Di tolak tunangan, dengan alasan tidak layak. Amelia kembali untuk balas dendam setelah delapan tahun menghilang. Kali ini, dia akan buat si tunangan yang sudah menolaknya sengsara. Mungkin juga akan mempermainkan hatinya karena sudah menyakiti hati dia dulu. Karena Amelia pernah berharap, tapi malah dikecewakan. Kali ini, gantian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*34
Ricky melepaskan pelukan Citra. Tapi, wanita itu terus memeluknya dengan sangat erat. Tak ingin Ricky melepaskan dirinya sedikitpun.
"Kak Iky. Tolong aku. Selamatkan mama. Mama tidak bersalah, kak. Aku mohon," ucap Citra sambil menangis sesenggukan.
"Tolong, kak Iky. Tolong mama."
Melia memutar bola matanya dengan malas. Hembusan napas kasar dia perdengarkan. Terlalu enek hati Meli untuk melihat pertunjukan itu. Rasa kesal memang sudah tidak ada. Tapi, rasa enek tetap saja masih bisa dia rasakan walau dia sudah berusaha melupakan kejadian di masa lalu sejak lama.
Sesaat kemudian, Melia langsung memutar tubuh untuk meninggalkan pemandangan yang membuat matanya merasa tidak nyaman. Namun, sebuah suara langsung menahan langkah Meli dengan cepat.
"Nona muda, tunggu!"
Suara itu membuat langkah kaki Meli tertahankan. Namun, terlalu enggan untuk Meli memutar tubuh agar mata berhadapan dengan si pemilik dari suara barusan. Siapa lagi kalau bukan, tuan muda Amerta.
Melia kembali menarik napas kasar. Meskipun enggan, namun dia tetap tidak bisa meninggalkan Ricky yang baru saja menahan langkah kakinya. Karena, Melia kini tidak ingin lagi lari. Melainkan, dia akan melawan dengan sekuat tenaga. Jika Ricky berusaha untuk membebaskan calon mama mertuanya. Maka Melia akan semakin keras untuk membuat calon mama mertua Ricky terbenam di penjara.
"Ya, tuan muda." Melia berucap sambil memutar tubuh.
Deg. Sayangnya, hati tidak bisa diajak kerja sama. Ketika tubuh dia putar, matanya langsung menangkap sosok pangeran milik Ricky ada di hadapannya dengan jarak yang sangat dekat. Entah sejak kapan pria itu mendekat, Melia sama sekali tidak menyadarinya. Mungkin, karena konsentrasi Meli saat ini terpecah, jadinya malah tidak sadar akan langkah kaki Ricky yang sudah ada di belakangnya.
Suasana tiba-tiba berubah. Tapi sayang, itu tidak lama. Wajah Ricky yang ada di depan mata Melia langsung membawakan Meli pada kejadian di masa lalu. Saat di mana Ricky menolaknya dengan tegas. Saat hatinya sedang sangat berharap, tapi Ricky malah menghancurkannya.
Melia segera mengubah raut wajahnya. Setelah itu, dia berjalan untuk menghindar dari Ricky yang terlalu dekat dengan dirinya. Senyum kecil mengejek Melia perlihatkan pada Ricky yang saat ini masih menatapnya dengan penuh kasih. Sayang, tatapan itu malah di salah artikan oleh Melia. Tatapan penuh kasih yang Ricky perlihatkan malah membuat Meli merasa jijik dengan pria tersebut.
"Anda ingin membantu calon mama tiri anda bukan, tuan muda? Sayangnya, anda mungkin tidak akan pernah punya kesempatan itu."
"Hah ... kasihan sekali calon istri anda pasti akan sangat terluka." Melia berucap sambil berjalan-jalan kecil di sekitar Ricky.
Sementara itu, menanggapi apa yang baru saja Meli katakan, Ricky malah tersenyum kecil. Senyuman yang selama ini sangat amat tidak mudah untuk dilihat oleh Citra. Tapi sekarang, dengan sangat mudahnya, Ricky memperlihatkan senyuman itu pada Melia.
"Anda salah, nona muda. Saya datang, tidak untuk mencampuri urusan keluarga Racham. Melainkan, hanya untuk melihat keadaan anda."
Sontak, wajah Melia sedikit berubah. Pergantian ekspresi yang terlihat dengan sangat jelas. Sedangkan untuk Citra, jangan di tanya seperti apa ekspresinya. Tentu saja kaget bukan kepalang sampai matanya hampir keluar dari tempatnya.
"Kak Iky. Apa ... maksud ucapan kamu barusan? Kamu, tidak ingin membantu mama? Jangan bercanda, kak. Mama adalah calon mertua kakak. Dia mama ku, kak. Mama ku." Oceh Citra dengan perasaan campur aduk.
Sementara itu pula, Melia langsung mengeluarkan senyum bahkan tawa kecil yang tentunya dia tujukan buat para musuhnya. Tawa kecil merenyah sebagai tanda merendahkan. Melia menganggap apa yang sedang ada di depan matanya saat ini adalah sebuah lelucon yang patut dia tertawakan.
"Iya lho, tuan muda. Jangan bercanda. Gak tempat waktu dan tempatnya tau?"
"Ish, gak liat apa kamu, tuan muda? Calon istrimu sedang sangat berduka itu sekarang," ucap Meli sambil mengulurkan tangannya untuk menunjuk Citra yang memang sedang sangat terluka.
"Nona muda. Aku tidak sedang bercanda. Delapan tahun aku menunggu, akhirnya, kamu kembali. Mana mungkin aku akan bercanda tentang dirimu, Amelia."
Melia terdiam. Benaknya berusaha mencerna apa yang terjadi dengan Ricky sekarang. Ah, batinnya mengatakan kalau saat ini, pikiran Ricky mungkin sedang konslet. Otaknya sedang bermasalah.
Sebaliknya, bukan hanya Melia dan Citra yang sedang bingung. Mila, Iyas, juga beberapa pelayan yang lainnya ikut merasakan perasaan yang sama. Tuan muda Amerta itu kini sangat berbeda dari biasanya. Mulai dari tatapan mata yang selalu tajam, yang kini sudah jauh berubah menjadi teduh. Hingga wajah datar yang jarak memperlihatkan ekpresi bahagia. Yang ada, biasanya hanya ekspresi marah. Tapi barusan, malah terlihat sangat senang. Bahkan, sampai tersenyum manis. Sungguh luar biasa.
"Ada apa dengan tuan muda Amerta? Apa dia benar-benar tuan muda Amerta yang biasanya berwajah datar?" Mila bergumam.
Kebetulan, di belakangnya ada Iyas. Sontak, pria itu tentu saja langsung menjawab apa yang Mila ucapkan. Karena saat ini, yang dia pikirkan bukan jati dirinya. Melainkan, tuan mudanya yang sangat amat jauh berbeda.
"Entahlah. Aku rasa, tuan muda ku sedang tidak baik-baik saja. Memang ada yang salah dengan tuan muda ku sekarang."
Ucapan Iyas barusan langsung menarik perhatian Mila. Sontak, gadis itu langsung menoleh untuk melihat siapa yang saat ini sedang dia bajak bicara.
Deg. Dua pasang mata yang saling tatap malah mengubah suasana. Ada perasaan yang secara tidak sengaja menyusup masuk ke dalam hati. Keduanya pun menikmati perasaan itu selama beberapa saat hingga akhirnya mengalihkan pandangan setelah mendengar ucapan Melia yang kembali mengusik Ricky.
"Ah, apakah anda salah makan obat tadi, tuan muda? Atau, jangan-jangan anda sedang mabuk sekarang."
"Jangan bicara ngelantur, tuan muda. Jika anda sedang mabuk, sebaiknya anda tidur di kamar. Jangan datang ke tempat orang lain untuk membuat masalah."
Ricky tidak tahan lagi untuk tidak melakukan kontak fisik dengan Melia. Rasa rindu itu membuatnya semakin hilang kendali. Sontak saja, dia tarik tangan Melia, lalu dia bawa ke dalam pelukan tubuh langsing milik gadis tersebut.
"Aku memang sedang tidak baik-baik saja saat ini, nona muda. Aku sangat merindukan mu. Aku juga mabuk karena pertama kali bertatap muka dengan mu. Kamu semakin membuat aku tergila-gila."
Sayangnya, pelukan yang cukup mengejutkan Meli itu tidak bertahan lama. Tentu saja Melia tidak akan membiarkan Ricky memeluk tubuhnya dengan leluasa.
Melia melakukan penolakan atas pelukan yang Ricky berikan secara tiba-tiba. Sekuat tenaga, Meli dorong tubuh Ricky agar bisa menjauh darinya. Eh, ini pemuda malah bertingkah. Di dorong malah menarik tangan Melia lagi. Ketika Meli ingin melakukan penolakan, usaha Ricky malah semakin kuat untuk mempertahankan Melia.
tp karena mereka bodoh maka akalnya tak sampai kesitu 😀