Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Peraturan Baru
Aku dan teman-temanku datang ke sekolah pagi-pagi sekali untuk mengumumkan apa yang akan ku sampaikan kepada murid-murid di sekolah ini. Mengenai peraturan dan hukum baru yang akan diterapkan di sekolah ini. Aku meminta izin kepada kepala sekolah dengan sopan untuk mengambil waktu pelajaran di pagi hari sampai waktu istirahat.
Aku juga sudah menjelaskan rencana yang akan kami jalani bersama, yaitu rencana untuk merubah sekolah ini. Kepala sekolah langsung setuju kepadaku, karena dia yang paling tahu seberapa buruk murid-murid di sekolahnya. Aku memanfaatkan waktu yang diberikan dengan sangat baik.
Aku mengumpulkan semua murid di sekolah di lapangan sekolah, dan mereka semua sedang duduk diam memperhatikanku. Sudah lama sekali aku tidak merasakan hal ini, aku benar-benar dihormati seperti dulu lagi. Kemudian aku menyebutkan satu-persatu kelas untuk memeriksa berapa murid yang hadir di kelas tersebut.
Namun saat aku menyebutkan kelas 2 G, tidak ada seorangpun yang mengangkat tangan. Aku merasa heran dan merasa sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dengan kelas mereka. Aku mulai berpikir kalau kelas 2 G berisi anak-anak nakal yang suka datang telat. Sebelum itu, aku bertanya kepada teman-temanku terlebih dahulu.
"Kenapa semua anak kelas 2 G tidak ada yang hadir? Apakah kemarin mereka hadir?" Ucapku kepada teman-temanku, Miller, Adams, Roy, dan Bryan.
Namun mereka hanya diam saja dan tidak menjawab ku sampai akhirnya Bryan menjawab pertanyaanku, "Entahlah, tapi berani sekali mereka tidak hadir disaat kau datang. Mereka benar-benar harus diberikan pelajaran lagi!" Ucap Bryan yang keceplosan.
"Lagi?" Kataku dengan heran.
"Ehem, maksud Bryan, kita harus memberikan pelajaran kepada anak-anak nakal di kelas 2 G. Agar mereka menjadi orang-orang yang kau harapkan" sambung Adams yang mencoba menyelamatkan kata-kata Bryan.
"Benar ... Kau bisa melanjutkan absensinya, Demand" ucap Roy dengan wajah serius, tapi wajah mereka terlihat mencurigakan.
Kemudian setelahnya aku lanjut absensi satu-satu perkelas. Setiap satu angkatan terdapat 8 kelas, dari huruf A sampai huruf H, yang memiliki total 24 kelas dengan total 3 angkatan. Terbagi menjadi 3 lantai, lantai satu untuk kelas satu, dan seterusnya.
Aku sudah menyelesaikan absensi satu-satu dari seluruh kelas yang ada di sekolah ini dengan total murid 678 yang seharusnya total murid di sekolah adalah 720 murid. Ternyata banyak juga yang tidak hadir ke sekolah dengan total 52 murid.
Setelah itu aku menjelaskan peraturan yang harus diterapkan kepada murid-murid yang bersekolah ini. Aku mengatakan untuk tidak merokok di sekolah, tidak minum, tidak berisik, tidak menggangu, dan bersikap layaknya seorang murid yang baik.
Saat aku masih menjelaskan peraturannya, tiba-tiba saja ada seseorang dari kelas 3 yang menyoraki ku.
"Huuuuuuuu! Payah! Kau pikir kami akan menerima peraturan bodoh itu!" Ucap orang itu yang membuat beberapa orang mendukungnya dan semakin ramai yang bersorak kepadaku.
Aku hanya diam saja dan menatap mereka dengan tatapan yang mengintimidasi. Beberapa orang yang bersorak sebelumnya menjadi diam, dan sisanya masih mendukung orang itu tanpa rasa takut. Sial seperti reputasiku masih belum sehebat diriku sebelumnya.
"Maju kau di hadapanku sekarang" ucapku yang seketika keadaan menjadi hening.
Kemudian si murid kelas 3 itu maju dengan gagah berani menghampiriku. Wajahnya terlihat meremehkanku, dan itu benar-benar membuatku merasa jengkel. Tahan diriku, tahan ... Kau sudah bukan lagi anak nakal seperti dulu. Walaupun suasana ini mendukung untuk membuatku menjadi seperti dulu, tapi dengan ingatan masa laluku, aku berhasil menahannya.
"Kau benar-benar cari mati ya? Akan ku permalukan kau disini" ucapnya dengan wajah sok sembari tersenyum menyebalkan.
Buagh! Aku langsung melayangkan tinjuku tepat di wajahnya karena aku sangat geram dan tak bisa menahan lagi emosiku. Seketika ia terpental dan tersungkur di tanah dan ku rasa dia pingsan sekarang. Semua orang yang melihatnya saat itu langsung duduk rapih dan langsung nurut denganku.
"Bryan, tolong bawa dia ke UKS" ucapku.
"Baiklah, sepertinya aku ingin menjadi bagian dari PMR sekarang" ucap Bryan dengan tersenyum lebar menyeramkan.
Kemudian Bryan mengangkat orang itu dan membawanya ke UKS, kurasa?. Astaga semoga orang itu baik-baik saja, dan kemudian aku lanjut kembali membicarakan tentang peraturan dan hukum yang berlaku di sekolah ini mulai sekarang.
Semua orang benar-benar diam dan memperhatikanku saat ini, tidak ada lagi yang berisik dan mengacau. Aku menghembuskan nafas dengan lega, ternyata mereka benar-benar harus diberikan kekerasan agar sadar ya, kalau saja bisa dibicarakan baik-baik pasti akan lebih mudah rencana kami untuk merevolusi besar-besaran sekolah ini.
Sementara itu, setelah beberapa menit berlalu, orang yang ku hajar hingga pingsan sudah sadarkan diri. Saat ini dia sedang di UKS bersama Bryan yang sedang menemaninya di sampingnya. Orang itu segera bangun dan berbicara kepada Bryan.
"Kau! Kenapa kau membiarkan dia berbuat seenaknya dan mengambil posisimu serta menghancurkan reputasi yang kau buat!" Ucap orang itu yang tidak terima jika aku yang akan menjadi pemimpin di sekolah ini sekarang.
"Awalnya aku berniat balas dendam ... Tapi sekarang aku sudah tidak peduli" ucap Bryan dengan wajah datar seakan dia memang tidak peduli dengan hal itu sekarang.
"Jadi kau akan membiarkannya melakukan yang dia suka?! Dan kau akan menjadi anjing baru Demand sekarang!" Ucapnya sambil berteriak-teriak dihadapan Bryan.
"Apa kau tidak suka dengannya?" Ucap Bryan dengan tatapan serius.
"Tentu saja! Siapa juga yang mau menjadi anak yang monoton. Seharusnya kita menghabiskan waktu dengan bebas sebagai anak muda!" Ucap orang itu dengan kesal.
"Kau benar ... Siapa namamu?"
"Namaku adalah Letnan"
"Baiklah kalau begitu, aku akan ..."
Kemudian pada akhirnya setelah melalui pidato yang panjang, akhirnya aku bisa menyelesaikan apa yang ingin ku sampaikan kemarin pada hari ini. Semoga dengan hal ini sekolah akan damai-damai saja dan seluruh murid menjadi patuh terhadap peraturan yang telah ku buat.
Sebenarnya peraturan yang ku buat ini tidak beda jauh dengan peraturan yang diterapkan di sekolah ini atau sekolah pada umumnya. Karena aku mengambil referensi peraturannya dari sekolah ini, walaupun aku menambahkan beberapa hal sih. Setidaknya aku berharap mereka akan sadar dan menjadi lebih dewasa ke depannya.
"Baiklah, karena pembicaraan ini sudah selesai dan bel istirahat sudah berbunyi. Alangkah baiknya kalian makan atau melakukan kegiatan yang positif. Terima kasih banyak sudah mendengarkan pembicaraanku" ucapku sambil tersenyum dan melambai-lambaikan tanganku kepada seluruh murid yang ada.
Kemudian dengan tertib mereka bubar dengan sendirinya tanpa keributan. Rasanya aku bisa menarik nafas dalam-dalam sekarang, huft. Ternyata cukup melelahkan walau hanya berbicara di panggung. Sekarang karena sedang jam istirahat, lebih baik aku makan bersama dengan teman-temanku.
"Baiklah, ayo kita pergi ke kantin teman-teman!" Ucapku sambil tersenyum lebar.
"Tunggu ..." Ucap seseorang dari kejauhan dan berlari menghampiriku.
Dia adalah seorang siswi di sekolah ini dan dengan beberapa temannya, "Terima kasih banyak, kakak!" Ucap mereka serentak.
"Ehh, jangan panggil aku kakak. Agar lebih akrab panggil saja namaku" ucapku yang merasa tidak enak.
"Itu adalah bentuk penghormatan kami kepadamu, tolong izinkan kami memanggilmu dengan sebutan kakak" ucapnya dengan bersikeras.
"Baiklah baiklah ..." Ucapku yang akhirnya mengiyakannya saja.
"Sebelumnya perkenalkan, aku adalah Shania dari kelas 3 B, yang ini Robin dari kelas 3B, dan yang terakhir Thian" ucapnya yang kemudian teman-temannya menyapaku dengan senyuman hangat.
"Salam kenal juga semuanya, kalau begitu aku akan pergi ke kantin bersama dengan teman-temanku dulu ya" ucapku yang kemudian cewek bernama Shania meraih tanganku.
"Tunggu, apakah kami boleh ikut juga?" Ucapnya dengan memasang wajah memohon.
Aku melirik ke arah teman-temanku sejenak dan tidak tahu apa yang harus kulakukan. Mereka langsung membuang wajah mereka dan berpura-pura sibuk. Sialan mereka! Padahal aku sedang bingung, hah ... Baiklah kalau begitu akan ku biarkan mereka ikut saja.
Tapi aku akan menjaga jarak dari mereka bertiga, karena tentu saja aku masih memiliki Lasiana. Wanita tercantik dan terbaik sejagat raya bagiku, dan tiada duanya. Yah, walaupun saat ini aku masih belum bisa menemukannya, karena informasi yang tidak cukup. Jadi sepertinya aku hanya akn mencarinya di waktu saat Miller di sekap di kehidupan yang sebelumnya. Tunggu aku, Lasiana!.