Angga adalah mahasiswa akhir yang jatuh hati pada Kinara yang merupakan adik tingkatnya. Suatu ketika karena obsesinya pada Nara, pria berumur 23 tahun itu menodai Nara hanya karena cintanya di tolak.
Hubungan keduanya semakin rumit karena campur tangan ayah Angga yang tidak ingin puteranya menikahi gadis dari kalangan miskin. Juga wanita yang menjadi saingan cinta Nara.
Dalam keadaan hamil Nara pergi karena ancaman, dan 3 tahun berlalu mereka di pertemukan kembali dengan Angga yang masih begitu mencintai Nara yang ia anggap telah tiada.
Namun Nara datang hanya ingin menghancurkan dan menuntut balas atas penderitaannya, serta penyebab janinnya tak bisa dipertahankan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Testpack
Pagi menyapa, burung berkicau, selalu saja ada sepasang insan berlainan jenis yang masih tertidur pulas di ranjang yang sama dengan tubuh yang masih berbalut selimut menutupi tubuh polosnya.
Semalam setelah pulang dari kediaman papi Erlangga, kedua pasangan ini bergelut di ranjang dan berbagi peluh seperti biasa.
Nara bangun terlebih dahulu, ketika tangan besar Angga memeluk tubuhnya, makin lama tangan itu terasa berat dan ia pun menyingkirkan pelan tangan Angga yang erat memeluknya.
Ketika kaki nya telah mencapai lantai badannya terasa lemah, pusing dan entahlah kini ia merasa mual yang luar biasa, ia pun angkat seribu menuju ke toilet dan menumpahkan cairan itu disana.
Angga yang mendengar Nara sedang muntah- muntah mulai berlari mendekati Nara dan membantu memijat tengkuknya.
"Kamu kenapa sayang....??"
"Entahlah kak...mungkin masuk angin." itulah yang dipikirkannya saat ini, mengingat semalam ia dan Angga pulang malam dan angin berhembus dengan kencang ketika Angga melamarnya halaman belakang rumah orang tua pria itu.
" Apa mungkin kamu banyak minum hingga perutmu sakit?? Nanti kita ke dokter." Angga menuntun tubuh Nara yg berjalan sedikit sempoyongan karena lemah, dan mendudukannya di ranjang.
"Tidak perlu kak, nanti aku belikan obat maag saja ya ..." pinta Nara yg langsung di jawab oke oleh Angga.
Hari ini Angga memutuskan ke kampus karena ia akan memutuskan mengambil skripsi semester depan yang akan segera dimulai sebulan lagi.
Namun Nara tidak bisa ikut ke kampus karena kurang enak badan. Namun sebelum ke kampus Angga menyempatkan diri pergi ke apotek membeli obat maag yang diminta Nara.
"Sayang, minumlah obatnya, setelah itu kamu makan ya, ini sudah Kak Angga belikan bubur ayam di depan kesukaanmu"
"Makasih kak, maaf hari ini aku gak bisa buatin sarapan kak Angga." lirih Nara sembari meraih obat dari Angga dan meminumnya setelah mengambil air putih di meja samping ranjang tempat ia tidur.
"Kakak ngampus dulu ya sayang, istirahatlah jangan lakukan kerjaan Rumah." ujar nya yang kemudian mengecup kening Nara dan pergi dari apartemen nya menuju ke kampus nya.
Karena badan nya terasa lemah, Nara memutuskan berbaring, namun baru saja hendak menutup mata nya, bunyi bell terdengar.
Nara pun membuka pintu, awalnya Nara mengira Angga yang balik lagi namun itu tak mungkin karena Angga hapal password apartemennya.
Ketika pintu di buka oleh Nara, begitu terkejutnya ia karena tamu itu tak bulan adalah Erlangga dan seorang pria yang ia tak pernah liat sebelumnya.
Erlangga datang ke rumah anaknya karena mendapat info dar dari asisten nya bahwa Angga telah meninggalkan kediamannya, untuk pergi ke kampus tanpa Nara ikut.
"Om..." ucap Nara gugup.
Erlangga masuk bersama Aldi asistennya dan duduk di sofa. Jujur Nara begitu takut oleh pandangan yang tak bersahabat dari papi nya Angga, namun ia berusaha untuk menekan nya.
"Minum apa om, kak Angga tidak dirumah, dia sedang kuliah."
"Tidak usah repot-repot, kedatangan saya ke sini cuma untuk mengingatkan kamu, supaya jauhi anak saya Angga. Kamu tidak pantas bersanding dengannya, satu hal Angga kelak akan menjadi pewaris kerajaan bisnis."
"Tapi om, Angga sudah melamar saya, dan saya juga sudah mencintai anak om." Jawab Nara.
"Bukan nya kamu kan pernah menolak Angga, kali ini aku minta tolak dia sekali lagi, dan pergilah dari kehidupan anak saya."
Nara mulai bersujud didepan lelaki paruh baya yang terkenal dingin dan kejam di dunia bisnis.
"Om restui kami, aku akan membahagiakan kak Angga" tangan nya sampai memohon kepada Erlangga untuk meminta restu.
"Dengan apa? kamu punya apa?? Sedangkan jika Angga menikah dengan Raline, justru Angga akan bahagia karena mendapatkan calon istri yang kaya raya dan itu bagus untuk perusahaan nya kelak."
Sungguh Nara merasa terhina oleh ucapan Erlangga, tangan ia pun sudah mengepal menahan kemarahan namun sebisa mungkin ia tahan demi sang kekasih.
Erlangga mengeluarkan kertas dari dalam saku jas nya.
"Ini pakai ini dan pergilah jauh dari kehidupan anak aku"
"Apa ini om?" sambil mengambil kertas dan membacanya, Nara bukan orang bodoh ia tau kini ayah dari pacarnya telah membeli nya untuk menukarkan nya dengan kebebasan Angga yang artinya ia harus pergi dari kehidupan Angga lelaki yang ia cintai.
Jujur ia merasa sedih mendapatkan penghinaan seperti ini, apakah ia tak pantas untuk seorang yang bernama Angga....??
Lamunan Nara buyar ketika Erlangga dan asisten nya telah pergi dari apartemen, ia melangkah keluar hanya untuk sekedar mengantar ataupun mencium tangan ayah dari sang kekasih, namun nyata nya Erlangga telah sampai di mobil dan sekejap itu mobil berlalu.
*****
Dikampus Angga bertemu Bisma dan Fiki yang kini sedang dikampus untuk menyelesaikan administrasi kampus untuk melangkah ke semester depan yang akan mereka hadapi satu bulan lagi.
Seperti halnya Angga, Bisma dan Fiki juga telah terlambat untuk menempuh tugas akhir karena kemalesan mereka, dan seringnya cabut dari kampus, alias bolos.
Disinilah mereka duduk di kantin untuk membicarakan masalah pernikahan nya dengan cinta, ia tau sang papi belum memberikan restu, namun ia juga tidak mungkin lagi menunggu untuk menikahi Nara lebih lama lagi, apalagi hubungan mereka sudah lebih dari suami istri.
Angga hanya menginginkan menikah dengan sederhana, hanya ingin sodara, teman teman dekat juga orang tua nya. Namun apakah nanti rencana nya akan bisa tercapai ketika kini Nara telah diberi ultimatum untuk meninggalkan nya.
Bisma dan Fiki juga Vika berusaha membantu sebisa mungkin dari memesan baju pengantin, undangan, catering juga yang lain nya. Mereka berharap Angga dan Nara bisa bersatu dalam ikatan suci pernikahan.
******
Dikediaman apartemen Angga.
Setelah di datangi Erlangga ayah dari pacarnya, Nara hanya berbaring di ranjangnya, rasa lemas mendera tubuhnya, pusing yang ia rasakan makin menjadi, apalagi setelah memakan bubur ayam yang di beli Angga, ia pun tetap memuntahkannya.
Hingga ia mengingat terakhir kali datang bulan, mengecek lewat ponselnya, dan yang ia takutkan terjadi, selama ini ia takut kalau ia akan mengalami kehamilan.
Pasalnya semenjak intens melakukan hubungan badan dengan Angga, ia tidak pernah minum pil pencegah kehamilan, Angga pun juga tidak pernah memakai pengaman, hanya langsung cublek-cublek suweng aja.
Dan kini ia mendapati telah terlambat datang bulan selama hampir sebulan, bodohnya ia kurang peka dan menyadari.
"Apakah aku hamil....?? Batin nya.
Baru saja hendak ke dapur untuk membuat makanan sore untuk Angga, ia merasa mual kembali dan langsung memuntahkan cairan kembali kedalam closet kamar mandi, cairan itu sampe berwarna kuning pahit.
Nara bergegas berganti pakaian dan ia pergi menuju lift untuk mencari apotek terdekat di bawah gedung apartemen, tak tanggung-tanggung ia membeli beberapa macam alat test kehamilan dengan berbagai macam merk.
Saat ia kembali dari apotek ternyata Angga telah berada di apartemen, terdengar ia sedang mandi dikamar mandi, Nara langsung menyembunyikan testpack nya dan berharap pagi nanti ia akan mencobanya.