Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Berusaha Kabur
Supri sangat kaget ketika mendapati dirinya sudah dalam keadaan terikat kedua tangan dan kaki serta mulut yang dilaksban. Dengan perasaan cemas, bocah laki-laki itu mengedarkan pandangannya berusaha untuk mengenali lingkungannya.
Rupanya si gembul sedang diculik dan disekap di sebuah ruangan yang mirip gudang, yang hanya memiliki satu ventilasi kecil dan penerangan dari sebuah lampu bohlam yang cahayanya tidak terlalu terang.
Entah bagaimana ceritanya bocah laki-laki itu bisa sampai di tempat tersebut. Supri benar-benar tidak ingat karena dia tadi memang di bawah pengaruh mantra sihir.
Dengan sekuat tenaga, bocah bertubuh gemuk itu berusaha membebaskan dirinya, namun nihil, ikatan tali di tangan dan kakinya sangatlah kuat.
Tak habis akal, anaknya Pak Bedjo pun mengedarkan pandangannya untuk mencari benda tajam yang sekiranya bisa untuk memotong tali.
Dengan cara beringsut sedikit demi sedikit, bocah laki-laki bertubuh gemuk itu pun mendekat ke tumpukan barang-barang dengan harapan bisa menemukan sesuatu yang bisa digunakan untuk memotong tali. Dan untungnya Supri melihat ada botol berbahan kaca di situ.
Tak berapa lama, bocah laki-laki bertubuh gemuk itu pun mencoba untuk bangkit berdiri. Setelah beberapa menit berusaha, akhirnya Supri pun berhasil berdiri lalu dengan susah payah dia mengambil botol kaca tersebut.
Begitu botol kaca sudah ada di kedua tangan bocah laki-laki itu, selanjutnya Supri berusaha untuk memecahkan botol tersebut dengan cara membenturkannya di meja kayu yang rusak.
Anaknya Pak Bedjo merasa punya sedikit harapan, dengan mengerahkan kemampuannya, Supri berusaha memotong tali yang mengikat tangannya dengan pecahan botol kaca sekalipun beberapa kali tangannya terluka dan berdarah.
Sesudah puluhan menit berjuang, akhirnya bocah laki-laki itu berhasil memotong tali yang mengikat kedua tangannya. Tanpa menunggu lama, Supri lanjut membuka laksban yang menutup mulutnya lalu memotong tali yang mengikat kedua kakinya.
Sekarang ini anaknya Pak Bedjo sudah terbebas dari ikatan, segera saja Supri memeriksa ruangan itu untuk mencari jalan keluar.
Rupanya jalan keluar satu-satunya untuk bisa kabur hanyalah lewat pintu, maka bocah laki-laki tersebut berusaha mencari benda keras yang bisa digunakan untuk memukul jika nanti penculiknya masuk ke ruangan itu.
Setelah melihat-lihat tumpukan benda yang ada di ruangan tersebut, akhirnya Supri menemukan balok kayu yang lumayan berat dan panjang. Tak berapa lama, bocah laki-laki itu pun siaga di dekat pintu.
Namun hingga malam hari, tidak ada seorang pun yang masuk ke ruangan tersebut. Dengan menahan rasa lapar dan haus, Supri pun akhirnya tertidur dengan posisi duduk sambil kedua tangannya memeluk balok kayu.
*
Sementara itu di Polsek Suka Maju, telah berkumpul beberapa bapak-bapak yang sebagian besar diantara mereka adalah guru pondok pesantren dari kota setempat. Sejak jam 9 malam, kaum adam tersebut sudah melantunkan doa-doa dengan khusyuknya.
Karena Pak Bambang dan Pak Satria masih terjun ke lapangan untuk mencari keberadaan Supri, yang mewakili pihak Polsek Suka Maju adalah Pak Munaf dan Pak Beno.
Tepat tengah malam, angin kencang kembali menyerang ruangan itu. Namun para bapak-bapak tersebut terus mengumandangkan doa-doa mereka.
Karena sudah mengantisipasi yang akan terjadi, barang-barang berupa kertas, kursi, dan benda ringan lainnya sudah disimpan di tempat yang aman.
Lebih dari 1 jam, serangan angin ribut menderu di ruangan itu, hingga akhirnya angin tersebut menghilang secara tiba-tiba.
Sekalipun keadaan sudah membaik, para kaum adam itu masih tetap memanjatkan doa-doa hingga mereka merasa situasi telah benar-benar aman kembali.
"Alhamdulilaah...," kata Pak Haji Zulkarnain setelah membuka sepasang matanya.
"Bagaimana Pak Haji Zulkarnain, apakah kondisinya sudah bisa dikatakan aman?" tanya Pak Ustadz Fuad.
"Menurut mata batin saya, situasinya sudah aman, Pak Fuad," sahut Pak Zulkarnain.
"Alhamdulilaah...," ucap beberapa bapak yang ada di situ dengan serempak.
"Saya mewakili dari pihak Polsek Suka Maju mengucapkan terimakasih banyak untuk bantuan doa Bapak-Bapak semua," sela Pak Munaf.
"Tidak apa-apa Pak Munaf, tidak perlu merasa sungkan. Kami semua dari pondok pesantren malah merasa mendapat kehormatan karena dimintai tolong oleh pihak kepolisian. Sekalipun kami kalah dalam hal fisik, tapi kami menang dalam hal doa," kata Pak Haji Ma'ruf, si kepala pondok pesantren.
"Lalu besok malam bagaimana Pak Haji Zulkarnain, apakah masih perlu diadakan doa bersama?" tanya Pak Munaf.
"Menurut panjenengan pripun, Pak Haji Ma'ruf?" Pak Zulkarnain meminta pendapat kepala pondok pesantren.
"Kalau menurut saya sebaiknya kita adakan doa bersama 2 hari lagi sambil melihat perkembangannya bagaimana," usul Pak Ma'ruf.
"Baiklah, kalau begitu selama.2 hari ke depan kita berkumpul di sini lagi nggih, Bapak-Bapak," ujar Haji Zulkarnain yang disetujui oleh yang lainnya.
*
Pagi harinya, Supri terbangun saat mendengar suara kunci pintu dibuka. Segera saja bocah laki-laki bertubuh gemuk itu bangkit berdiri dengan kedua tangan siap mengayunkan balok kayu yang dipegangnya.
Duakk! Duakk!
Dengan sekuat tenaga, Supri menghantam kepala orang yang baru masuk itu dengan dua kali pukulan keras. Melihat lawannya belum tumbang, si gembul pun menambah dua pukulan lagi, hingga akhirnya orang tersebut benar-benar pingsan.
Untuk sesaat, anaknya Pak Bedjo mengamati wajah orang yang pingsan itu yang ternyata masih muda.
Tak berapa lama, Supri pun mengalihkan pandangannya ke tas kresek hitam yang dibawa oleh pemuda itu tadi. Rupanya isi tas kresek tersebut adalah sebotol air mineral dan sebungkus nasi.
Karena si gembul merasa haus dan lapar, setelah mengambil kantong kresek itu, dia segera ke luar pintu. Namun, begitu ke luar ruangan, bocah laki-laki itu mulai diserang cemas lagi, karena ternyata ruangan tempat dia disekap adalah ruang yang ada di bawah tanah.
Supri berusaha mengendalikan rasa paniknya. Di bawah penerangan lampu yang remang-remang, dengan hati-hati, bocah laki-laki itu melangkahkan kakinya sambil matanya mencari jalan keluar.
Beberapa detik kemudian, sepasang mata si gembul melihat ada anak tangga menuju ke atas. Segera saja Supri menapakkan kakinya pelan-pelan lalu membuka penutupnya dengan perasaan was-was.
Untuk sesaat, anaknya Pak Bedjo mengintai keadaan sekitarnya lewat penutup ruang bawah tanah itu. Ternyata ruang bawah tanah tersebut terletak di bawah sebuah ruangan yang lumayan luas, yang difungsikan sebagai dapur sekaligus ruang makan.
Dengan jantung deg-deg an, Supri naik ke atas lalu melangkah pelan-pelan menuju pintu belakang. Sesudah membuka sedikit daun pintu, untuk kesekian kalinya bocah laki-laki itu memeriksa keadaan kembali.