NovelToon NovelToon
Nama Yang Salah Kulangitkan

Nama Yang Salah Kulangitkan

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dosen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Kisah ini menggambarkan perjalanan cinta Alan Hamdalah, seorang pria sederhana dari Cilacap, dengan Salma, gadis yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya sejak masa SMA. Hubungan mereka yang penuh kenangan manis harus diuji oleh jarak, waktu, dan perbedaan latar belakang keluarga.
Setelah bertahun-tahun berjuang demi masa depan, Alan kembali ke Cilacap dengan harapan melamar Salma di hari wisudanya. Namun, takdir berkata lain. Alan mendapati Salma menerima lamaran pria lain, pilihan keluarganya, di momen yang seharusnya menjadi hari bahagia mereka. Cerita ini menyelami perasaan kehilangan, pengorbanan, dan penerimaan. Meski hatinya hancur, Alan belajar merelakan cinta yang telah lama diperjuangkan. Dengan hati yang penuh luka, ia mendoakan kebahagiaan Salma, meskipun ia sendiri harus menghadapi kenyataan pahit. Sebuah narasi tentang cinta yang tak selalu berakhir bahagia, namun sarat makna kehidupan.
Setelah pertemuannya dengan Salma berakhir tragis, Alan mencoba untuk melanju

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senja Baru Monika

Liburan semester telah usai, dan hari ini kampus kembali menjadi ramai dengan aktivitas para mahasiswa. Aku datang lebih awal dari biasanya, membawa buku yang baru aku beli untuk kubaca sambil menunggu dosen tiba. Aku duduk di depan sebuah ruang kelas, aku mulai tenggelam dalam lembaran demi lembaran buku yang sedang aku baca, mencoba memahami isi buku yang sedang aku baca.

Tiba-tiba, suara tawa dan obrolan beberapa wanita terdengar dari arah tangga. Salah satu dari suara itu terdengar sangat familiar olehku. Aku menoleh, dan benar saja, Monika sedang berjalan mendekat bersama beberapa temannya. Namun, pandanganku terhenti saat melihat Monika dengan penampilan yang sangat berbeda dari biasanya.

Kali ini, Monika mengenakan jilbab pink panjang yang anggun, menjuntai hingga menutupi dadanya. Gamis pink yang ia pakai memancarkan kesan lembut dan elegan, yang membuatnya tampak begitu berbeda dari sosok Monika yang kukenal sebelumnya. Biasanya, Monika tampil dengan pakaian modern dan ketat, tapi hari ini… hari ini dia benar-benar memancarkan aura yang baru, yang terkesan lebih tenang, bersahaja, dan memikat.  

Mataku terpaku pada sosoknya, seakan tak percaya dengan perubahan yang kulihat. Ketika Monika semakin dekat, dia tersenyum manis padaku, senyum yang langsung membuat dadaku berdebar tanpa kendali. Ada sesuatu dalam senyumnya yang mampu menggetarkan hatiku. Aku memegang dadaku. Dan merasakan detak jantungku yang berdetak sangat kencang.

Aku terdiam, hanya bisa membalas senyumnya dengan anggukan kecil. Temannya yang berjalan di sampingnya ikut melirikku sekilas, lalu merek masuk ke ruang kelas.  

Perasaan campur aduk menguasai pikiranku. Penampilan Monika yang baru ini bukan hanya memikat, tapi juga menunjukkan perubahan besar dalam dirinya. Aku teringat momen-momen sebelumnya, ketika dia mulai menceritakan tentang perjuangannya, kehilangan ibunya, dan usahanya untuk memperbaiki hubungan dengan ayahnya.  

Mungkin, inilah hasil dari perjalanan panjangnya. Perubahan ini bukan hanya soal pakaian, tapi juga mencerminkan kedewasaan dan keinginannya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.  

Aku menghela napas panjang, menenangkan hatiku yang masih berdebar. 

Aku masih penasaran dengan perubahan besar Monika. Penampilannya yang kini lebih anggun benar-benar menjadi tanda tanya besar di benakku. Saat aku melangkah ke balkon kampus, aku melihatnya sedang  duduk sendirian, menikmati semilir angin.

Aku mendekatinya dengan perlahan. “Sendiri aja?” tanyaku pelan, mencoba memecah keheningan.

“Iya Mas, lagi nunggu Papa jemput,” jawabnya sambil tersenyum tipis.

Aku sempat terdiam sejenak, memperhatikan wajah cantiknya yang terbungkus jilbab yang menbah kecantikanya, lalu tanpa sadar kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutku, “Cantik banget.”

Monika menoleh cepat dengan alis terangkat. “Maksud Mas?” tanyanya, sedikit bingung.

Aku menggaruk belakang kepala, merasa malu. “Ngga… maksudku, sekarang kamu terlihat lebih cantik dengan penampilanmu yang sekarang ini .”

Monika tersenyum, tapi ada sedikit rasa ingin tahu di wajahnya. “Jadi, kemarin-kemarin aku nggak cantik, Mas?”

Aku tergagap sebentar sebelum menjawab, “Cantik juga, tapi… aku lebih senang lihat penampilan kamu yang sekarang. Kamu terlihat… lebih jauh lebih cantik dan anggun.”

Monika tertawa kecil, tapi nada suaranya berubah menjadi serius. “Aku mau mencoba memperbaiki diri, Mas. Aku tahu aku masih jauh dari kata sempurna, tapi apa salahnya mencoba, kan?”

Aku mengangguk, mengerti apa yang ia maksud. Ada tekad kuat di balik ucapannya itu.

“Dan terima kasih, ya, Mas,” lanjutnya. “Berkat Mas, aku jadi bisa baikan sama Papa. Kalau nggak karena Mas, mungkin aku masih terus menyalahkan Papa"

Aku menggeleng pelan. “Aku nggak ngapa-ngapain, Mon. Itu semua karena kamu yang mau berubah.”

Monika tersenyum lagi, kali ini dengan tatapan lembut yang begitu tulus.

Saat itu, aku menyadari bahwa Monika bukan hanya berubah secara penampilan, tapi juga dalam cara ia memandang hidup. Perjalanan yang ia tempuh selama ini, dengan segala kesedihannya, justru menjadi titik balik yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih kuat dan matang.

1
_senpai_kim
Terpancar perasaan cinta penulis terhadap ceritanya.
Phoenix Ikki
Bukan main bagusnya.
Ibnu Hanifan: terima kasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!