NovelToon NovelToon
NOT Second Lead

NOT Second Lead

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:4.7M
Nilai: 4.6
Nama Author: Rahma AR

Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.

Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.

Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat

Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.

Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.

Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

"Aku akan melepas tanggung jawab Aurora padamu," kata Alexander saat menemui Herdin di ruangannya.

Herdin menatap Alexander yang tampak frustasi.

"Kenapa?" tanya Herdin tenang.

"Aku ngga ingin menghilangkan kepercayaan Zira lagi," kata Alexander jujur.

Herdin tertawa renyah.

"Lex, kalo sikapmu begini, aku pun ngga bisa percaya. Sama seperti Rihana dan yang laennya," jujur Herdin setelah tawanya reda.

Alexander menggusar rambutnya. Bingung mau menjelaskan.

Dia akui sangat menyayangi gadis yang dikenalnya saat Rihana menghilang. Dia bahkan cosplay jadi pengawal gadis itu selama merintis karir modelnya.

Tapi hanya sekedar itu. Alexander ngga pernah ingin memiliki, seperti yang dia rasakan saat bersama Zira.

Jantungnya pun selalu berdebar ngga menentu jika berada di dekatnya. Hanya saat bersama Zira-nya.

Alexander ngga pernah merasakan debaran di dadanya saat bersama Aurora. Hanya rasa tanggung jawab saja.

"Jantungku yang memilih Zira," alasannya sekenanya saja sambil keluar dari ruangan Herdin. Pusing jika dia harus menjabarkannya.

Herdian terdiam. Jawaban yang terdengar asal asalan itu sebenarnya dia juga alami.

Jantungnya memilih Aurora. Tapi jantung Aurora sepertinya ngga pernah menganggap dan memilihnya.

*

*

*

"Ayo, kita pergi," ajak Puspa ketika sudah saatnya jam pulang kantor. Bagas bahkan sudah menjemput Winta.

"Yang pacaran," ledek Puspa ketika akan melewati Winta dan Bagas. Rihana pun tersenyum.

Winta tersenyum malu, sedangkan Bagas tampak santai. Beringan mereka berjalan menuju lift.

Jantung Rihana agak keras berdetak ketika Kak Aya tersenyum tipis padanya. Ekspresi Kak Aya seoalah dia ngga tau apa apa semakin membuat Rihana ngga tenang.

Mereka berempat pun berpisah. Winta dibonceng motor matik oleh Bagas dan Rihana menaiki mobil Puspa yang sudah menjemputnya.

Rihana menatap jalan jalan yang disusuri mobil mereka. Jalan penuh kenangan bersama mamanya waktu kecil. Ngga disangka, bahkan sudah dua kali dia melewatinya tanpa mamanya.

Dan lagi lagi Rihana ngga sadar kalo Puspa menatapnya penuh makna.

Begitu sampai, Rihana terkejut melihat Oma Puspa sudah berdiri seakan sudah ngga sabar menunggu kedatangan mereka.

"Ayo sayang. Senangnya kamu mampir lagi," seru Oma Mien Artipura menyambutnya begitu dia keluar dari mobil.

Bahkan beliau langsung memeluknya sangat erat. Seakan ada ikatan batin yang tercipta.

Puspa yang melihatnya jadi terharu biru. Matanya berkaca kaca. Padahal Belum terbukti kalo Rihana beneran sepupunya.

Hati Puspa ragu melihat sikap Rihana yang selalu tenang.

Apa dia ngga merasakan apa apa?

Opa, papa dan Om Omnya pun ngga bisa menolak suasana haru ini yang begitu menyelimuti mereka. Mata mereka pun sama memanasnya.

Mata Rihana pun memanas mendapat perlakuan hangat dari neneknya.

Saat pelukan mengurai, neneknya menghapus air bening yang mengalir di pelupuk matanya.

"Ayo, kita ke dalam," kata Oma Mien sambil menggandengnya. Meninggalkan Puspa yang hanya bisa tersenyum dan mengikuti langkah keduanya.

"Kenalkan, ini Opa Airlangga. Ini Om Cakra, ini Om Akbar, dan ini Om Wingki, papanya Puspa," kata Oma sambil mengenalkan mereka satu per satu.

Tangannya masih merengkuh bahu Rihana, seakan ngga ingin di lepas.

Opa dan ketiganya Omnya sama tersenyum lembut saat memandang Rihana membuat hati Rihana bergetar.

Ingin dia berteriak dan protes, kenapa dia dan mamanya harus hidup menderita. Bahkan mamanya meninggal dalam kesedihan yang amat sangat.

Tapi Rihana menahannya. Menahan semuanya dengan perasaan sakit yang berdarah darah dalam hatinya.

Bahkan Opa Airlangga sampai mengacak lembut rambutnya membuat dadanya berdesir. Terasa hangat dan penuh kasih.

Matanya semakin mengembun. Rasanya dia beneran menyentuh kepala putrinya yang sudah menghilang lama. Jantungnya berdegup kencang. Ada rindu yang ingin dia ungkapkan. Tapi bibirnya ngga sanggup berkata kata.

Ketiga Omnya bahkan saling memalingkan wajah, memahan perasaan yang tiba tiba bergejolak hebat

"Mandi dulu, ya. Pakai aja pakaian yang ada di kamar Puspa," kata Oma Mien memutus keterpakuan mereka.

"Ya Oma. Ayo, Ri," ajak Puspa.

Agak berat tangan Oma melepaskan rangkulannya pada Rihana.

Setelah keduanya pergi, Oma menatap suami dan ketiga putranya dengan mata yang sudah seperti kolam.

"Apa kalian merasakan seperti yang aku rasakan?" suara Oma Mien terdengar terbata bata dan bergetar.

Suaminya pun langsung memeluknya. Ketiga putranya tetap mematung, tapi dalam hati menyetujui kata kata mamanya.

"Aku merasa dia memang putri Dilara. Cucu kita," kata Oma dengan suara serak dan jantung berdegup sangat kencang.

"Kita akan mempercepat prosesnya," kata Opa Airlangga juga dengan suara seraknya. Ya, malam ini juga mereka harus mendapatkan sampel DNA Rihana.

Mereka harus mendapatkan hasilnya.

Perasaan bisa saja menipu bukan?

Walaupun sembilan puluh persen Opa dan Oma sudah yakin kalo Rihana adalah cucu mereka. Bahkan ketiga putranya mulai ragu untuk melakukan tes, karena ketiganya sama merasakan kehadiran Dilara dalam diri Rihana.

Puspa pun membawa Rihana ke kamar tantenya dulu atas perintah Omanya. Dan memintanya melihat gimana reaksi Rihana.

"Ini kamar tanteku dulu," kata Puspa sambil membuka kamar yang sangat luas itu. Seakan akan ini adalah kamar utamanya di dalam rumahnya.

Jantung Rihana rasanya ingin meledak. Kamar itu begitu harum dan terawat. Padahal sudah sangat lama sekali mamanya ngga pulang.

Mereka dulu menempati kamar kecil untuk tinggal berdua sebelum Bu Saras menemukan mereka dan memberikannya dan mama sebuah kamar yang lebih layak dari pada kamar kontrakannya. Tapi ngga ada apa apanya dengan kamar milik mamanya yang saat ini sedang dilihatnya.

Dan yang membuatnya tersentak ada lukisan mamanya dan dirinya yang baru berumur lima tahun. Baju yang dikenakannya dan mamanya pun sama, saat mereka datang ke rumah ini dulu sekali.

Bagaimana bisa? Tanpa sadar Rihana menatap Puspa nanar. Temannya pun rupanya sedang memperhatikannya.

"Itu foto tanteku dan anaknya. Sepupuku," jelas Puspa seakan tau apa yang dipikirkan Rihana.

Puspa pun mendekati foto itu.

"Mereka pernah ke sini, tapi waktu itu Oma sedang kritis dan Opa membawanya ke luar negeri. Sayangnya Pak satpam ngga mengenali mereka," lanjut Puspa lagi. Rautnya terlihat sangat sedih.

DEG DEG DEG

Rihana merasa sekujur tubuhnya gemetar.

Jadi karena itu kami ngga bisa bertemu.

Ada tangis yang ingin tumpah tapi sekuat tenaga di tahannya.

Rihana ngga berbicara sepatah kata pun. Rasanya jika dia membuka mulutnya, pasti hanya tangisannya saja yang akan keluar.

Kenyataan ini sangat menyakitkan.

"Kamu bisa mandi dan pake baju yang sudah ada di paper bag ini, ya," ucap Puspa sambil menepuk lembut bahu Rihana sebelum keluar dari kamar dan menutup pintu.

Air mata Rihana mengalir pelan. Dia menangis tanpa suara saat melihat lukisan itu.

Mereka mengabadikannya, ma, batinnya nyeri.

Tangannya mendekat dan mengusap wajah mamanya.

"Ma, Rihana di kamar mama sekarang. Ma, bagaimana Rihana bisa bilang kalo mama sudah meninggal? Rihana ngga bisa, Ma. Rihana ngga bisa," desisnya dengan bibir yang bergetar hebat.

Air matanya pun semakin deras mengalir.

1
Okta
Luar biasa
Sha Yusuf
aku baca sambil 😭😭, dalam bayangan seperti sedang menonton telemovie
el lathif 🐊
kalau mau kondangan amplop nya satu untuk berlima 😅
Windi Alianti Nadiana
Luar biasa
TongTji Tea
Dari semenjak Zerina di matikan untuk keluarga gilak itu jadi males baca bagian xavi sama Daiva , aurora.pokoknya yang ada bau2 keluarga Aiden males ...lebih seneng baca puspa family +Rihana
TongTji Tea
jahat banget emak nya xavi ...
Wibi Satrya Wiguna
Kecewa
Wibi Satrya Wiguna
Buruk
Dina Mariati Mohamad
Luar biasa
Dina Mariati Mohamad
Kecewa
Chintya
tp emng kasian jg si ourora dia jg korban sebetulnya
Chintya
keren jln ceritnya hanya kena kesalhan 1 orng dampaknya dahsyat suka alurnya walau di awal kurang spesifik tentang pemeran nya 🥰
Yani
Dewan menikah terpaksa karena di jodohkan orang tuanya
Yani
Ceritanya bagus thor ttp semangat 💪💪
Chintya
di konteks ini bilng jd Aspri tp sebelnya dia ngajak klw dia udh jd pegawai tetep q bingung sama alur nya
Yani
Harusnya di fhoto kadih ke mmh kamu Alex
Yani
Aurora si muka dua
Chintya
q rada bingung dia anak pantii tp SMA nya bisa sekelas sama anak anak orng kaya 🙃
Rita Icha
Luar biasa
Akbar Razaq
lah kenapq merutuki diri? emang Emir mau sama kamu?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!