Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 34 BUBAR
"Kalau begitu sebutkan kekurangan saya di mata Ibu Siti Kenapa anak Ibu bisa merebut suami saya." Siti kembali memperhatikan Siska, jika dilihat-lihat sebenarnya Siska tidak mempunyai kekurangan apapun bahkan dari segi penampilan saja begitu mewah dan anggun, Siti juga tahu bahwa istri pertama Danu berasal dari keluarga terpandang dan mempunyai wawasan luas karena sebelum menikahkan anak perempuannya dengan dadu ia sudah mencari informasi lebih dulu tentang Siska.
"Ayo Sebutkan kekurangan saya jika saya sebagai istri pantas suaminya direbut oleh anak ibu!" tekan Siska membuat Siti mati kutu.
"Intinya kamu harus intropeksi diri, yang jelas anak saya sudah terlanjur menikah sama suami kamu. Setidaknya kalian harus hidup rukun dan juga damai atau saling tolong-menolong, tidak usahlah membuat keributan seperti ini tuh semuanya sudah terjadi."
"Enak sekali mulut Ibu berbicara seperti itu, mengatakan saya harus menerima bahwa Rama harus menjadi adik madu saya! Satu lagi, yang seharusnya intropeksi diri adalah anak Ibu. Kenapa dia bisa dinikahkan oleh suami orang. Padahal ia bisa mendapatkan bujangan. Walaupun dia janda. Ibu bisa lihat sendiri kan kenapa anak Ibu bisa menjadi seorang pelakor di rumah tangga orang lain itu karena kehidupan atau keluarga anda itu miskin makanya anak Anda mengincar seorang suami yang mempunyai harta kekayaannya melimpah intinya anda dan juga keluarga besar anda itu miskin!" Mendapatkan hinaan dari Siska, membuat harga diri Siti merasa terinjak-injak. deru nafas terlihat naik turun, memperlihatkan emosi yang sudah mulai meledak kembali.
"Kurang ajar, siapa yang kamu sebut miskin? Saya itu orang kaya, sangat mustahil jika saya miskin, jangan coba-coba menghina saya!" serunya.
"Kalau begitu, saya akan mengambil dua motor dan juga uang, kalau kalian tidak mau mengembalikan itu semua maka kalian akan saya jebloskan ke dalam penjara karena sudah mencuri harta saya, sebentar lagi ada mobil box terbuka yang akan mengangkut motor."
"Jangan gila kamu! Saya enggak akan biarkan kamu bawa motor!"
"Saya kasih sampai besok untuk menyerahkan motor dan juga uan, kalau tidak bersiaplah mendekam di dalam penjara atas kasus pencurian!" Selesai berbicara dengan Siti.
Siska memutuskan untuk pulang ke rumah, sekilas matanya melihat ke arah suaminya bahkan mata mereka pun saling bertemu, tapi Siska langsung mengalihkannya ke arah lain ia sudah tidak sudi lagi melihat wajah suaminya, yang terpenting bagi dia motor dan juga uang bisa direbut kembali.
Setelah mereka semua melihat kepergian Siska menggunakan mobil mewahnya, teman-teman Siti langsung menatap ke arahnya dan mencibirnya.
"Apa kalian lihat-lihat? mau ikut campur sama urusan gue?!"
"Enggak nyangka ya, ternyata lu itu bohong ngakunya si Rahma menikah sama bujang tahunya sama laki orang!"
"Kenapa, memangnya ada masalah kalau anak perempuan gue nikah sama laki orang, apa hak kalian ikut campur sama masalah gue."
"Harusnya lu tuh sadar dir, lo juga udah tua. Harusnya lu ajarin anak perempuan lo buat jadi perempuan terhormat, percuma anak perempuan lo cantik-cantik kalau nikahnya sama suami orang dari hasil ngerebut nggak ada gunanya." mendapatkan cibiran dari teman-teman ibunya membuat Rahma merasa piringnya dipermalukan di depan umum ia merasa harga dirinya benar-benar dikuliti saat ini tetapi mau bagaimana lagi ia tidak bisa melawan ibu-ibu penguasa bumi ini.
"Diam kalian semua, mendingan kalian semua pulang!Jangan pernah datang ke rumah gue lagi!"
"Idih, kita juga ogah main ke rumah lo lagi. Apa Lagi di rumah lu udah ada pelakor, nggak orang tua nggak anak sama-sama nggak punya hati. Bisanya cuman hancurin rumah tangga orang!"
"Pergi! Pergi! nggak usah banyak ba*ot! Siti terus saja berteriak terus, ia tak segan-segan mengusir teman-temannya untuk pulang dari rumahnya. Ia sudah tidak sudi lagi berteman dengan mereka. "Mulai hari ini, gue nggak akan temenan sama kalian semua!"
"Kita juga nggak mau lagi temenan sama pelakor mudah-mudahan keluarga kalian semua kena karma!"
"PERGI...!" terika Siti sekali lagi, tapi seluruh teman-temannya malah menyorakinya.
Setelah beradu mulut, akhirnya mereka semua pergi. Tinggallah Rahma, Danu, dan juga Siti yang masih diam, sekilas Siti melihat ke arah Danu yang hanya diam tanpa bisa melakukan apapun membuat hati Siti kesal.
POV DANU
"Mas! Kenapa kamu diam saja melihat aku dan ibuku dihina seperti itu? Harusnya kamu bela kita berdua dong, kamu kan suami sekaligus menantu ibuku. Kenapa tugas kamu hanya melihat saja," omel Rahma kepadaku. Jangankan membantu dia. Aku ingin pergi dari sini saja cukup sulit karena aku begitu malu dengan tatapan semua orang yang ada di sini.
"Aku juga bingung harus melakukan apalagi, aku juga tidak tahu kalau ada Siska di sini."
"Kamu juga jadi menantu nggak ada gunanya, dari tadi saya dan Rahma selalu diserang dan disudutkan oleh istri kamu dan juga teman-teman saya, harusnya kamu sebagai laki-laki lindungi saya dan juga Rahma, gara-gara ulah istri kamu saya jadi dipermalukan."
"Maafkan saya, Bu. Saya benar-benar bingung dengan kejadian yang terlalu mendadak seperti ini."
"Kenapa Mbak Siska bisa tahu rumah Ibuku, Mas? Pasti kamu kan yang memberi tahu di mana rumah ibuku," tuduhnya, aku menggeleng cepat.
"Jangan asal tuduh! Mana mungkin aku beritahu rumah ibu kamu. Kamu pikir aku ini bodoh, dengan cerobohnya memberitahu rumah ibu kamu di sini." Aku sedikit tidak terima dituduh olehnya. Lagi pula aku ini bukan orang bodoh. Kalau aku beritahu rumah mertuaku pada Siska. Sama saja aku bunuh diri.
"Terus, Mbak Siska tahu dari mana?" Aku mengangkat kedua bahuku, menandakan aku tidak tahu menahu.
"Istri tua kamu itu benar-benar kurang ajar, dia datang ke sini membuat huru-hara bahkan ingin mengambil motor yang sudah kamu berikan kepada saya, pokoknya kamu ajari istri tua kamu itu jangan kurang ajar terhadap keluarga saya, kalau tidak dia akan menyesal," ujar Ibu Rahma penuh dengan Emosi, aku tahu ya begitu marah atas kejadian yang menimpa dirinya.
"Sekali lagi saya minta maaf, Bu. Saya akan berbicara dengan Siska untuk tidak mengambil motor yang sudah saya berikan kepada kalian."
"Makanya, didik istrimu dengan benar. Jangan sampai jadi orang yang tidak punya sopan santun terhadap orang tua!" Entah kenapa mendengar perkataan yang terlalu menjelekkan Siska membuat perasaanku tidak senang.
"Dengerin tuh kata ibuku Mas. Didik istri tuamu itu dengan benar, jangan kurang ajar sama orang tua. Bisa-bisanya dia menghina ibuku dengan sebutan miskin, mentang-mentang dia orang kaya. Seenaknya saja mulutnya berbicara." Aku tidak terlalu menanggapi ucapan Rahma yang ikut menjelekkan Siska. Lebih baik aku pulang saja daripada harus mendengar omelan mereka berdua yang tidak terlalu penting.
"Aku pulang dulu ya, masih ada urusan yang harus aku selesaikan."
"Loh, kok pulang sih? Kamu kan sudah janji sama aku, mau menginap di rumah ibu hari ini. Kenapa malah pulang?"
"Sepertinya aku tidak bisa menginap di rumah ibu kamu."
Awalnya aku memang semangat ingin menginap di rumah orangtua Rahma. Apalagi sudah lama aku tidak bertemu dengannya. Tujuanku mau menginap di rumah orangtua Rahma. Karena aku ingin meminta jatah sebagai suami.
"Kenapa, kamu sudah janji loh mau menginap di sini. Bahkan kamu mau mengajak aku jalan-jalan besok ke pantai, karena sudah hampir dua minggu kamu belum memberikan kami uang," rengek Rahma seperti anak kecil. Jujur saja aku sudah tidak semangat lagi menginap di rumah mertua.
"Kapan kalian mau jalan-jalan? Ibu boleh ikut? Mendengar kata jalan-jalan, tiba-tiba saja wajah mertua ceria. Padahal tadi ia memarahiku karena tidak bisa membela dirinya.
"Iya, Bu. Mas Danu datang ke sini memang ingin menginap di rumah Ibu sekaligus mengajak aku jalan-jalan ke pantai besok pagi. Makanya aku ajak dia ke sini, kalau ibu mau ikut boleh."
menceritakan wanita kuat.
recommended banget
bodoh yg berkepanjangan sekarang rasakan akibatnya