TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amanda Yang Selalu Membela
"Ka, apa maksud kakak?" tanya Dinda berusaha menepis apa yang di pikirkan nya.
"Aku, ingin kau mengembalikan Tuan Farel pada ku," jawab Clara dengan santainya .
"Ka, bukan nya ka Clara itu tahu dari awal kan? dan ka Clara sendiri yang sudah meninggal kan nya, Aku tidak mungkin mengembalikan dia, karena dia itu bukan barang yang bebas kakak tinggal kan, lalu jika kakak ingin, kakak ambil kembali," jelas Dinda panjang lebar merasa tidak habis pikir dengan kakaknya itu.
"Dinda, Aku itu hanya ingin mengambil hak ku kembali, dan membebaskan mu dari masalah!" seru Clara menatap adiknya dengan kesal .
"kakak, apa yang harus Aku lakukan? bukan kah Aku sudah menikah dengan nya?" tanya Dinda dengan heran merasa tidak bisa berpikir.
"Tinggalkan dia, dan hidup lah seperti semula, bukan kah banyak yang kau impikan?" jawab Clara dengan seringai di bibirnya.
"Ka, kenapa kakak jahat sekali? jika Aku meninggalkan nya, kakak tahu? Aku akan menjadi janda dan berimbas juga pada Bunda, kenapa ka Clara pergi di hari pernikahan, jika sekarang Kakak malah menginginkan nya," jelas Dinda panjang lebar sambil menitihkan air matanya .
"Oh, jadi kau tidak mau melihat kakak mu bahagia? haaaah!" sentak Clara dengan marah menatap tajam adiknya itu.
"Kakak sadar tidak? selama ini Aku selalu mengorbankan kebahagiaan ku demi kakak, Aku selalu mengalah semua hal untuk kakak, kasih sayang Ayah, Bunda. Tapi apa yang ka Clara lakukan? ka Clara selalu saja egois, pernah tidak ka Clara itu memikirkan nasib Bunda waktu itu? dia hampir saja di penjara, dan itu semua karena ka Clara, dan dengan mudahnya ka Clara bilang seperti itu. dan pernah tidak? ka Clara itu memikirkan akibat dari semua nya, Aku tidak bisa ka!" jelas Dinda panjang panjang meluapkan apa yang selama ini di rasakan nya.
"Berisiiiiik! Aku sudah ngomong baik-baik, tapi kau malah menyalahkan ku, dan kau sama sekali tidak berguna, Aku akan melakukan nya dengan cara ku sendiri, meskipun nyawalah yang menjadi taruhannya!" sergah Clara dengan penuh penekanan .
"Ka, jangan seperti itu, Aku mohon, Bunda masih membutuhkan kakak," pinta Dinda sambil memegang tangan Clara.
"Minggir, Aku akan melakukan segala cara untuk menyingkirkan mu, ingat itu baik-baik Dinda. Dan mulai hari ini kau bukan adik ku lagi!" ucap Clara sambil menyingkirkan tangan Dinda dan segera bergegas keluar .
Dinda terduduk lemas, mendengar apa yang di katakan kakaknya, kenapa kakak nya tega berkata seperti itu padanya? padahal dirinya sangat menyayangi kakaknya, dia bukan nya tidak mau meninggalkan Farel? tapi dia juga tahu konsekuensinya dan apa akibatnya, mungkin kemarahan pria itu akan lebih parah dari kemarahan kakaknya .
"Nona Muda, anda baik-baik saja?" tanya sang supir yang melihat Dinda terlihat syok .
"Saya, baik-baik saja, antarkan saya pulang,"Jawab Dinda dengan lesu dan segera mengikuti supir tersebut .
Sepanjang perjalanan, Dinda terus saja mematung, membuat supir itu heran, karena supir itu tidak tahu dengan apa yang terjadi, supir itu masuk setelah melihat Clara keluar .
BEBERAPA SAAT KEMUDIAN
Mobil sudah sampai di halaman rumah, supir segera turun dan membukakan pintu mobil untuk Dinda, namun Dinda hanya diam membuat supir itu mendekatinya .
"Nona Muda, anda tidak papa kan?" panggil supir itu sambil mengibaskan tangannya di hadapan wajah Dinda.
"Eh, sudah sampai?" ucap Dinda dengan gelagapan, sambil menengok ke kanan dan kiri.
"Sudah Nona, silahkan," jawab supir itu sambil tersenyum tipis dan mempersilahkan Dinda untuk keluar.
Dinda berjalan sambil menghela nafas panjang, berusaha tenang dan biasa saja, meski sebenarnya hatinya merasa tidak tenang, dan segera mengetuk pintu. Tak beberapa lama kemudian pintu pun di buka, rupanya Nyonya Besar yang membuka kan pintu, membuat Dinda kaget dan merasa takut.
"Dari mana saja kamu? Pasti mampir-mampir dulu, jangan mentang-mentang Aku jarang di rumah, kau bisa seenaknya yah!" ucap Nyonya Besar sambil berkacak pinggang .
"Nyonya, maaf, Saya tadi ada urusan, kalo begitu Saya permisi dulu," ucap Dinda yang tak ingin berurusan dengan wanita paruh baya itu dan langsung berjalan masuk.
"Ku, harap kau tidak lupa dengan tugas mu!" teriak Nyonya Besar berusaha menghentikan langkah Dinda, namun Dinda sama sekali tidak memperdulikan ucapan Nyonya Besar dan segera bergegas menaiki anak tangga, gadis itu segera masuk ke kamar nya.
Nyonya besar yang kesal pun hendak marah, namun niatnya di urungkan saat putri nya menghampiri .
"Mama, kenapa? ko mukanya kusut gitu?" tanya Amanda dengan heran .
"Tentu saja, Mama kesal dengan gadis itu!" geram Nyonya Besar sambil mengepalkan tangannya .
"Maksudnya, kaka ipar? Mah please, Manda mohon, jangan ganggu kakak ipar lagi yah?" pinta Amanda dengan penuh harap.
"Apa kakak ipar? Mama tidak salah dengar? Manda sejak kapan otak mu ini gesrek begini? Mama tahu kau itu manja, tapi kau itu normal kan?" Pekik Nyonya Besar sambil memegang kening Amanda merasa tidak percaya dengan apa yang putranya katakan.
"Mama pikir Aku itu gila apa? tentu saja aku normal, bukan kah dia itu istri ka Farel?" jawab Amanda sambil cemberut merasa tidak terima dengan tuduhan Mama nya itu.
"Sejak kapan? tapi mama tidak pernah menganggap dia itu menantu Mama, yang benar saja? punya menantu seperti dia, apa kata dunia? Mama akan pilih kan menantu yang tepat untuk Farel, pasti dia tidak akan menolak!" ucap Nyonya besar dengan nada meninggi merasa tidak terima dengan ucapan putri nya itu.
"Tapi, ka Farel tidak akan mau, Aku pastikan, apa yang Mama lakukan tidak akan berhasil," jawab Amanda dengan yakin.
"Kau berani kurang ajar dengan Mama? hanya karena membela gadis itu!" sentak Nyonya Besar menatap putri nya dengan kesal.
"Aku hanya mengatakan fakta, lebih baik Mama itu mendukung kakak ipar, agar bisa merubah kakak seperti dulu, dan hubungan keluarga kita menjadi harmonis seperti dulu lagi," jelas Amanda panjang lebar dengan santainya .
"Apa mendukung nya? hello, stroberi mangga apel, sorry ngga lepel. Dia itu ngga pantas berada di antara keluarga kita, ingat itu baik-baik Amanda!" ucap Nyonya Besar sambil mengibaskan tangannya dan berjalan menaiki anak tangga.
Mendengar penuturan Mama nya membuat Amanda tidak menyangka, bahasa gaul dari mana Mama nya bisa berkata seperti itu, Amanda terus berteriak namun tak sedikit pun di hiraukan oleh nya .
Sementara Dinda yang sudah berganti pakaian pun sedang menatap foto keluarga nya di layar handphone nya sambil duduk di lantai .
"Ayah, kenapa Ayah pergi begitu cepat? keluarga kita hancur Ayah, ka Clara tidak mau mengakui ku adik lagi, dan Aku harus terjebak di sini, Aku ngga kuat Ayah," gumam nya sambil menitihkan air matanya, mengingat apa yang sudah terjadi pada hidupnya, meskipun Dinda berusaha kuat, namun sebenarnya hatinya merasa hancur, apa lagi saat mendengar apa yang di katakan kakak nya beberapa waktu yang lalu.
Tok ....Tok...Tok..
Suara ketukan pintu membuat Dinda bangkit dari duduknya dan segera menghapus air mata nya, gadis itu berjalan menuju pintu dan segera membuka pintu tersebut, tampak lah Nyonya Besar sudah berdiri sambil berkacak pinggang.
"Rupanya kau sudah berani pada ku yah!" bentak nya sambil menatap tajam gadis di hadapannya itu.
"Tidak, Nyonya, maaf tadi Saya ganti baju dulu," jawab Dinda sambil menunduk .
"Cepat, ikut dengan ku, sudah banyak tugas yang menumpuk!" ketus Nyonya besar .
Dinda pun mengikuti Nyonya Besar tanpa sedikitpun berbicara, atau bahkan membantah, entah apa lagi yang akan di kerjakan nya kali ini, sampai lah di dapur seperti biasanya piring sudah menumpuk .
"Kerjakan ini semua, Oya setelah ini selesai, kau juga sepertinya perlu membersihkan kolam renang!" ucap wanita paruh baya itu dengan seringai di bibirnya.
"Mah, apaan sih? Mah, kaka ipar tidak seharusnya melakukan ini, semua ini sudah menjadi tugas pelayan," ucap Amanda yang tiba-tiba datang .
"Kau itu tidak usah ikut campur urusan Mama, lebih baik duduk manis nonton tv!" bentak Nyonya Besar sambil menatap tajam putri nya itu.
"Kakak ipar tidak perlu melakukan kerjaan ini, kakak pasti sangat marah, jika tahu semua ini," ucap Amanda sambil memegang tangan Dinda tanpa sedikitpun memperdulikan bentakan Mama nya.
Stella yang merasa berisik pun segera menuju ke dapur melihat apa yang terjadi .
"Kalian ini, berisik sekali? sedangkan apa di dapur?" tanya Stella sambil menatap tajam ke arah Dinda .
"Ini kakak mu, di suruh nonton tv, malah ikut campur urusan Mama. Lihat dia, bahkan membela gadis ini," jelas Nyonya Besar panjang lebar dengan kesal.
"Ka Manda, apa yang kakak lakukan? kakak lupa yah? gara-gara dia kakak harus kehilangan ke bebasan kakak!" ucap Stella berusaha untuk mengingatkan kakak nya itu, sambil menatap tajam ke arah dinda
"Stella dia ngga salah, kita yang salah, kakak tidak mungkin menghukum kita, kalo kita tidak salah," jawab Amanda dengan jujur.
"Ka Manda, Kenapa kakak malah membelanya? kakak bener-bener yah!" geram Stella hendak menampar Amanda, namun Amanda berhasil menepis nya .
"Aku, itu kakak mu, dan dia itu kakak ipar kita, Aku lebih tua dari mu, kau tidak berhak mengatur ku, Adik Arogan!" tegas Amanda dengan tersenyum menggoda membuat Stella kesal .
"Dasar sama-sama menyebalkan, dan Aku tidak rela dia yang menjadi kakak ipar ku!" ketus Stella dan segera pergi begitu saja karena merasa kalah telak.
"Sekarang ka Manda, kemarin ka Farel? seperti nya yang di katakan Clara itu benar, gadis itu ingin menguasai semua nya, seperti nya Aku harus mempertimbangkan tawaran nya," gumam Stella di dalam hatinya dan segera masuk ke dalam kamarnya .
"Amanda, apa yang kau lakukan? sudah biarkan dia mengerjakan tugas nya sendiri!" seru Nyonya besar langsung saja menarik putri nya yang terlihat membantu Dinda.
"Kalo kakak ipar mengerjakan semua nya, Aku juga harus membantu nya," jawab Amanda sambil melepaskan tangan Nyonya Besar .
"Dasar anak durhaka, ya sudah terserah lah, Mama nggak peduli lagi!" gerutu nyonya besar dengan kesal dan segera pergi meninggalkan putrinya itu.
"Nona, kenapa Anda melakukan semua ini?" tanya Dinda yang meras tak enak hati .
"Kakak ipar, bukan kah sekarang Aku itu sudah menjadi teman mu? sudah seharusnya Aku itu melindungi mu dan jangan formal begitu ngomong nya, pake aku kamu aja biar makin dekat kayak kemarin," Tutur Amanda panjang lebar sambil tersenyum senang .
"Eh iya Nona, tidak perlu membantu ku," ucap Dinda saat Amanda ingin membantu nya, sementara para pelayan hanya melihat nya dengan heran dengan kedekatan keduanya .
"Sudah biar Aku bantu," ucap Amanda tak bisa di bantah akhirnya Dinda pun membiarkan gadis itu membantu nya .
DISISI LAIN
Tepat di sebuah perusahaan Farel sedang mengadakan rapat dengan beberapa karyawan nya sudah hampir satu jam .
"Baiklah, rapat selesai sampai di sini dulu, apa ada hal yang ingin di tanyakan?" ucap nya setelah rapat selesai .
"Tidak ada Tuan, kalo begitu kami kembali ke ruangan masing-masing," jawab beberapa karyawan yang ikut menghadiri rapat tersebut dan segera keluar dari ruangan satu persatu.
Devit mendekati Tuanya dan menyuruh sekertaris nya untuk membersihkan berkas-berkas rapat tadi.
"Tuan, tadi Nona muda bertemu Nona Clara," bisik nya di telinga Tuannya.
"Mau apa lagi gadis itu? kau suruh orang untuk mengawasi gerak-gerik nya, seperti nya gadis itu cukup berbahaya!" titah nya sambil berjalan keluar dari ruangan tersebut .
Devit pun mengikuti Tuannya dari belakang hingga ikut masuk ke dalam ruangan Tuanya .
"Devit, akhir-akhir ini aku merasa jantung ku bermasalah, apa mungkin aku sakit?" tanya Farel tiba-tiba saja sambil memegang dadanya.
Devit mengangkat sebelah alisnya heran, dengan apa yang di katakan Tuan nya, selama ini Tuanya selalu saja diam tidak pernah sedikit pun bercerita tentang keluhan diri nya, walaupun sesakit apapun tubuh nya .
"Apa perlu? Saya memanggil kan dokter Tuan? Atau karena ada suatu hal?" tanya Devit ambil memastikan Tuan nya baik-baik saja.
"Tidak, Aku tidak perlu dokter, yang ada dokter itu malah berkata yang tidak-tidak," jawab Farel dengan cepat sambil mengingat sahabatnya itu yang selalu banyak berbicara.
"Terus? apa yang harus Saya lakukan Tuan?" tanya Devit dengan heran.
"Kita pulang sekarang, entah mengapa aku ingin memastikan gadis itu!" jawab Farel sambil beranjak dari duduknya.
Mereka berdua pun akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal, Devit pun membereskan semuanya terlebih dahulu dan segera mengikuti Tuannya, meskipun masih heran sendiri. Setelah sudah sampai pintu keluar gedung itu, Devit pun segera membuka kan pintu untuk Tuanya dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang .
JAM SUDAH MENUNJUKKAN PUKUL 16.00
Amanda dan Dinda sudah menyelesaikan tugas nya kini mereka berdua sedang membersihkan kolam renang, meskipun Amanda sebenarnya sudah kelelahan, namun melihat keceriaan Dinda membuat gadis itu merasa salut dengan nya .
"Kakak ipar, kau itu rajin sekali sih? Aku saja sudah malas, tapi kau tetap saja ceria. Kakak pasti bangga memiliki istri baik hati seperti mu?" puji Amanda sambil tersenyum senang .
"Nona bisa saja," jawabnya Dinda sambil tersenyum malu-malu.
Semua pelayan hanya melihat kedua nya dengan heran tanpa sedikitpun berbicara apa pun, berbeda dengan Pa Beni dan Lina yang melihat keduanya dengan senang .
Sementara Stella yang melihat keakraban keduanya pun mengepalkan tangannya geram sambil memikirkan ide jahatnya.
BERSAMBUNG