kisah gadis cantik dan sholehah bernama Anindya Zahrani yang harus rela menikah dengan pria begajulan yang suka mabuk dan main perempuan bernama Arkala Mahesa.
Dya terpaksa menerima perjodohan yang dilakukan oleh almarhum Ayahnya dan juga sahabatnya Pak Anggara Mahes yang merupakan seorang konglomerat,demi melaksanakan amanah terakhir dari sang Ayah.
Kala yang tidak pernah setuju menikah dengan Dya kerap memperlakukan Dya dengan Kasar.Bahkan tidak segan segan Kala membawa wanita yang disebut kekasihnya masuk kedalam rumah bahkan kedalam kamarnya.
Akankah Dya terus bertahan??atau menyerah??
Lalu bagaimana reaski Kala saat Dya akhirnya memilih menyerah dengan pernikahannya.
Akankah Kala melepaskan Dya ataukah mempertahankan dan berubah menjadi lebih baik lagi??
Bantu Follow yuukkk
IG : triyani_trian87
tiktok : Triyani_87
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Triyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.18
Kala mengerutkan dahinya saat keluar dari kamar mandi, dia sudah tidak menemukan istrinya lagi disana.
Rasa kesal pun tiba tiba saja menghinggapi hatinya saat Dya menghilang dari pandangan nya. Meski begitu Kala tetap memakan makanan yang tadi dibawakan oleh Dya untuk dirinya sarapan.
Ceklek...
Saat asik menikmati menu sarapan nya, perhatian Kala teralihkan pada suara pintu kamar yang dibuka dari luar.
Rasa lega dan juga senang tiba tiba dirasakan oleh Kala saat melihat siapa orang yang baru saja masuk kedalam kamar itu.
Aneh memang, tapi saat ini itulah yang dirasakan oleh Kala saat ini. Benci saat melihatnya tapi lebih benci lagi dan bercampur dengan rasa kesal jika tidak melihat sosoknya.
"Dari Mana Kamu?" tanya Kala masih dengan nada ketus nan dingin nya. Saat melihat Dya masuk kedalam kamar dengan satu plastik kecil ditangan nya.
"Habis dari apotik terdekat. Tadi pas cari obat pereda nyeri dan salep dikotak P3Knya ternyata tidak ada. Tanya sama Bi Surti juga, ternyata Bi Surti tidak punya kedua obat itu. Jadi, aku tadi minta Mang Ujang buat anter ke apotik buat beli obat ini buat luka Mas," jelas Dya menunjukan kantong plastik yang dia bawa.
Kala kembali bergeming. Lalu, fokus kembali untuk menghabiskan makanannya. Setelah selesai sarapan, dengan dibantu oleh Dya, Kala pun mulai mengobati lukanya.
Dengan telaten Dya membuka plester yang semalam dia pasangkan. Lalu, mengoleskan salep yang tadi dia beli.
Tidak lupa juga Dya memberikan obat pereda nyeri pada Kala agar tubuhnya tidak terlalu sakit sakit karena efek dari perkelahian yang dia lakukan tadi malam.
"Sudah, sekarang lebih baik Mas istirahat dulu. Papa bilang jangan dulu kekantor karena dikantor sudah ada Bang Arka. Hari ini, Mas lebih baik istirahat saja di rumah agar bisa cepat pulih," ucap Dya panjang kali lebar. Namun, hanya ditanggapi dingin oleh suaminya itu.
"Bang Ar sudah kembali?" tanya Kala, setelah Dya selesai mengobatinya.
"Iya, tadi pagi. Ya sudah, sekarang lebih baik Mas istirahat. Aku pergi dulu," jawab Dya, sembari bangkit dari duduknya. Berniat untuk pergi dari kamar itu meninggalkan Kala. Agar Kala bisa beristirahat.
"Mau kemana?" tanya Kala, yang menghentikan langkah Dya.
"Hah?"
"Ng_nggak, ma_maksudnya. Kamu mau kemana? Hapal jalan emang nya? Disini kan, kamu orang baru jangan sampai tersesat dan nyusahin orang," gerutu Kala yang tiba tiba salah tingkah oleh pertanyaan yang dia layangkan sendiri.
"Kan cuma kedapur Mas. Mau bantuin Bi Surti masak, masa tersesat sih?"
"Ohh, kirain," gumamnya pelan.
"Iya, apa Mas? Mas bilang apa?"
"Nggak. Ya sudah, sana keluar aku mau tidur."
Usir Kala yang tiba tiba merasa gugup dan juga salah tingkah saat Dya menatapnya penuh dengan tanda tanya.
Tidak banyak kata lagi Dya pun akhirnya keluar dari kamar itu, meninggalkan Kala yang tengah merutuki dirinya sendiri. Merutuki kebodohan nya karena tiba tiba bersikap perhatian pada istri yang dia benci.
Sepeninggalan Dya entah karena rasa lelah atau karena obat yang baru saja dia minum. Kala pun kembali tertidur lelap diatas ranjang yang sudah lama dia tinggalkan.
Sementara Dya sendiri disibukkan dengan kegaitan didapur bersama Bi Surti, art yang sudah lama bekerja dengan keluarga Mahesa.
"Sudah Non, nanti kecapean. Biar Bibi saja yang kerjakan," ujar Bi Surti yang sejak kehadiran Dya lebih banyak terbantu dalam pekerjaannya.
Akan tetapi, Bi Surti juga merasa sungkan karena orang yang membantunya adalah menantu keluarga yang sudah mempekerjakan nya lebih dari 20 tahun.
Keluarga yang sudah banyak membantu perekonomian keluarganya dikampung. Oleh karena itu mana mungkin dirinya lancang meminta bantuan pada menantu dari majikannya itu.
"Nggak apa apa Bi, lagian dirumah segede gini jika aku hanya diam. Ya ampun, bisa mati berdiri aku karena bosan, Bi,"
"Astaghfirullah, Non jangan bilang begitu. Pamali,"
"Iya makanya, ijinin aku bantu ya. Lagi pula mau diem dikamar juga dimarahin terus sama si yang punya kamar. Kan nggak nyaman Bi, lebih baik disini lebih bermanfaat karena bisa bantuin Bibi,"
"Yang sabar ya Non. Den Kala itu sebenarnya baik. Hanya saja, entah karena apa setelah Ibu meninggal, Den Kala jadi berubah drastis. Malah, seperti benci banget sama Bapak sampai sampai berantem terus kalau bertemu,"
"Kok bisa begitu Bi?"
"Tidak ada yang tahu alasan pastinya Non. Den Kala juga hanya diam saat semua orang bertanya tentang apa yang membuatnya berubah," jelas Bi Surti.
"Oh gitu ya?"
Ehheeemmm...
Tiba tiba suara deheman seseorang mengagetkan Dya dan juga Bi Surti yang sedang membahas sikap Kala selama ini. Dengan takut takut Dya dan Bi Surti pun kompak menoleh kebelakang dan melihat seseorang tengah berdiri menatap keduanya dengan tatapan yang dingin dan cukup tajam.
*
*
...🌸🌸🌸...