Kinara yang menjadikan Geffie sang suami sebagai panutan lantas harus di hadapkan dengan kenyataan terpahit yang menuntun dirinya membuka tabir kepalsuan yang di sembunyikan oleh suaminya selama ini.
Hati perempuan mana yang tak runtuh ketika melihat suami yang begitu penyayang dan penuh kehangatan, ternyata berselingkuh dengan sahabat dekatnya sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Ketika rasa terjatuh karena perselingkuhan suaminya semakin menusuk hatinya, Kinara dipertemukan dengan seseorang yang mempunyai luka yang sama dengannya.
Mampukah seorang Kinara memperbaiki segalanya? akankah segala hal yang mereka lalui berakhir dengan kandas? atau malah berlabuh ke lain hati?
Ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja liana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istimewa di mata orang yang tepat
Setelah membantu Kinara mengganti ban mobilnya tadi di basement, Kafeel memutuskan untuk kembali ke apartemennya sedangkan Kinara kembali masuk ke perusahaan untuk menunjukkan desain desain bajunya kepada Damar.
Kafeel membelah jalanan ibu kota dengan kecepatan sedang, bayang bayang pertemuannya dengan Kinara barusan sungguh sangat berkesan untuk Kafeel, seulas senyum terus terlihat menghiasi wajah Kafeel hingga kemudian...
Ckit
Suara decitan rem yang diinjak secara mendadak terdengar nyaring di telinga, Kafeel terkejut lantaran sebuah mobil tiba tiba berhenti tepat di depan mobilnya yang tengah melaju. Tidak hanya sampai di situ dari mobil di depannya, Kafeel melihat Geffie keluar dari sana dan tengah berjalan mendekat ke arahnya, sambil menggulung kemejanya membuat Kafeel bingung akan apa maksud dari tindakan Geffie.
"Apa dia sudah gila?" ucap Kafeel pada diri sendiri sambil membuka pintu mobilnya dan keluar dari sana.
Kafeel terus melangkahkan kakinya mendekat ke arah di mana Geffie juga sedang berjalan mendekat ke arahnya.
"Kau sudah gila atau apa?" teriak Kafeel, namun tanpa di duga bukannya menjawab Geffie malah langsung melayangkan pukulan ke wajah Kafeel. Kafeel yang memang tidak siap akan serangan secara mendadak itu lantas langsung terhuyung karena pukulan tersebut.
Kafeel mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan darah dengan ibu jarinya akibat pukulan dari Geffie tadi. Namun tanpa di sangka bukannya kesal Kafeel malah terlihat tersenyum, membuat Geffie semakin di buat kesal akan wajah Kafeel itu.
"Aku sudah menduganya itu kau!" ucap Kafeel sambil tersenyum dan menunjuk ke arah Geffie.
Tepat di area basement perusahaan Damar, Kafeel sekilas memang seperti melihat sebuah mobil milik Geffie yang sedang berhenti di sana. Kafeel tahu Geffie menyaksikan semua interaksinya bersama dengan Kinara tadi dan Kafeel sengaja melakukan hal itu.
"Kau benar benar sialan! apa kau ingin membalas ku sekarang?" teriak Geffie dengan kesetanan sambil berlarian ke arah Kafeel hendak memukulnya kembali.
Tepat setelah pukulan itu hendak mendarat di wajah Kafeel, tangan Kafeel berhasil menahan tangan Geffie sehingga tidak sampai mendarat di wajahnya. Tidak hanya sekedar menahannya saja, Kafeel lantas menarik kemudian memelintir tangan Geffie kebelakang lalu mendorongnya ke arah kap mobil dan menguncinya di sana.
"Tidak ada yang ingin membalas mu Gef! aku benar benar jatuh hati pada Kinara, andai kau tahu? istri mu itu adalah seseorang yang sangat istimewa, sayangnya keistimewaan itu hanya bisa di lihat oleh orang yang tepat dan itu bukan kamu!" ucap Kafeel dengan nada yang dingin tepat di sebelah telinga Geffie membuat Geffie semakin kesal dibuatnya.
"Arg lepaskan aku! biar ku sumpal mulut mu itu agar kau tidak terus terusan angkuh seperti ini." teriak Geffie meronta namun sayangnya tenaganya kala besar dengan tenaga Kafeel.
"Ingat baik baik ini, tanpa atau dengan seijin mu aku akan merebut Kinara dari tangan mu, camkan itu!" ucap Kafeel kemudian ia melepas cengkeramannya dan mendorong Geffie hingga ia terhuyung dan jatuh ke tanah.
Kafeel yang sama sekali tidak memperdulikan keadaan Geffie yang sedang tersungkur di tanah, lantas kembali masuk ke dalam mobilnya dan melajukan mobilnya kembali ke jalanan meninggalkan Geffie sendirian di sana.
Geffie yang kesal dengan sikap Kafeel barusan, lantas langsung menonjok dengan kesal ke arah jalanan yang langsung membuat tangannya berdarah dan memerah karena berbenturan dengan kerasnya aspal jalanan.
"Arg awas kau Kafeel! sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan Kinara begitu saja." ucap Geffie setengah berteriak seakan frustasi dengan keadaan yang ada, namun tidak bisa berbuat apa apa selain menyesal akan perbuatannya.
******
Sementara itu di perusahaan Damar.
Seulas senyum lantas terus terusan terlihat mengembang di wajah Damar kala melihat satu persatu desain pakaian Kinara.
"Aku suka dengan semua desain desain mu ini, jika kamu berkenan minggu depan kita akan langsung mulai proses produksinya." ucap Damar sambil tersenyum ke arah Kinara.
Kinara yang mendengar hal itu tentu saja senang bukan main, hanya saja bukankah ini terlalu cepat dan gampang prosesnya? hingga membuat Kinara sedikit curiga.
"Apa anda yakin? bukankah ini nampak terlalu mudah untuk karir saya? seakan rasanya seperti telah ada yang mengaturnya." ucap Kinara yang lantas membuat senyuman di wajah Damar menghilang perlahan.
"Apakah dia keturunan cenayang? bisa pas gitu yah." batin Damar dalam hati.
Damar kemudian lantas membenarkan posisinya lalu menyanggah dagunya dengan kedua tangan.
"Kamu mau tahu satu rahasia?" tanya Damar kemudian.
"Memangnya ada apa pak?" tanya Kinara kemudian sambil memasang wajah serius menatap ke arah Damar.
"Memang ada yang merekomendasikan mu dan mendukung mu hingga sekarang." ucap Damar dengan nada yang serius.
Sedangkan Kinara yang mendengar hal itu tentu saja terkejut, pertanyaan tentang siapa orang itu mulai berputar di kepalanya. Kinara yang penasaran lantas menatap ke arah Damar dengan serius, seakan meminta kejelasan maksud dari ucapannya barusan.
"Kamu mau tahu siapa orangnya?" ucap Damar kemudian yang di balas anggukan oleh Kinara. "Dia adalah... para pelanggan mu yang mengaku puas dengan hasil desain mu dan mereka menyarankan ku untuk bekerja sama dengan mu." ucap Damar kemudian dengan terkekeh geli.
Sedangkan Kinara yang mendengar lawakan Damar, bukannya tersenyum malah semakin kesal karena ternyata semuanya hanyalah joke buatan Damar saja.
"Kenapa kau tidak tertawa, bukankah ini sangat lucu?" tanya Damar kemudian karena tidak melihat Kinara tertawa karena ucapannya.
"Sama sekali tidak lucu pak!" ucap Kinara dengan nada datar.
"Oke maaf kalau tidak lucu." ucap Damar kemudian.
"Baiklah kalau sudah tidak ada lagi yang di perlukan saya permisi dulu pak." ucap Kinara kemudian.
"Baiklah, nanti akan ada sekertaris ku yang akan menghubungi mu untuk pemilihan bahan." ucap Damar.
"Baik, saya permisi." ucap Kinara kemudian bangkit dari sana dan melangkah keluar dari ruangan Damar.
Setelah kepergian Kinara dari sana, Damar mengambil ponselnya dan mendial nomor Kafeel di sana.
"Halo" ucap sebuah suara dari seberang sana.
"Pilihan mu tepat Kaf, aku benar benar menyukai Kinara." ucap Damar dengan tawa yang terdengar menggema di telinga Kafeel.
Namun bukannya menjawab, dari panggilan ponsel milik Kafeel terdengar suara mobil di rem secara mendadak membuat Damar sedikit terkejut.
"Kau sedang menyetir?" tanya Damar.
"Jangan macam macam dengan Kinara! kalau kau berani mendekatinya seinci pun akan ku pastikan kau tidak akan bisa bangun lagi!" ucap Kafeel dengan nada sedikit berteriak.
"Hei hei hei ada apa dengan mu bro, kenapa kau sangat marah ha?" tanya Damar tidak mengerti.
"Apa apaan kau bilang menyukai Kinara, di saat aku menyukainya terlebih dahulu." ucap Kafeel kemudian.
"Benar benar ya kalau orang lagi jatuh cinta pasti bakal gelap mata, yang aku bicarakan tadi bukanlah Kinara maksud ku adalah desain desain Kinara, aku jatuh cinta dengan desain desainnya." ucap Damar menjelaskan.
Beberapa menit hening tak ada jawaban sampai kemudian terdengar gelak tawa yang berasal dari Damar kala mengingat ucapan bodoh Kafeel, dan detik berikutnya panggilan terputus begitu saja membuat Damar semakin tertawa dengan kerasnya.
"Kafeel Kafeel bucin amat lo!" ucap Damar setelah panggilan telponnya terputus.
Bersambung