NovelToon NovelToon
Istri Rahasia Dosen Killer

Istri Rahasia Dosen Killer

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Nikahmuda / Aliansi Pernikahan / Pernikahan Kilat / Beda Usia
Popularitas:23.9M
Nilai: 4.8
Nama Author: Desy Puspita

Niat hati mengejar nilai A, Nadine Halwatunissa nekat mendatangi kediaman dosennya. Sama sekali tidak dia duga jika malam itu akan menjadi awal dari segala malapetaka dalam hidupnya.

Cita-cita yang telah dia tata dan janjikan pada orang tuanya terancam patah. Alih-alih mendapatkan nilai A, Nadin harus menjadi menjadi istri rahasia dosen killer yang telah merenggut kesuciannya secara paksa, Zain Abraham.

......

"Hamil atau tidak hamil, kamu tetap tanggung jawabku, Nadin." - Zain Abraham

----

Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 30 - Malam Di Yogya

Belum pernah bertemu, sekalinya bertemu Zain dibuat terkejut begitu mendapati sang mertua yang kini terbaring dengan beberapa luka di tubuhnya. Setelah mendapat kabar dari pihak rumah sakit tadi sore, malam harinya mereka tiba di tanah kelahiran Nadin, Yogyakarta.

Bak kehilangan separuh jiwa raganya, sepanjang perjalanan Nadin lemas tatkala mengetahui jika uminya menjadi korban tabrak lari. Bahkan, hingga saat ini, saat uminya menjelaskan jika dirinya baik-baik saja, Nadin tetap terlihat lemah.

"Umi baik-baik saja, jangan menangis, Halwa."

Nadin menyeka air matanya kasar, terakhir dihubungi wanita itu masih sehat-sehat saja, dan kini dia terbaring lemah. Bagaimana mungkin dirinya tidak menangis, sebagai seorang putri jelas saja rasa bersalah menguar dari dalam dirinya.

Terlebih lagi, kala Nadin mengetahui penyebab utama Umi Fatimah mengalami kecelakaan tersebut ialah demi mencari bahan untuk kebaya sebagai hadiah pernikahannya. Ya, mendengar putrinya menikah beberapa waktu lalu dia begitu bahagia, Zain meminta restu baik-baik tanpa tahu alasannya.

Umi Fatimah mengira jika pernikahan putrinya amatlah sempurna. Sebagaimana kisah Cinderella yang mana dicintai seorang pangeran lalu mempersuntingnya sebagai pasangan. Sedikit pun dia tidak tahu jika status Nadin saat ini adalah istri rahasia dosennya.

"Kenapa harus jalan kaki, Umi? Apa salahnya naik ojek atau angkutan umum," desis Nadin penuh sesal, matanya membasah dan sebenarnya bingung hendak bagaimana.

Tidak mungkin dia marah, tapi memang sejak dahulu uminya terbiasa kemana-mana jalan kaki hanya karena sayang uang, dan ini adalah kali kedua dia menjadi korban tabrak lari.

"Umi sudah lama tidak gerak, sekalian olahraga."

Bohong sekali, sudah jelas-jelas penyebabnya sampai jalan kaki karena uang. Sebelum ini Nadin sempat memeriksa tas uminya, dan memang benar tidak ada lagi uang di dompet. Hanya ada bahan dasar kebaya berwarna putih di sana, tapi saat ini uminya sama sekali tak jujur juga.

Sebenarnya Nadin ingin sekali memperpanjang masalah ini. Seolah tidak jera dan belajar dari pengalaman, padahal hampir setiap kali ketika menelpon Nadin selalu mengingatkan agar tidak berjalan kaki sendirian.

Sebenarnya Umi Fatimah belum terlalu tua, pendengarannya juga masih cukup baik. Hanya saja, memang kerap kali ceroboh dan kurang berhati-hati hingga pada akhirnya celaka.

"Kamu sudah makan?" Tidak ingin putrinya terus membahas hal itu, Umi Fatimah mengalihkan pembicaraan.

"Sudah, Umi."

Nadin berbohong, saat ini tidak ada keinginan untuk makan, tidak juga terasa lapar walau terakhir kali perutnya menerima asupan ialah sewaktu makan siang. Selain karena Nadin memang malas makan, keadaan uminya sama sekali tidak memungkinkan Nadin menelan makanan.

"Bohong, kamu pasti tidak sempat makan." Sudah pasti uminya bisa menerka kebohongan sang putri.

Dalam keadaan baik-baik saja dia malas makan, apalagi jika sudah begini. "Iya, tapi aku tidak lapar, Umi."

Sayangnya, penolakan Nadin tidak dibenarkan. Yang justru Umi Fatimah pikirkan saat ini adalah menantunya yang sejak tadi duduk di sisi Nadin. "Kamu mungkin tidak, tapi suamimu bagaimana?" tanya Umi Fatimah yang membuat Nadin menoleh seketika.

Baru Nadin sadari jika saat ini tak sendiri. Bisa dipastikan, Zain juga sama dengannya. Terlebih lagi, seharian ini sang suami justru mengorbankan waktu demi tugasnya.

"Mas lapar?"

Zain tidak segera menjawab, sejujurnya iya, tapi hendak jujur juga tidak bisa. Bisa dipastikan saat ini Nadin lebih fokus pada uminya, andai dia mengaku lapar sekalipun besar kemungkinan Nadin akan memintanya cari makan sendiri.

Tak ingin harus luntang-lantung sendirian, Zain memilih berbohong. Padahal, sejak tiba di Yogya perutnya sudah mulai terasa perih, hanya malu saja untuk bicara.

"Serius tidak?"

"Ehm, tid_"

Krruuuk

Memalukan, di saat-saat seperti ini perutnya justru tidak dapat diajak kerja sama. Mulutnya bilang tidak, tapi perutnya sendiri yang angkat bicara hingga Umi Fatimah tertawa pelan melihatnya.

"Apa umi bilang, sudah sana temani suamimu ... Umi tidak masalah sendirian, kan di sini banyak orang," ucap Umi Fatimah seraya menunjuk beberapa orang di sana.

Memang dia tidak dirawat di ruang VIP atau semacamnya. Jelas saja disatukan dengan pasien lain dan saat ini Umi Fatimah merasa keadaannya juga baik-baik saja, hanya luka dan sudah saatnya istirahat, besok juga sudah bisa pulang sebenarnya.

Nadin tidak menolak, dia menurut seketika dan beranjak berdiri. Zain yang kelaparan juga membuatnya merasa bersalah. Terlalu mengkhawatirkan uminya, Nadin sampai mengabaikan sang suami.

.

.

"Mau makan apa?" Nadin mendongak, mereka sudah berjalan cukup jauh dari rumah sakit, tapi belum ada yang membuat Zain tertarik.

Mungkin akan terkesan sombong, tapi Zain memang tidak terbiasa makan di pinggir jalan. Bukan karena mengkhawatirkan gizi dan kandungannya, tapi memang Zain tidak suka suasananya.

Menurutnya bising, dan juga bikin pusing. Kendati demikian, jika sedang bersama Nadin mana mungkin dia bisa banyak gaya. Begitu Nadin sudah mulai bertanya, Zain menoleh dan mencari sesuatu yang sekiranya akan cocok dengan seleranya.

"Apa saja, aku mau."

"Bebek goreng mau?"

Dia bilang apa saja mau, tapi buktinya ketika Nadin menyebutkan menunya pria itu menggeleng begitu cepat. Dia tidak suka, Zain tidak suka bebek karena semasa hidup sangat berisik, begitulah kira-kira.

"Ayam goreng?"

"Bosan makan ayam."

Pilihan kedua tetap salah, Nadin hanya bisa menghela napas panjang. "Oseng gajah mau?" tanya Nadin tidak lagi pada makna yang sebenarnya.

Zain tertawa sumbang, sungguh tawaran yang menggiurkan. Dalam keadaan kacau sang istri masih bisa bercanda, tepatnya lelah karena memiliki suami seperti Zain.

"Malah ketawa, buruan maunya apa, Mas ... jangan bikin emosi kenapa sih?"

Istrinya sudah bisa marah, dan Zain suka akan hal itu. Tidak ingin Nadin benar-benar marah dan berakhir meninggalkannya sendiri, Zain segera mengambil keputusan dan tetap kembali memilih ayam, tapi bukan yang digoreng, melainkan dibakar.

Sengaja dia memilih tempat makan yang paling sepi, Zain memang agak anti dengan keramaian. "Ih di sini mahal, Mas, mending di san_"

"Shuut, jangan begitu ... nanti didengar sama orangnya."

Nadin mengatupkan bibir, ucapan semacam itu memang kerap spontan terlontar. Maklum saja, Nadin masuk kategori kaum mendang-mending, beda dengan Zain yang rela mengeluarkan uang lebih demi kenyamanannya.

Tak lama mereka menunggu, ayam bakar pesanan Zain tiba. Hanya satu, karena memang Nadin menolak sejak awal. Zain yang mengira jika istrinya memang tidak mau lanjut makan saja, terlebih lagi ketika ditawari Nadin juga menggeleng.

Semakin lama memandangi Zain makan, barulah rasa lapar itu turut menghampiri Nadin. Dia yang gengsi mencoba mengalihkan pandangan. Sialnya, aroma sambal khas ayam bakar itu seolah terus menggodanya hingga Nadin tertangkap basah tengah menelan ludah.

"Aaaa." Bahkan, ketika Zain menyuapinya mulut ganjen Nadin justru menerima dan wanita itu mengutuk dirinya segera. "Kalau mau bilang, cuma dilihatin mana kenyang," ucap Zain lagi kembali menyuapi Nadin untuk kedua kali dan juga diterima hingga pria itu tersenyum tipis dibuatnya. "Lucu sekali ekspresinya, jadi pengen kumakan orangnya."

.

.

- To Be Continued -

1
Linda Hermila
awalnya mata panas, air mata mau keluar ehhhh malah ga jadi gara2 devanka 🤣🤣🤣🤣
Nuraini Nuraini
Luar biasa
Rosita
Buruk
Laili Lyli
Luar biasa
bhunshin
aku dah pernah baca cerita ini,waktu hp aku sebelum keriset hilang semua folder yg ada dihp alias diriset ulng😭
bhunshin
jin 🤣🤣🤣iya itu jinya manusia berbentuk jin Zain🤣🤣
bhunshin
wah dia nyembur didipam celananya si Nadin 😅
bhunshin
terpesonaaaaaaa Zain terpesonaaaa memandang wajahmuuuuu....
kirei ardilla
ini mah mw ngejebak, mlh kejebak sendiri/Facepalm/
Icha Veronica
Luar biasa
Rhenii RA
Aku padamu Zain🤗
Icha Veronica
Luar biasa
Icha Veronica
Lumayan
JANE ARDIANA
Luar biasa
Eva Puspa Dewi
/Drool//Awkward//Awkward/
Eva Puspa Dewi
asik novelnya /Joyful//Joyful//Joyful/
JANE ARDIANA
Hah! apa pak kebelet nikah?!
Siti Rufiatun
Luar biasa
Siti Rufiatun
Lumayan
Wiedya Stuti
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!