Sequel Gairah Cinta Sang Presdir.
-Harap bijak memilih bacaan-
Menjadi penyebab utama kecelakaan maut hingga menewaskan seorang wanita, Mikhayla Qianzy terpaksa menelan pil pahit di usia muda. Tidak pernah dia duga pesta ulang tahun malam itu adalah akhir dari hidup manja seorang putri Mikhail Abercio.
Keyvan Wilantara, seorang pria dewasa yang baru merasakan manisnya pernikahan tidak terima kala takdir merenggut istrinya secara paksa. Mengetahui jika pelaku yang menyebabkan istrinya tewas adalah seorang wanita, Keyvan menuntut pertanggungjawaban dengan cara yang berbeda.
"Bawa wanita itu padaku, dia telah menghilangkan nyawa istriku ... akan kubuat dia kehilangan masa depannya." - Keyvan Wilantara
------
Ig : desh_puspita
....
Plagiat dan pencotek jauh-jauh!! Ingat Azab, terutama penulis gamau mikir dan kreator YouTube yang gamodal (Maling naskah, dikasih suara lalu up seolah ini karyanya)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 - Fakta Tersakit
Terpaksa, cari aman dan jalan tengah antara keduanya. Demi menjaga kewarasan Keyvan dan kesehatan istrinya, pria itu memaksa sang istri menggunakan pakaian tidur yang tertutup hingga tenggelam.
Tidak dia pedulikan wajah cemberut Mikhayla yang seakan tidak terima kala dia harus menggunakan pakaian tidur Liora yang pernah dia pakai saat pertama kali tidur di kamar ini.
Hanya itu yang dirasa aman, karena semua pakaian milik Mikhayla rasanya masih memberikan daya tarik yang berbeda. Tidak bisa dipungkiri, naffsunya memang menggebu seperti kata Justin. Tidak ingin Mikhayla anggap egois dia terpaksa menjaga mata dengan cara ini.
"Wajahmu bisa biasa saja?"
"Kenapa? Dari lahir memang sudah cantik begini," jawab Mikhayla sekenanya.
Keyvan menghela napas kasar, bukan itu maksudnya. Balita saja mengerti dia memang cantik, yang dipermasalahkan Keyvan itu wajah cemberut dan mata Mikhayla yang mendelik tak suka padanya.
"Duduk sini."
Keyvan memintanya mendekat. Sejak tadi dia belum menemukan titik pintarnya sang istri, yang dia temukan istrinya ini asal menjawab pertanyaan yang dia berikan.
Mikhayla berdecak kesal, yang dia ketahui pria menyukai pasangannya berpenampilan terbuka begini. Sayang sekali, hal itu tidak berlaku untuk Keyvan malam ini. Entah kenapa dia merasa tidak terima, hal ini cukup untuk membuatnya berasumsi jika Keyvan hanya menginginkan tubuhnya untuk dinikmati.
"Ehem ... Mikhayla, bolehkan aku bertanya sesuatu?"
Tunggu, ini pertanyaan jebakan. Jika sampai Mikhayla menjawab salah bisa jadi dia terpojok nantinya. Sebagai anak yang terbiasa dipaksa jujur oleh sang papa dia paham jika suaminya ingin mempertanyakan sesuatu tentang hidupnya.
"Tanya apa?"
"Sebelum menjadi istriku apa yang kamu lakukan?" tanya Keyvan pada intinya, dia bertanya bukan tanpa alasan. Pria itu tengah menguji kejujuran istri kecilnya, jika sampai berbohong artinya memang watak istrinya tengil sejak dulu.
"Menghabiskan uang papa."
Sudah Keyvan duga dia akan menjawab asal begini. Pria itu memejamkan mata, tampaknya kalimat Keyvan salah dalam bertanya hingga dia menjawab seenaknya begini.
"Detailnya bagaimana? Apa yang kamu lakukan, kesibukan dan bagaimana duniamu sebelumnya ... bisa jelaskan?"
Sejenak Mikhayla terdiam, dia menatap lekat mata Keyvan di sana. Bentuk pertanyaannya bukan pertanyaan ingin tahu, tapi memastikan.
"Kuliah ... aku hanya mahasiswi biasa di Fakultas Kedokteran di Universitas Swasta di kota ini selebihnya ya senang-senang, karena Papa tidak menuntutku banyak hal."
Baiklah, dia jujur dan mulai membuka jati dirinya. Wanita itu terlihat santai meski Keyvan seperti hendak menelannya hidup-hidup. Dia merasa tidak salah, dia juga tidak pernah berniat membuat ini sebagai rahasia. Hanya saja, memang Keyvan yang tidak bertanya.
"Kenapa memangnya?"
Tidak segera mendapat tanggapan dari Keyvan, Mikhayla bertanya demikian. Padahal baru beberapa saat dan dia sudah tidak sabar apa tanggapan suaminya setelah ini.
"Apa itu memang mimpimu?"
Mikhayla tertawa sumbang, ya tentu saja. Sejak awal dia mengetahui jika hidup harus memiliki tujuan itu adalah mimpi utamanya. Dia belajar sangat keras untuk bisa lulus di universitas impiannya, dia bahkan tidak keberatan sekalipun tidak keluar dari kamar hanya demi belajar sekuat tenaga.
"Aku bertanya Mikhayla, jawab saja."
"Jelas saja, aku sudah membayangkan betapa indahnya masa depanku sebagai dokter sejak lama ... Mama dan Papa berharap setinggi itu aku berhasil meraihnya. Tapi, Tuhan berkata lain, aku terpaksa bangun dari impian konyol itu."
Tidak seperti Mikhayla biasanya, ada sebuah kemarahan dari manik indah itu. Tatapannya beralih kemudian, dia tidak menatap sang suami lagi.
"Menyesal?"
"Tidak, memang salahku berani membantah Papa malam itu ... Andai saja aku tidak menerima minuman lakknat itu, mungkin saat ini aku masih Mikhayla yang membanggakan di mata Papa."
Dia tidak marah pada Keyvan yang merusak tatanan masa depannya, dia tidak akan menyalahkan Keyvan yang memaksanya dewasa dan berakhir sebagai boneka di ranjang. Ya, anggap saja saat ini hanya mainan karena pada faktanya, Keyvan menculiknya sebagai sasaran naffsu berbalut dendam, pikir Mikhayla seraya tersenyum getir.
"Kamu pertama kali mabuk?"
"Iya, dan mungkin terakhir kalinya ... bahaya kan kalau sampai ada suami orang yang berwatak sama sepertimu." Keyvan tertohok mendengar ucapan sang istri, sungguh dia benar-benar tidak menduga jika Mikhayla akan berkata dengan kalimat serumit itu.
"Maksudmu?"
"Hal semacam ini cukup terjadi satu kali, aku tidak mau jadi budak naffsu suami orang untuk kedua kali akibat menghilangkan nyawa istrinya."
Hati Keyvan seakan diacak-acak mendengar penjelasan Mikhayla yang sesantai itu, dia mengepalkan tangan dan entah kenapa ingin sekali dia menampar istrinya saat ini juga.
"Sadar mulutmu bicara apa? Hm?"
Keyvan yang memiliki kesabaran setipis itu sontak mencengkram dagu Mikhayla dengan sedikit kekuatannya. Dia tersinggung, sakit dan marah padahal ucapan Mikhayla tidak salah.
Tatapan keduanya terkunci, selembut apapun sentuhan dan buaian Keyvan dia sadar posisinya sebagai apa di kamar ini. Pengganti? Sepertinya tidak juga karena pada faktanya status Mikhayla tidak sama seperti Liora.
"Kenapa? Memang faktanya begitu kan?"
Niat awal membicarakan perihal masa depannya, tapi ucapan Mikhayla membuat hati Keyvan porak-poranda. Dia menganggap dirinya sebatas budak naffsu Keyvan, ingin dia ingkari tapi memang secara logika yang Keyvan lakukan memang sebatas naffsu belaka.
"Jaga bicaramu, Mikhayla!! Jika hanya sebatas naffsu, aku tidak akan peduli saat ini kamu berdarah ataupun robek sekalipun," ucap Keyvan melemah, dia melepaskam cengkramannya kemudian menghela napas perlahan.
"Lalu apa? Kata Papa seorang pria yang mencintai wanitanya, seumur hidup belum tentu bisa melupakan. Tapi kamu, baru berapa hari istrimu tutup usia sudah berniat menyentuhku, apa namanya kalau bukan naffsu?"
Skakmat!! Keyvan terdiam mendengar setiap kalimat yang keluar dari bibir Mikhayla. Pertama kali dia meminta Wibowo membawa Mikhayla tujuannya memang begitu, hanya saja kala malam dia hampir merenggut kesucian gadis itu niat Keyvan tidak setega itu pada akhirnya.
.
.
.
"Stop, Mikhayla ... berhenti bicara sebelum aku benar-benar marah!!"
Malam yang seharusnya baik-baik saja berubah hanya karena kalimat itu. Pada dasarnya, Mikhayla hanya wanita biasa. Dia juga punya perasaan yang tidak mungkin dia tahan untuk waktu lama, dia sudah cukup rela menerima masa depannya diacak-acak Keyvan dalam waktu singkat. Akan tetapi, fakta tersakit ini tetap harus dia jelaskan agar Keyvan mengerti jerit hatinya.
"Terserah kamu berpikir apa, apa yang kamu katakan memang tidak ada yang salah ... tujuan utamaku membawamu ke sisiku hanya untuk itu awalnya. Namun, satu hal yang kamu perlu ketahui bahwa hati adalah salah-satu hal yang tidak bisa kamu raih dengan logika," tutur Keyvan sebegitu lembutnya seraya menyeka air mata Mikhayla, cengeng sekali anak itu sebenarnya.
"Mungkin menurut Papamu butuh seumur hidup untuk melupakan, tapi bisa saja seseorang kembali memulai dalam hitungan menit ... itu fakta lain tentang lelaki yang perlu kamu pelajari."
Lagi-lagi dia tidak tega melihat Mikhayla yang kini memerah, kulitnya yang putih membuat perubahan semacam itu cepat sekali. Keyvan merengkuh tubuh istrinya dengan kehangatan, sepertinya wanita ini terlalu fokus dengan perkataan papanya hingga tidak memandang pria dari sudut pandang yang lain.
Papa, sepertinya kita harus berkenalan lebih dalam. - Keyvan
- To Be Continue -
Hai guys, maaf rada telat. Ntar Sore/Malam otw❣️
terima kasih banyak karyanya ya kak Desh... 😘😘😘😘😘