Di usianya yang sudah sangat matang ini, Khalif Elyas Hermawan belum juga menemukan pasangan yang cocok untuk dijadikan pendamping hidup. Orang tuanya sudah lelah menjodohkan Khalif dengan anak rekan bisnis mereka, tapi tetap saja Khalif menolak dengan alasan tidak ada yang cocok.
Mahreen Shafana Almahyra gadis cantik berumur 25 tahun, tidak dapat menolak permintaan sang bibi untuk menikah dengan seorang laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali.
Ya, gadis yang akrab di sapa Alma itu tinggal bersama paman dan bibinya, karena sejak umur 15 tahun, kedua orang tuanya sudah meninggal.
Bagaimana kisah Khalif dan Salma? Ikuti terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fana01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
..."Tidak ada yang abadi, bahkan rasa sakit. Terus maju, dan pada akhirnya kamu akan mencapai tujuanmu"...
...🌹🌹🌹...
Sesampainya di kampus teman Zalfa sudah menunggu di depan kampus. Zalfa membuka pintu mobil hendak pergi tapi di tahan oleh Alex.
"Nanti pulang jam berapa biar kakak jemput" Alex bertanya pada Zalfa.
"Tidak usah jemput, aku pulang bareng teman" jawab Zalfa kemudian keluar dari mobil tanpa menghiraukan Alex.
Alex maklum dengan perubahan sikap Zalfa padanya, tapi dia berharap kedepannya hubungan mereka bisa seperti dulu lagi.
Kotak bekal berisi makanan untuk suaminya sudah dia genggam. Di sinilah dia berada sekarang, di depan kantor Khalif, dengan langkah ragu Alma memasuki gedung tersebut. Dia menuju resepsionis.
"Maaf mbak ruangan pak Khalif dimana ya?" tanya Alma tidak lupa dengan senyumannya yang manis.
"Dengan mbak Alma ya?" tanya resepsionis itu balik. Mereka sudah diberitahu bahwa siang ini istri bos mereka akan datang. Semua orang penasaran siapa yang berhasil menikah dengan bos mereka. Setelah melihatnya langsung, mereka merasa Alma dan bis mereka itu cocok. Karena sama-sama cantik dan tampan.
"Iya mbak"
"Mari mbak saya antar ke ruangan pak Khalif" dia mengikuti resepsionis itu di belakang. Soenjang perjalanan menuju ruangan Khalif banyak orang yang berbisik-bisik sesekali melirik ke arahnya. Ini lah yang membuat Alma enggan datang ke kantor Khalif, dia risih dengan tatapan orang-orang terhadapnya.
"Eh itu istri pak Khalif ya?"
"Kayaknya iya"
"Cantik juga ya, ternyata tipenua pak Khalif yang alim-alim gitu ya"
"Trus cewek yang tadi datang nyari pak Khalif siapa? Nggak mungkin kan pak Khalif ada cewek lain?" walaupun mereka berbisik tapi masih bisa di dengar oleh Alma.
"Cewek? Apa mas Khalif ada tamu?" pikir Alma. Dia tidak mau berburuk sangka pada suaminya sendiri.
"Ini mbak ruangannya, kalau gitu saya permisi ya mbak?" ucapnya ramah.
"Terima kasih ya mbak?"
"Sama-sama mbak, mari"
Setelah resepsionis itu pergi dia mengetuk pintu ruangan Khalif.
"Masuk" jawab Kahlif dari dalam.
"Assalamu'alaikum mas aku bawa-" ucapan Alma tergantung melihat siapa yang berada di ruangan Khalif. Senyuman yang tadinya merekah di wajahnya langsung luntur, melihat Chaterine sedang menata makan di atas meja.
Sedangkan Khalif masih duduk di kursi tempatnya kerja. melihat kedatangan istrinya dia langsung menghentikan pekerjaannya dan menghampiri Alma.
kemudian dia menuntun Alma untuk duduk di sofa yang berhadapan dengan Chaterine. Wajah Chaterine sudah jelas menunjukkan ketidaksukaan atas kedatangan Alma. Dia yang datang mengantar makan siang untuk Khalif, tapi di tolak oleh Khalif. Lelaki itu bilang kalau istrinya akan datang.
Walaupun dia tidak suka melihat Alma, di tidak terlalu menunjukkannya.
Khalif tau kalau Alma tidak nyaman dengan keberadaan Chaterine, mau bagaimana lagi dia sudah menyuruhnya pulang tapi Chaterine tetaobtidak mau pulang. Dia mengeluarkan makann yang di bawa oleh Alma.
"Hai kita bertemu lagi" sapa Chate.
"Mbak yang temannya mas Khalif itu ya?" balas Alma tidak kalah ramah. Sambil mengambilkan makanan untuk Khalif.
"Khalif bukannya kamu tidak suka daun bawang?" Chaterine yang tau apa yang di sukai dan tidak oleh Khalif tentu heran melihat Khalif memakan daun bawang. Sedangkan waktu mereka masih pacaran Khalif sama sekali tidak mau memakannya walaupun di paksa olehnya.
Alma Langung mendapat Khalif, pasalnya sela mereka menikah semua masukan yang di Masaknya selalu di makan Khalif, tidak pernah mengomentari masakannya kecuali memuji masakannya enak.
Khalif yang di tatap oleh Alma dan Chaterine menghentikan aktivitas makannya.
"Mas kamu tidak suka daun bawang?" ucap Alma datar.
Khalif tau bahwa Alma merasa kesal sekarang.
"Itu dulu, sekarang aku suka" jawab Khalif.
Alma tersenyum mendengar jawaban Khalif.
"Oh mbak Chaterine bawa bekal juga?" Alma pura-pura terkejut melihat makanan yang di bawa Chaterine.
"Mas itu mbak Chaterine bawa makanan, kasian kalau nggak di makan juga" ucap Alma. Itu hanya sekedar basa-basi saja, padahal hatinya sudah di bakar oleh rasa cemburu.
*****
Malam ini Alma dan Khalif menginap di rumah utama, mama Shanum meminta mereka untuk menemaninya karena sang suami pergi ke luar kota. Dan sudah lama juga dia tidak bertemu dengan menantu kesayangannya itu. Saat ini mereka sedang berada di makan mama Shanum membuat bakso ikan. Itu permintaan Khalif, dia sangat suka bakso buatan mamanya.
"Ayo Alma cicipi bakso buatan mama, di jamin rasanya maknyos" ucap mama Shanum.
"Kalau masakan mama sudah tidak di ragukan lagi, Alma yakin kalau rasa baksonya pasti enak"
Mertua dan menantu itu sangat akrab, Khalif merasa senang. Semenjak dia menikah dengan Alma senyuman selalu menghiasi wajah sang mama. Tidak lupa mama Samhanum selalu menelfon Alma walau sekedar bertanya kabar saja. Kadang mama selalu mengirim bermacam-macam makanan yang di masak sendiri olehnya.
Alma merasa sangat beruntung mendapatkan mertua sebaik mama Shanum. Setelah sekian lama, dia kembali bisa merasakan kasih sayang seorang ibu. Tidak lupa juga papa mertuanya, walaupun papa tidak menunjukkan kasih sayangnya pada Alma, dia tau kalau sang papa juga menyayanginya.
Dari tadi Alma dan mama sibuk berdua, Khalif yang merasa di cuekin kadang ikut-ikutan dengan pembicaraan Alma dan mama.
Selesai makan mereka duduk santai di ruang tengah. Sesekali di selingi tawa.
"Ma Alma kebelakang sebentar ya" ucap Alma, panggilan alam yang dia rasakan sudah tidak bisa di tahan lagi.
Mama Shanum pindah ke samping Khalif, dia menepuk paha sang putra.
"Kenapa? Ada masalah dengan Alma?" mama memang peka terhadap perubahan yang terjadi antara sang anak dan menantu.
"Alma mungkin lagi marah sama Khalif" aku Khalif.
"Kenapa?"
"Tadi siang Chaterine datang kekantor bawa makan siang, kebetulan Alma juga datang di waktu yang sama"
Tiba-tiba mama Shanum mencubit paha Khalif.
"Aw ma, sakit kenapa Khalif malah di cubit sih"
"Wajar kalau Alma marah, mama aja kalau ada perempuan yang deketin papa mama juga marah"
"Alma udah tau siapa Chaterine?"
"Udah, Khalif udah cerita sama Alma. Ma kasih tau dong cara bujuk Alma gimana?"
"Hahahaha" mendengar Khalif bertanya seperti itu, mama Shanum malah tertawa. Putranya yang selama ini cuek, sekarang jatuhnya malah bucin sama istri. tapi dia senamh melihat putranya bisa bahagia dengan Alma. Pilihannya benar untuk menjodohkan Alma dan Khalif.
"Khalif nanya serius ma, mama malah ngetawain Khalif"
"Mana mama tau cara bujuk Alma, yang lebih tau tu kamu. Kan kamu suaminya. Mama nggak ikutan, dah mama masuk kamar duluan, ngantuk" kemudian mama Shanum meninggalkan Khalif sendirian di ruang tengah.
"Mama kemana mas" tanya Alma yang baru datang dari kamar mandi.
"Mama sudah masuk kamar, katanya ngantuk" Khalif menarik sang istri dan mendudukkannya di atas pangkuannya.
"Mas" Alma mencoba melepas tangan Khalif yang memeluk pinggangnya.
"Masih marah sama mas?"
"Siapa yang marah?" elak Alma.
"Mas nggak tau kalau dia datang ke kantor".
Khalif mengelus punggung Alma, mencoba meredakan kekesalan sang istri.
*****