk keningnya dengan telapak tangan.
" Rugi aku memujimu Si, malah jadi bumerang buat ku. Haish... Hei kau bayi, kau masih dalam perut ibumu saja senang sekali mengerjai paman mu. Entah bagaimana nanti kalau sudah launching."
Semua tertawa mendengar ucapan Radi. Sekar sangat bahagia, putra sulungnya itu bisa lebih mencair daripada sebelumnya. Rupanya kehamilan Silvya membawa warna tersendiri di kediaman Dwilaga meskipun Dika dan Silvya tidak tinggal bersama.
TBC