Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Memikirkan Strategi Untuk Bisa Menggoda.
Selama seminggu tubuh Ellia dirawat, Emilio yang dulunya selalu bersikap cuek dan dingin meskipun sesekali memperhatikan perkembangan Ellia. Namun sekarang setiap gadis itu menelepon ia akan langsung datang ke rumah sakit meskipun sedang menggelar rapat penting atau sedang bertemu dengan klien.
"Hari ini kamu bisa pulang, itu artinya kamu sudah sembuh. Jadi jangan minta ini itu lagi sama Om! Ngerti!" Emilio berkata tegas, karena selama seminggu ini ia bagaikan pelayan yang melayani majikan nya. Baru kali itu Emilio melakukan nya pada seseorang, bahkan pada istrinya pun dia tidak se menurut itu.
"Ohhh.... jadi Om nggak ikhlas ngurus aku! Oke fine, liat aja aku nggak akan merepotkan Om lagi!" Divya akan menarik ulur lebih dulu perasaan Emilio, sepertinya lelaki itu lain di mulut lain hati. Kalau memang hanya tanggung jawab sebagai seorang Paman, kenapa harus repot-repot selalu menjaganya padahal ada Fayyana yang lebih berkewajiban mengurusnya.
"Bukan nggak ikhlas, tapi Om juga bukan hanya ngurusin kamu. Om banyak kerjaan, lagian Om ngerawat kamu karena teringat adik Om yang udah meninggal. Jadi, anggap aja selama seminggu ini adalah ekstra bonus perhatian dari Om sebagai Paman-mu. Sekarang mulai bersikap biasa lah, jangan manja lagi." Panjang lebar Emilio menjelaskan.
'Sial! Ternyata lelaki ini perhatian padaku karena ingat adiknya yang udah meninggal! Aku kira bisa dengan mudah menggoyahkan hatinya!' Pikir Divya sebal.
Nggak apa deh, dianggap adek dulu. Nanti lama-lama dia bisa anggap aku sebagai wanita! Jangan menyerah, apalagi nanti di rumah harus lebih gencar mendekatinya!
"Kenapa malah bengong? Kamu denger apa kata Om, 'kan?"
"Denger Om denger, aku nggak budeg. Ya udah, aku mau pulang sekarang."
Emilio geleng-geleng kepala, perubahan gadis bocah di depannya itu terlalu besar. Dulu bertatapan dengan nya saja Ellia tidak berani, seolah takut dengan sosok dinginnya. Jika ada dirinya di rumah, gadis itu malah menghindar dan selalu pergi keluar rumah. Sekarang selain bersikap manja dan berani, gadis itu bahkan tidak segan selalu menimpali perkataannya.
"Kalau begitu, ayo siap-siap. Eh, kamu nggak ingin melihat keadaan kekasihmu sebelum pulang?"
"Enggak usah, nanti aja."
Emilio hanya mengangkat bahu tidak perduli.
Lain lagi dengan Emilio yang sibuk mengurusi Ellia, Fayyana malah sedang bermesraan di ruang kantor milik Finn. Mereka bergumul panas di ruangan pribadi, saling memuaskan g@irah masing-masing.
Setelah pergumulan berakhir, Finn mengambil rokok menyalakan nya. Lelaki itu duduk di tepi ranjang dengan bertela_jang bulat, duduk memunggungi Fayyana yang duduk bersandar pada headboard.
Jemari lentik Fayyana mengelus punggung telan_jang Finn, "Sayang, ada apa? Kau seperti gelisah. Bukankah masalah Divya sudah tertangani, jika ada yang menanyakan keberadaan nya kau akan bilang dia kabur dengan lelaki lain. Bukti-bukti palsu yang kita persiapkan sudah lengkap, apa lagi yang kamu resahkan?"
"Hanya memikirkan satu dua hal, salah satunya kamu belum menjawab pertanyaan ku. Kenapa kau mau dengan ku padahal suamimu lebih segalanya dariku?"
Fayyana terdiam, lalu ia menghela nafas pelan. "Sudah 7 bulan ini aku nggak mendapatkan kepuasan di tempat tidur dari Emilio, punyanya tidak bisa bangun. Kau ingat tentang berita kecelakaan yang terjadi pada kami, bukan. Akibat kecelakaan itu, Dokter mengatakan kami harus sabar, ada saraf terjepit yang membuat milik suamiku itu impoten. Lalu kita bertemu di pesta bisnis tiga bulan lalu, awalnya kita melakukan sex karena kita sama-sama mabuk tapi setelahnya aku ketagihan punyamu. Apalah arti kejayaan dan ketampanan suamiku jika dia enggak bisa memuaskan ku di atas ranjang."
"Bukankah kecelakaan itu kamu yang mengemudi dan kabarnya kamu sedang marah pada suamimu karena cemburu." Ujar Finn mengingat berita heboh tentang kecelakaan Emilio dan Fayyana tujuh bulan lalu, Emilio seorang pebisnis handal dan sudah terlahir kaya.
"Kecelakaan itu emang salahku, tapi aku sudah berusaha membantu suamiku sembuh. Selama empat bulan aku membantunya, kami mendatangi setiap rumah sakit tapi hasilnya nihil. Aku juga membutuhkan melampiaskan hasr@tku, dan aku menyalurkannya padamu. Kau sangat hebat di ranjang, sayang. Kau sungguh terbaik." Fayyana memeluk tubuh Finn dari belakang.
Finn akhirnya tersenyum sumringah, ada kepuasaan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang lelaki bisa diakui bahkan dibanggakan keahliannya memuaskan wanitanya di atas ranjang.
"Kalau begitu bercerai lah, setelah aku mengurus perceraian ku dengan Divya mari kita menikah." Ujar Finn.
Fayyana malah terdiam, mungkin Finn belum mengenal siapa sosok suaminya. Jangan pernah menyenggol seorang Emilio, atau kau akan berakhir di dalam gundukan kuburan.
"Jangan gegabah, istrimu baru pergi. Kita lakukan pelan-pelan dan hati-hati, ya."
Finn memikirkan perkataan Fayyana, wanita itu benar ia masih harus waspada dan hati-hati. Menghilangnya Divya masih belum lama, mereka berdua masih harus bermain dengan apik.
.
.
Mansion.
Sejak di dalam mobil bibir Divya menutup rapat, setelah ucapan Emilio kini ia harus banyak memikirkan strategi untuk bisa menggoda lelaki itu.
'Apa aku harus menjadi pribadi lembut dan pendiam?' pikir Divya.
"Sudah sampai, apa mau aku gendong juga masuk ke dalam?" sebelah alis Emilio terangkat.
"Nggak usah Om, aku bisa jalan sendiri. Kan nggak boleh manja! Huh!" Divya membuang wajah lalu membuka pintu mobil dan segera berjalan ke arah pintu. Namun saat di dalam ia mulai kebingungan, mau melangkah kemana dan melakukan apa.
"Om panggilkan pelayan nanti, selama kamu belum mengingat dengan jelas kamu minta lah apapun padanya." Tiba-tiba setelah mengatakan itu Emilio menarik pergelangan tangan Divya dan mulai berjalan ke arah lift.
"Kamu tekan untuk ke lantai dua, kamar mu disana. Sekarang biar Om yang tunjukkan, sepertinya kamu bengong karena belum ingat."
Masih memegang pergelangan tangan Divya, Emilio masuk ke dalam lift. Divya akui Mansion milik Fayyana si wanita jal4ng itu sangat megah, ia juga memang mempunyai rumah mewah namun bukan Mansion seperti itu dan tidak ada lift di dalam nya.
"Sampai, sana keluar. Kamar kesatu dari sini," Emilio mendorong pelan tubuh Divya agar keluar, lelaki itu bergeming pada tempatnya ia tidak ikut keluar. "Kamarku ada di bawah, lagipula aku harus kembali ke Perusahaan. Aku akan memanggil pelayan untuk melayani mu, entah kemana Bibimu itu! Mengurus keponakan sendiri aja nggak bisa diandalkan! Ck!"
Lalu Emilio memijit tombol, pintu lift pun tertutup dan lift bergerak ke bawah. Setelah menginstruksi beberapa pelayan untuk mengurus Divya, lelaki berwajah campuran itu pergi untuk kembali ke Perusahaan.