Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Setelah kepergian Bella, Abi menghapus bekas kecupan singkat dari Bella di pipinya.
"Dasar ! Menjijikan." kata Abi yang merasa tidak suka dirinya di cium seenaknya oleh wanita seperti Bella.
***
Malam harinya di sebuah Hotel mewah. Abi dan Pras sedang menikmati makan malam nya hanya berdua. Tiba-tiba ponsel Abi berdering dan matanya melirik ke arah ponsel yang berada di meja. Setelah tahu siapa yang telfon, Abi segera mengangkat nya.
"Hallo Abi, kamu dimana sekarang ?" tanya mama Vina di seberang telfon.
"Aku sedang makan malam mah, ada apa ?" sahut Abi balik tanya.
"Mama mau ngomong sama Aisyah. Buruan kasih ponsel kamu sama Aisyah. Mama sudah sangat merindukan mantu mama." ujar mama Vina membuat Abi mati kutu.
"Aisyah, eem Aisyah itu mah. Eem dia berada di hotel mah." sahut Abi gugup bukan main.
"Loh, kenapa di hotel ? Kamu tidak mengajak Aisyah makan malam ? Kamu membiarkan nya kelaparan di hotel sendirian Abi ?" cerca mama Vina.
"Bukan begitu mah, aku sedang ada meeting dengan klien. Sedangkan Aisyah di ajak tidak mau. Jadi aku harus bagaiamana ?" Abi berkilah membohongi mama nya karena tak juga mengerti.
"Ya sudah, sekarang juga kirim nomer ponsel Aisyah. Mama nggak mau tau." ujar mama Vina semakin membuat Abi melebarkan rasa sabarnya.
"Iya mah, sudah dulu ya ? Aku sedang ada meeting."
Tut..tut..tut..
Abi memutuskan telfon nya secara sepihak. Karena dirinya tak ingin lagi mendengar omelan mama nya yang dari ujung kota ke ujung desa tak mau berhenti. Saat akan kembali memasukan makanan nya ke dalam mulut, ponsel Abi kembali menyala karena mendapat pesan singkat.
Ting..
'My Mother'
"Mama tunggu nomer ponsel Aisyah. Jika kau tak memberinya juga, malam ini juga mama berangkat ke Surabaya !"
Abi yang mendengar pesan dari mama Vina, melebarkan matanya. Dengan wajah terkejut dan mata yang hampir lepas dari tempat nya membuat Pras tak fokus dengan makan malam nya.
"Lu kenapa sih Bi ? Dari tadi gue lihat nggak tenang banget kayak anak kecil tahu nggak. Bikin selera makan gue hilang saja !" ujar Pras kesal karena sedari tadi melihat Abi tak tenang saat makan malam nya.
"Hufft.. gue nggak tahu harus gimana Pras. Apa gue harus jemput Aisyah kerumah nya ? Atau harus menelfon orang tua nya untuk meminta nomer ponsel Aisyah ?" Abi yang sejak siang tadi di mintai nomer ponsel Aisyah oleh mama Vina, berusaha memutar otak nya agar tidak terjadi masalah dan tidak ada kecurigaan apapun terhadap hubungan nya dengan Aisyah.
"Heem.. nanti gue bantu mikir. Sekarang, habiskan dulu makanan mu. Setelah itu kita balik ke kamar." sahut Pras yang juga bingung harus menjawab apa karena masih memutar otaknya.
Kini makan malam sudah selesai. Keduanya sudah berada di dalam satu kamar. Sambil duduk di kursi balkon kamar, keduanya berfikir keras bagaimana caranya mendapatkan nomer ponsel Aisyah tanpa sepengetahuan siapapun.
"Jalan satu satunya lu harus ke tempat Aisyah Bi." kata Pras sambil menaruh gelas berisi anggur putih di meja.
"Mana ada kereta jam segini menuju kota Aisyah ?" sahut Abi yang menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"Tidak ada cara lain, lu harus pakai mobil. Dari pada tante Vina yang harus datang kemari mencari Aisyah ? Lebih baik lu yang pergi kerumah Aisyah." kata Pras lagi.
"Lalu ? Aku harus membawa nya kemari, begitu ?" tanya Abi tak mengerti maksud Pras.
"Biar proyek jadi urusanku, kau pergilah temui istrimu. Lagi pula, semua berkas sudah kau tanda tangani kan ? Jadi kehadiranmu disini sudah tidak diperlukan lagi." jelas Pras membuat Abi mencabik kesal.
"Ck.. Kau ini, sejak awal aku sudah bilang. Kau kemari saja dengan Bram. Kau malah memerintahku harus ikut. Sekarang setelah kejadian seperti ini ? Kau malah menyuruh ku pergi. Yang jadi bos disini kau atau aku ?" kesal Abimana membuat Pras tersenyum simpul sambil menghisap rokoknya.
"Asal kau tahu, aku nggak suka jika kau pertemukan aku dengan Bram. Dia orang nya terlalu kaku. Bahkan lebih kaku dari lu Bi. Aku nggak suka gaya nya." kata Pras akhirnya mulai jujur pada Abi.
"Ya sudah, Suruh supir menyiapkan semuanya. Aku akan pergi malam ini juga." ujar Abi dan beranjak dari duduknya lalu bersiap siap membereskan barang nya.
***
Jam sudah menunjukan jam sepuluh malam. Abi sudah dalam perjalanan menuju kota Aisyah yang akan memakan waktu selama tiga jam. Selama dalam perjalanan ponsel Abi terus berdering membuat Abi berdecak kesal.
"Ck.. Dasar ! Tidak tahu waktu !" kesal Abimana dan kemudian mengangkat telfon nya.
"Hallo.." kata Abi dengan suara datar nya menerima telfon nya.
"Hallo Abi, kau dimana ? Aku menunggumu sejak jam enam sore. Tapi kenapa kau tidak datang ? Sekarang aku berada di kamar hotelmu. Tapi hanya Pras yang ada di sini. Kau kemana ?" ujar Bella panjang lebar dengan suara manjanya.
Abi yang mendengar itu rasanya ingin sekali meremas bibir Bella yang jika bicara selalu di buat-buat.
"Aku ada urusan lain di luar kota. Mungkin tidak lagi ke Surabaya. Kau pulang saja, ini sudah malam." sahut Abi dengan suara datarnya.
"Tapi ak.."
Tut..tut..tut..
Abi memutuskan telfon nya begitu saja saat mendengar Bella kembali bicara. Sedangkan Bella yang tak terima telfon nya di matikan secara sepihak oleh Abi berteriak kesal.
"Aaa.." teriak Bella mengacak rambutnya.
Pras yang melihat hanya tersenyum lebar sembari menggelengkan kepalanya.
"Hey, Abimana itu sudah punya istri. Kenapa kau masih saja mengharapkan nya ? Lebih baik, kencan saja denganku malam ini. Aku pastikan akan membuatmu melayang seperti di atas awan." kata Pras menjahili Bella sembari memainkan alisnya.
"Dasar ! Tidak waras. Pergi saja kau ke neraka !" Pekik Bella berlalu pergi dan membuat Pras tertawa lebar menggema di lorong hotel tersebut.
***
Jam setengah dua dini hari, terdapat sebuah mobil sedan mewah berwana silver memasuki halaman pesantren. Kegelapan lampu temaram yang terdapat di pesantren Al-Fuzha, membuat pengurus pondok yang ditugaskan untuk menjaga keamanan pesantren berlari menghampiri mobil yang sudah berada di tengah halaman.
"Assalamualaikum, selamat malam. Ada yang bisa saya bantu ?" tanya pengurus pondok yang bernama mang Toto, setelah melihat Abi keluar dari mobil.
"Saya suami Aisyah. Bisa tolong antarkan saya ?" sahut Abi yang membuat mang Toto terkejut.
"Subhanallah, ini beneran suami Ning Aisyah ? Tampan sekali.." kata mang Toto membuat Abi tersenyum simpul.
"Terimakasih."
"Mari, saya antar. Mari den !" mang Toto membungkuk sembari berjalan menghormati Abi.
Dengan langkah santai Abi mengikuti langkah mang Toto menuju rumah besar dua tingkat yang seperti bangunan belanda itu. Supir Abi juga selalu mengikuti langkah Abi dari belakang dengan membawa koper milik Abi.
Bak seorang raja, dirinya hanya berjalan sambil memasukan kedua tangan nya didalam saku celana nya. Setelah sampai di depan pintu utama rumah Kiai Yusuf Alhasan Mahmud, mang Toto mengetuk pintunya menggunakan batu. Karena pintunya yang berat dan sangat tebal, tak akan terdengar jika mengetuk nya menggunakan tangan.
"Assalamualaikum.." teriak mang Toto.
Ibrahim yang biasa terbangun untuk melaksanakan sholat tahajud diruang tengah, menyahutnya dari dalam.
"Waalaikumsalam.." sahut Ibrahim berjalan melangkah menuju pintu utama, kemudian membuka nya.
"Gus Ibra, maaf mengganggu. Ini suami Ning Aisyah datang." kata mang Toto menunjuk Abi menggunakan jempolnya sebagai tanda sopan santun.
Ibrahim yang mendengar penjelasan dari penjaga pondok tersebut langsung menatap Abimana tak percaya. Ibrahim tak menyangka, Abi datang menemui Aisyah ditengah malam begini pikirnya. Ibrahim yang tak tahu harus bagaimana, akhirnya menyalami Abimana dengan senyum simpulnya.
"Ah, mari silahkan masuk. Maaf masih sepi. Aisyah, Umi dan Abah masih di kamar nya." kata Ibrahim mempersilahkan masuk.
Ibrahim yang melihat penjaga pondok itu langsung menyuruh nya pergi dan kembali berjaga.
"Terimakasih mang. Kembalilah ke pos." ujar Ibrahim di angguki mang Toto.
Abi dan supir nya lalu duduk sesuai perintah Ibrahim. Ibrahim yang menutup pintu rumahnya lebih dulu, menyusul Abi duduk diruang tamu.
"Bagaimana perjalanan nya ? Apa ada kendala ?" tanya Ibrahim basa basi.
"Ah tidak, suasana malam membuat perjalanan lebih mudah." sahut Abi yang duduk bersandar sembari menepuk pahanya.
"Apa anda sudah makan ?" tanya Ibrahim yang tak tahu harus memanggil apa pada Abimana.
"Sudah, tadi kita mampir dulu di rumah makan." sahut Abi lagi.
"Sebentar saya buatkan teh, agar tidak kedinginan." ujar Ibrahim lalu beranjak melangkah pergi ke dapur untuk membuatkan teh hangat untuk Abimana.
Saat Ibrahim sedang berada di dapur, Aisyah keluar dari kamarnya tanpa menggunakan hijab dan cadar nya, dirinya sudah terbiasa tanpa hijab dan cadarnya jika berada dirumah. Karena memang Aisyah tidak tahu menahu ada seseorang yang datang di tengah malam begini.
Hanya menggunakan daster se lutut, dengan lengan sampai siku. Di tambah rambut nya yang bergelombang ia urai begitu saja. Akan melangkah menuruni tangga dengan senyum yang selalu melekat di bibirnya. Abi yang baru melihat seperti apa Aisyah, terpana melihat kecantikan Aisyah. Bak seorang bidadari yang turun dari kahyangan menuruni tangga rumah Aisyah tanpa sayap.
"Aisyah.." gumam Abimana yang masih terpana.
Supir Abi yang tertidur, dengan menyandarkan kepalanya di sandaran sofa saat Ibrahim berlalu ke dapur, dia tak melihat keadaan disana. Supir tersebut yang sudah merasa lelah dan mengantuk tak kuasa menahan matanya yang ingin tertutup.
Saat baru setengah Aisyah menuruni tangga, dia terkejut melihat ada sosok pria yang ia kenal wajah nya.
"Astagfirullah.. Mas Abi."
Aisyah yang baru sadar itu suaminya langsung membalikan tubuhnya sesaat dan kembali berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma