Trauma karena perceraian membuat Clara jadi menutup hati pada siapapun. Tak mau lagi merasakan cinta, ataupun terlibat hubungan asmara.
Namun kehidupan Clara mulai berubah sejak kedatangan bos baru di kantornya. Pria yang lebih muda 7 tahun darinya itu, ingin memiliki Clara dengan cara apapun.
Aaron tak segan-segan menggunakan cara licik untuk menjerat Clara. Sampai-sampai si janda tak mampu lepas dari mantra cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Si Bos Minta Lebih
*(Flashback)
Cahaya matahari pagi, menyelusup masuk melalui gorden kamar Clara. Mata Clara yang masih terpejam bergerak ingin membuka. Samar-samar ia melihat langit-langit kamar di apartemen tempat dia tinggal.
Bip bip bip bip bip.
Bunyi alarm hp melengking. Seperti biasanya Clara selalu bangun sebelum alarm berbunyi. Namun masih betah rebahan sambil menyelimuti diri.
"Iya, aku bangun." Clara bergumam sendiri. Suaranya masih parau karena baru bangun. Perlahan ia membangkitkan tubuhnya, lalu kedua kaki menapak di karpet kamar.
Perlu beberapa menit bagi Clara untuk menyadarkan pikirannya. "Hoaamm...~." sambil menguap ia bangun, merentangkan kedua tangan keatas.
Masih ada waktu satu setengah sebelum ia berangkat ke kantor. Clara memulai pagi hari dengan minum segelas air putih, lalu beranjak pergi ke kamarnya mandi.
Ngiiikk.
Keran mandi shower ia putar searah jarum jam. Air yang dingin pun menyapu seluruh tubuhnya. Dari atas kepala hingga ke kaki, Ritual mandi pagi hari selalu ia lakukan dengan cepat, mungkin hanya 10-15 menit saja.
"Sarapan apa pagi ini,,,,,apa ya." gumam Clara sembari membuka lemari es, tubuhnya masih di lilit selembar handuk putih bercorak bunga sakura.
Clara mengambil susu dan dua telur. Sambil merebus dua telur di panci. Clara menuangkan susu di mangkuk tidak lupa menambahkan cereal rasa coklat.
Inilah rutinitas tiap pagi Clara si jomblowati. Setelah selesai sarapan ia mendengarkan radio melalui HP-nya. Sembari berdandan tipis-tipis di depan cermin, bersiap untuk pergi bekerja.
"Oke, diriku sudah terlihat cantik." ucapnya sambil Bersolek depan cerminan yang menempel di lemari.
.
.
Ting!
Lift berdenting, Clara sudah sampai di lobby apartemennya. Ia melangkah keluar dari lift, berjalan menuju pintu keluar untuk naik ojek.
"Akhirnya kamu turun juga Clara." terdengar suara bariton memanggilnya.
Clara yang tahu itu suara siapa langsung menengok ke arah suara itu.
"Loh Bos." ujarnya dengan nada terkejut
Ternyata sedari tadi Aaron sudah di bawah duduk di kursi tamu. Menunggu kedatangan Clara.
"Iya, aku datang menjemputmu. Ayo berangkat ke kantor sama-sama, waktu ku tidak banyak." ucap Aaron menatap Clara, sambil memperlihatkan jam tangan rolex ratusan juta di lengan kirinya.
"Be-berangkat bareng!!" pekik Clara, masih tak percaya. Sejak Aaron sakit kemarin, si bos brondong tidak masuk kerja selama dua hari. Namun pagi ini Clara di kejutkan dengan kedatangan Aaron yang menjemput dirinya untuk berangkat kekantor.
"Ayo cepat, aku tidak suka lama-lama disini, bau." ucapnya meledek.
"Kalau gak suka kenapa jemput kemari, dasar aneh!!" monolog batin Clara. Si boss baik mau jemput, tapi mulutnya pedes.
Aaron berjalan keluar ke arah pintu lobby apartment, Mobil sedan mewahnya sudah terparkir di depan sana. Clara mengikutinya bosnya dari belakang. Keduanya cepat-cepat masuk ke dalam mobil mewah itu.
Sepanjang perjalanan menuju kantor. Aaron terus memainkan HP-nya. Clara hanya diam menatap jalanan melalui jendela kaca mobil.
"Kamu gak menanyakan keadaanku." ucap Aaron memecahkan kesunyian diantar mereka.
"I-iya!! Bos!!" sangking terkejut, Clara spontan melirik pada bosnya.
Aaron menatapnya heran, sambil menaikan sebelah alis.
"Ba-bagaimana keadaan anda, apakah sudah lebih baik??" tanya Clara, memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Ngapain nanya begitu, kamu gak lihat, aku sudah sehat seperti sedia kala." ucap Aaron dengan lantang, melipat lengan.
"Dih...!! Tadi minta di tanya, kok malah gini balasnya." batin Clara kesal.
"Iya, maaf boss." gerutu Clara.
.
.
Beberapa menit akhirnya berlalu, mereka berdua telah sampai di lobby gedung kantor perusahaan Pharrell Grup.
Sebelum hendak melangkahkan kaki ke ruangannya. Aaron melirik Clara yang baru saja duduk di kursi kerjanya. "Clara,,,,,,,15 menit lagi tolong masuk ke ruangan saya, bawa juga laptop kamu..." ucapnya dengan suara bariton, lalu masuk ke dalam ruangannya.
Blam!
Pintu ruangan Aaron di tutup, wajah Clara seketika berubah jadi bete. Ada saja perintah dadakan dari si boss muda yang tengil ini.
"Yang sabar ya beb," celetuk Risa.
"Iyahh." desah Clara menjawab lesu.
.
.
Tok tok tok tok.
"Masuk." Aaron berseru, sembari masih menelaah data-data perusahaan di monitor komputer nya.
Cekrek.
Clara pun membuka pintu ruangan si boss perlahan-lahan. Kepalanya muncul sedikit terlebih dahulu, mengintip kedalam.
Dia berjalan pelan mendekati si boss yang sedang duduk di meja kerja, terlihat tangan kanan si boss sedang memainkan pena bewarna emas yang kinclong kalau terkena sinar matahari. Saat Clara mendekat, kedua mata Aaron masih fokus menatap ke layar monitor yang besar. "Duduk saja disana...." ujar Aaron tanpa menatapnya.
Clara pun segera duduk di kursi yang menghadap meja kerja si boss. Ia menaruh laptopnya di meja itu. Mereka duduk berhadap-hadapan, sejenak Clara mencuri-curi pandang pada wajah tampan Aaron.
"Hmm..., kalau dia sedang diam begini, kelihatan keren dan mempesona. Asal mulutnya tidak bergerak."
.
.
Dari pagi hingga menjelang waktu makan siang. Aaron terus menahan Clara di ruangannya, tentu saja dengan alasan, mengerjakan data perusahaan. "Apa yang aku minta tadi sudah selesai kamu kerjakan..??" tanya Aaron tiba-tiba pada Clara.
"Hmm..., iya ini sedikit lagi kok boss..." jawab Clara sembari terus bekerja.
"Cepatlah sebelum jam makan siang..., Nanti sore sudah harus digunakan untuk rapat." titah Aaron, sembari melihat jam tangan mewah yang harganya ratusan juta.
"Iya, i-ya...." Jawab Clara terbata-bata.
"Ya ampun, wajah manis itu." mata Aaron tidak bisa berpaling melihat Clara. Pikirannya pun berkelana kembali saat dua hari yang lalu, bagaimana Clara merawat dirinya yang tengah sakit, menyuapi Aaron dengan bubur, memberikan obat, membasuh keringatnya. Dan bahkan Clara tidak segan membantunya berdiri lalu berjalan menuju mobil pribadi Aaron.
"Ayo kasih aku perhatian lagi, kalau bisa lebih." monolog Aaron, menatap Clara sambil senyam-senyum sendiri.
"Bos, aku sudah selesai." Clara segera membalikkan laptopnya menghadap Aaron. Namun Aaron malah berdiri dari tempat duduk kebesarannya.
Mata Clara membulat saat Aaron berada persis berdiri dibelakangnya. Entah mengapa hatinya pun jadi berdebar-debar tidak karuan.
"Coba kulihat." seringai Aaron, tubuhnya membungkuk, lalu condong mendekati Clara yang sedang duduk. Tangan kanannya memegang mouse milik Clara, tapi kedua matanya fokus pada isi laptop.
Dag dig dug. 💗💗💗
Suara debaran jantung memompa dengan cepat. Wajah Clara langsung berubah merona saat merasakan hembusan nafas Aaron yang begitu dekat dengan wajahnya, aroma segar dari parfum milik Aaron pun menusuk indera penciumannya.
Tanpa disadari bulu mata Clara terangkat, ia memandangi wajah tampan Aaron yang sedang berada di dekatnya.
"Oh tidak."
Clara begitu terpesona dengan warna mata coklat karamel milik Aaron, serasa membuat dirinya melayang diantara lapisan warna itu.
"Hei, apa dari tadi kamu mendengarkan ku??" tanya Aaron melirik padanya, karena Clara sedari tadi diam saja.
"Eehh!!" Clara yang baru sadar dari lamunannya tadi, langsung menunduk malu, guna menutupi wajahnya yang sedang merona gara-gara pesona si boss muda yang tampan.
Aaron yang melihat sikap malu-malu Clara jadi merasa gemas, rasanya sudah tidak tahan. Dirinya memang sengaja mau dekat-dekat seperti ini, supaya bisa menebar pesona kepada asistennya yang cantik, walaupun umurnya enak tahun lebih tua.
"Kalau boss mu sedang bicara dengarkan dong, dan jangan menundukkan kepala begitu." seringai Aaron, kemudian menempel tubuhnya di punggung Clara.
Tentu saja tubuh Clara langsung bergidik saat merasakan sentuhan hangat tubuh seorang pria. Sudah lama juga dirinya tidak merasakan hal ini.
Aaron yang suka seenaknya malah melingkari kedua lengan, memeluk Clara dari belakang.
"Bos!! Lepasin!!" Clara pun panik.
"Clara, aku mau kamu jadi kekasihku." ujar Aaron, tersenyum smirk.
Hasratnya sudah menggebu, Aaron malah semakin mempererat pelukannya, lalu bibirnya menyentuh ujung telinga Clara.
"Aahh!! Jang-an." Clara mendesah seketika tubuhnya dibuat bergetar dan lemas. Godaan pria yang enam tahun lebih muda darinya mulai diluncurkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
*Terimakasih sudah baca 🩷🩷🩷