NovelToon NovelToon
ILY

ILY

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: akuadalahorang

"Aliza suka kak diva!!"

"gue gak suka Aliza!!"

"kak diva jahat!!"

"bodo amat"

apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?

"Aliza,kenapa ngejauh?"

"kak diva udah pacaran sama Dania"

"itu bohong sayang"

"pret"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aliza labrak Ikbal,,chapter 15

Pagi itu, Aliza datang lebih awal. Ada urusan penting yang harus ia selesaikan. Dari dalam mobil, matanya terus mengamati sekitar, namun orang yang ia tunggu tak juga muncul. Dengan kesal, Aliza mengambil ponselnya dan menelepon.

"Di mana?" tanyanya singkat.

"Di parkiran motor," jawab suara dari seberang telepon.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Aliza mematikan telepon, meraih tasnya, dan keluar dari mobil. Langkahnya tegas menuju area parkiran. Di sana, matanya segera menangkap sosok yang ia cari—Ikbal, sang mantan. Ikbal tersenyum begitu melihat Aliza, tetapi senyuman itu langsung lenyap.

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya. Ikbal terkejut, memegangi pipinya yang memerah dan terasa panas.

"Kenapa nampar?" tanyanya pelan, mencoba tetap tenang meski jelas merasa sakit.

Aliza mendekat dengan tatapan tajam penuh kekecewaan. "Lo sadar gak apa yang udah Lo lakuin ke Kak Diva, hah?!"

Ikbal tertawa kecil, lalu mengangguk. "Sadar."

"Kalau sadar, kenapa Lo lakuin?! Apa maksud Lo suruh dia jauhin gue?! Lo yang nyakitin gue, Lo yang bikin gue kecewa! Cukup, Bal! Gue udah capek lo bikin gue sakit."

Ikbal berdiri tegak, menatap Aliza dengan ekspresi penuh penyesalan. Ia mencoba meraih tangan Aliza, tetapi Aliza langsung menepisnya.

"Aku tau aku salah, Za. Tapi aku lakuin ini karena—"

"Karena apa? Terpaksa?! Itu alasan Lo?!" bentak Aliza, suaranya penuh emosi.

Ikbal terlihat semakin gugup, tetapi Aliza melanjutkan, suaranya semakin tinggi. "Setelah Lo ketahuan ciuman sama Monika di belakang gue, terus gue harus nerima Lo gitu? Enggak, Bal! Gue masih punya otak buat milih mana yang baik buat gue dan mana yang enggak!"

Ikbal terdiam. Kata-kata Aliza menghantamnya seperti pukulan keras.

"Lo selalu bohongin gue, selalu ngecewain gue, dan Lo! Selalu bikin gue muak sama sifat Lo. Gue dulu emang mohon-mohon biar Lo bertahan sama gue. Tapi sekarang? Maaf, gue gak bisa lagi. Tolong jauhin gue, dan jangan ganggu gue atau Kak Diva lagi."

Aliza berbalik hendak pergi, namun tiba-tiba Ikbal memeluknya dari belakang.

"Za, aku masih sayang sama kamu..." bisik Ikbal.

Namun Aliza yang sudah muak segera mendorong tubuh Ikbal dengan kuat. Tanpa berpikir dua kali, ia berlari meninggalkan tempat itu.

Air matanya mengalir, tapi ia menahannya hingga tiba di kamar mandi. Begitu pintu tertutup, Aliza melepaskan semua yang ia pendam. Tubuhnya bergetar, dan tangisnya pecah, memenuhi ruang yang sunyi.

---

Cesya, Zia, dan Velyn duduk di lapangan indoor dengan perasaan gelisah. Mereka bingung kenapa Aliza belum juga datang sejak tadi. Hari ini sekolah mengadakan razia dadakan sebelum pelajaran dimulai. Beberapa anggota OSIS akan memeriksa kelas mereka, mencari barang-barang terlarang. Jika ditemukan, orang tua siswa yang bersangkutan akan dipanggil oleh wali kelas.

Kelas mereka adalah yang berikutnya untuk diperiksa, tapi Aliza belum juga terlihat. Rasa panik mulai menguasai mereka. Nathan, wakil ketua OSIS, sempat mengatakan bahwa Aliza sudah berangkat pagi-pagi sekali. Namun hingga kini, Aliza tak muncul.

Ponsel mereka yang tertinggal di kelas menambah sulit situasi. Saat ketegangan memuncak, tiba-tiba seorang anggota OSIS datang dengan kabar mengejutkan.

"Kak, Aliza izin gak masuk. Katanya dia pingsan. Ditemukan adik kelas di dekat toilet," ujar siswa itu.

Nathan dan Diva langsung panik mendengar kabar tersebut. Diva segera mengambil inisiatif untuk melihat kondisi Aliza, sementara Nathan diminta tetap tinggal di lapangan.

Di Ruang UKS

Aliza berbaring di atas brankar, terdiam menatap langit-langit. PMR yang bertugas mencoba menenangkan dan merawatnya, namun Aliza tak merespons. Kepalan tangannya menunjukkan bahwa ada sesuatu yang sedang ia tahan.

Tak lama kemudian, Diva tiba. Melihat kondisi Aliza, Diva langsung mendekat dan mengelus rambut Aliza dengan lembut. Tanpa banyak bicara, Aliza memeluk Diva erat dan menangis tersedu-sedu. Diva meminta anggota PMR meninggalkan ruangan agar mereka bisa berbicara berdua.

"Hiks..." isak Aliza yang membuat hati Diva terenyuh.

"Kenapa? Ada sesuatu yang kamu pendam?" tanya Diva lembut.

Aliza mengangguk pelan, lalu menatap Diva. Tangan Aliza mengalung di leher Diva, seolah tidak ingin melepaskan.

"T-tadi gue ketemu Ikbal... terus..." suara Aliza bergetar, ia tak sanggup melanjutkan cerita.

"Kalau nggak mau cerita sekarang, nggak apa-apa. Jangan nangis terus ya," ucap Diva sambil memeluk Aliza lebih erat.

Aliza mengangguk, tapi tangisannya belum reda. Saat suasana mulai tenang, tiba-tiba pintu UKS terbuka dan Dania muncul dengan wajah tak senang.

"Enak banget lo, meluk Kak Diva gitu," ucap Dania sinis sambil melipat tangan di dada.

Aliza dan Diva melepaskan pelukan mereka seketika.

"Apaan sih lo?" balas Aliza ketus.

Dania mendekati Diva, namun Aliza dengan cepat menarik Diva kembali ke pelukannya.

"Aliza!" bentak Dania, merasa kesal.

"Apa? Iri lo? Bilang, Bos!" Aliza meledek dengan lidah terjulur, membuat Dania semakin kesal.

Diva hanya diam, bingung dengan situasi yang semakin memanas.

"Lo pergi atau gue tampol lo sekarang?!" ancam Aliza, tapi Dania tak mundur dan malah mendorong Aliza.

"Lo bukan pacarnya, gue juga bukan pacarnya! Jadi lo nggak punya hak ngatur Diva deket sama siapa!" balas Dania sengit.

Aliza ingin membalas dengan pukulan, namun ia menahannya. Dengan senyum manis, ia menatap Diva dan berkata, "Kakak pilih dia atau gue? Ya pasti gue dong!" katanya percaya diri.

Ucapan itu membuat Dania tertawa sinis, sementara Diva hanya diam menatap mereka bergantian. Setelah hening sejenak, Diva menarik tangan Aliza dan pergi meninggalkan ruangan.

Melihat itu, Aliza langsung tertawa puas. "Hahaha! Apa gue bilang? Lo kalah! 1-0! Dasar nenek lampir!" ejek Aliza dengan gaya mengolok.

Dania yang tertinggal di UKS menggertakkan giginya, geram dengan kemenangan Aliza. "Awas lo, Aliza!"

---

"Gak mau!"

Zia dan Cesya berada di aula sekolah, diminta memberikan nomor orang tua karena mereka membawa barang yang dilarang ke sekolah, yaitu lipstik dan alat make-up lainnya. Namun, alih-alih menurut, mereka terus kabur dari Nathan, membuat anggota OSIS kewalahan mengejar.

Tiba-tiba...

"BRUKKK!"

"Aduh, sakit cok!" keluh Cesya sambil memegangi pinggangnya. Ia baru saja jatuh karena tidak melihat ada kursi besar di depannya.

Sementara itu, Zia yang sudah kelelahan akhirnya menyerah.

"Gak mau!" Cesya masih memberontak keras, berbeda dengan Zia yang hanya duduk terengah-engah di lantai.

Nathan mendekat dan menatap mereka tajam. "Alasannya apa kalian bawa barang ini ke sekolah?" tanyanya dingin.

"Biar cantik lah!" sahut Zia sewot, melotot kesal ke arah Nathan.

"Tapi dimarahin juga"sambung cesya nunduk

Nathan menghela napas panjang. "Kalau tahu bakal dimarahin, kenapa tetap bawa barang ini? Sekarang, kasih nomor orang tua kalian, atau gue sendiri yang bakal hubungi!" ucapnya tegas.

Zia dan Cesya saling pandang, terdiam. Tak ada alasan yang bisa mereka berikan.

"Hubungi orang tua kalian sekarang juga," perintah Nathan, suaranya makin tegas. "Kalau nggak, gue yang telepon mereka."

Mau tak mau, Zia dan Cesya menggerutu kesal sambil mengambil ponsel mereka. Dengan perasaan was-was, mereka menelepon orang tua masing-masing.

Telepon selesai. Wajah keduanya terlihat ketakutan. Orang tua mereka marah besar setelah mengetahui apa yang terjadi. Setelah itu, Zia dan Cesya hanya bisa duduk lemas di kursi.

Nathan berdiri di depan mereka, memasukkan ponselnya ke saku sambil bertanya, "Kapan mereka bisa datang ke sekolah?"

"Besok," jawab Zia pelan.

Nathan mengangguk. "Oke."

Saat mereka meninggalkan aula, Cesya tiba-tiba berteriak, "PUAS LO?!"

Nathan hanya mengangguk kecil, mencoba tetap sabar menghadapi tingkah dua gadis itu, yang di matanya tak ubahnya seperti dua monyet teman Aliza.

---

1
mak mak doyan novel
sempat ngebug juga. baca d paragraf awal tdi bangun pukul 5 kok dr pasar malah setengah 5. sampai baca ulang
Dana Kristiana
Buruk
Dana Kristiana
walaupun alury ringan tp asyik&menarik,💪💪💪
Dana Kristiana
mampir baca Thor
kanoni...time.
Mantap, pasti direkomendasikan ke teman-teman👍
Syaoran
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
NHS CH
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!