Etnauri Renata wanita luar biasa yang menghabiskan separuh umurnya untuk mengejar cinta Thunder Routhbone, pria dingin yang bahkan tidak pernah menoleh ke arahnya. Akankah Etna berhasil meluluhkan hati Thunder?
DISCLAIMER
Cerita ini merupakan karya fiksi dan murni karangan penulis. Apabila terdapat kesamaan latar, penokohan, dan unsur lain dalam cerita bukan merupakan kesengajaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsje Artemis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
"Kamu suka tempat ini?" Thunder bertanya pada Etna.
"Suka. Tempatnya bagus"
"Tempat ini akan jadi tempat tinggal kita setelah menikah"
Thunder berujar penuh semangat. Etna berusaha tenang mendengar pernyataan Thunder barusan. Dia berusaha sekuat tenaga menormalkan detak jantungnya.
"Ada banyak yang ingin aku tanyakan sebelum kita menikah. Tolong jawab dengan jujur"
Thunder memandang Etna yang sedang menatapnya serius. Gadis itu menunggu jawaban Thunder.
"Silahkan tanya apapun aku akan jawab dengan jujur"
"Kenapa kamu batal menikah dengan Cassidy"
"Cassidy memilih menikahi orang yang lebih kaya"
"Lalu Ilaria?"
"Karena kita bertunangan"
"Apa alasanmu menerima perjodohan ini?"
"Awalnya karena ingin balas dendam ke ayahku, aku menumpahkan kekesalanku karena batal menikahi Ilaria"
Etna berusaha tetap tenang mendengar jawaban Thunder.
"Kenapa kamu tidak menjengguku saat di rumah sakit. Kamarku dan kamar Ilaria bersebelahan. Kenapa?
Thunder menarik nafasnya dalam dia memandang Etna sambil meneliti wajah gadis itu.
"Ilaria sedang hamil muda. Dia pindah ke Jakarta Ikut suaminya. Sebagai ucapan selamat atas kehamilannya, aku menawari dia untuk beli perlengkapan bayi. Kecelakaan hari itu buat aku panik dan gak bisa berpikir normal. Aku memastikan Ilaria aman dengan jagain dia selama dia dirawat"
Etna memandang Thunder yang balas menatapnya dengan tatapan memohon, seolah meminta Etna untuk mengerti keadaannya saat itu.
"Kenapa kamu gak jenggukin aku?"
"Karena aku pikir keadaanmu tidak separah Ilaria"
Etna hampir saja menumpahkan air matanya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak menunjukan sisi rapuhnya.
"Kamu cinta gak sama aku?"
Pertanyaan ini membuat Thunder kaget dan ekspresinya terbaca oleh Etna. Cepat atau lambat gadis itu akan menanyakan hal ini. Namun Thunder tidak menyangka akan secepat ini. Dirinya belum memiliki jawaban yang pasti tentang perasaanya.
"Aku sedang berusaha"
Etna mengangguk memahami jawaban Thunder. Semua sudah jelas baginya. Tidak ada lagi hal yang mengganjal di hatinya. Etna ragu dengan detak jantungnya yang semakin cepat. Mungkin reaksi barusan bukan reaksi suka atau semacamnya melainkan reaksi marah yang sudah ditahannya selama bertahun-tahun.
"Sekarang gantian aku yang tanya"
"Oke"
Thunder tersenyum lebar mendengar jawaban Etna.
"Tunggu di sini sebentar".
Thunder melepaskan genggamannya dia masuk ke dalam dan kembali dengan laptop. Thunder mengutak atik laptopnya sebentar kemudian mulai bertanya pada Etna.
"Apa makanan favorit kamu?"
Etna mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan Thunder.
"Aku perlu menulisnya biar gak lupa. Berhubung tulisan tanganku jelek, ketik aja biar lebih rapi" Thunder nyengir sambil memamerkan deretan giginya yang rapi.
"Semua makanan yang layak di makan"
"Ada yang lebih spesifik"
"Tidak"
"Minuman favorit?"
"Air mineral"
"Warna favorit"
"Hitam"
"Fim favorit?"
"Cinderella"
Thunder menanyakan hal yang disukai Etna dan menulis daftar panjang tentang itu. Etna tidak sepenuhnya menjawab dengan benar. Dia tidak ingin pria itu tahu hal-hal pribadinya seperti kenyataan bahwa dirinya tidak bisa berenang dan hampir mati karena kram perut yang dialaminya.
"Udara di sini dingin, ayo masuk"
Thunder kembali menggenggam tangan Etna dan menuju ke dalam kamar.
Dia meletakan laptop di atas meja yang ada di kamarnya.
Kedua tangannya menggenggam tangan Etna erat. Dia menatap mata gadis itu penuh cinta. Thunder perlahan mencium tangan gadis itu. Tidak ada reaksi apapun dari wanita di hadapannya. Thunder mendekat, mencium kening Etna dan berlanjut hingga ke bibir.
Etna mebalas ciuman Thunder. Dia menggalungkan tangannya di leher pria itu. Thunder mendekap erat pinggang gadis itu dan membawanya ke tempat tidur. Malam itu menjadi malam yang panjang bagi mereka sekaligus awal dari sesuatu yang tidak pernah di sangka Etna sebelumnya.
...----------------...