NovelToon NovelToon
NOT Second Lead

NOT Second Lead

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:2.8M
Nilai: 4.7
Nama Author: Rahma AR

Kamu pernah bilang, kenapa aku ngga mau sama kamu. Kamu aja yang ngga tau, aku mau banget sama kamu. Tapi kamu terlalu tinggi untuk aku raih.

Alexander Monoarfa jatuh cinta pada Rihana Fazira dan sempat kehilangan jejak gadis itu.

Rihana dibesarkan di panti asuhan oleh Bu Saras setelah mamanya meninggal. Karena itu dia takut menerima cinta dan perhatian Alexander yang anak konglomerat

Rihana sebenarnya adalah cucu dari keluarga Airlangga yang juga konglomerat.

Sesuatu yang buruk dulu terjadi pada orang tuanya yang ngga sengaja tidur bersama.

Terimakasih, ya sudah mampir♡♡♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pulang

"Aku akan melepas tanggung jawab Aurora padamu," kata Alexander saat menemui Herdin di ruangannya.

Herdin menatap Alexander yang tampak frustasi.

"Kenapa?" tanya Herdin tenang.

"Aku ngga ingin menghilangkan kepercayaan Zira lagi," kata Alexander jujur.

Herdin tertawa renyah.

"Lex, kalo sikapmu begini, aku pun ngga bisa percaya. Sama seperti Rihana dan yang laennya," jujur Herdin setelah tawanya reda.

Alexander menggusar rambutnya. Bingung mau menjelaskan.

Dia akui sangat menyayangi gadis yang dikenalnya saat Rihana menghilang. Dia bahkan cosplay jadi pengawal gadis itu selama merintis karir modelnya.

Tapi hanya sekedar itu. Alexander ngga pernah ingin memiliki, seperti yang dia rasakan saat bersama Zira.

Jantungnya pun selalu berdebar ngga menentu jika berada di dekatnya. Hanya saat bersama Zira-nya.

Alexander ngga pernah merasakan debaran di dadanya saat bersama Aurora. Hanya rasa tanggung jawab saja.

"Jantungku yang memilih Zira," alasannya sekenanya saja sambil keluar dari ruangan Herdin. Pusing jika dia harus menjabarkannya.

Herdian terdiam. Jawaban yang terdengar asal asalan itu sebenarnya dia juga alami.

Jantungnya memilih Aurora. Tapi jantung Aurora sepertinya ngga pernah menganggap dan memilihnya.

*

*

*

"Ayo, kita pergi," ajak Puspa ketika sudah saatnya jam pulang kantor. Bagas bahkan sudah menjemput Winta.

"Yang pacaran," ledek Puspa ketika akan melewati Winta dan Bagas. Rihana pun tersenyum.

Winta tersenyum malu, sedangkan Bagas tampak santai. Beringan mereka berjalan menuju lift.

Jantung Rihana agak keras berdetak ketika Kak Aya tersenyum tipis padanya. Ekspresi Kak Aya seoalah dia ngga tau apa apa semakin membuat Rihana ngga tenang.

Mereka berempat pun berpisah. Winta dibonceng motor matik oleh Bagas dan Rihana menaiki mobil Puspa yang sudah menjemputnya.

Rihana menatap jalan jalan yang disusuri mobil mereka. Jalan penuh kenangan bersama mamanya waktu kecil. Ngga disangka, bahkan sudah dua kali dia melewatinya tanpa mamanya.

Dan lagi lagi Rihana ngga sadar kalo Puspa menatapnya penuh makna.

Begitu sampai, Rihana terkejut melihat Oma Puspa sudah berdiri seakan sudah ngga sabar menunggu kedatangan mereka.

"Ayo sayang. Senangnya kamu mampir lagi," seru Oma Mien Artipura menyambutnya begitu dia keluar dari mobil.

Bahkan beliau langsung memeluknya sangat erat. Seakan ada ikatan batin yang tercipta.

Puspa yang melihatnya jadi terharu biru. Matanya berkaca kaca. Padahal Belum terbukti kalo Rihana beneran sepupunya.

Hati Puspa ragu melihat sikap Rihana yang selalu tenang.

Apa dia ngga merasakan apa apa?

Opa, papa dan Om Omnya pun ngga bisa menolak suasana haru ini yang begitu menyelimuti mereka. Mata mereka pun sama memanasnya.

Mata Rihana pun memanas mendapat perlakuan hangat dari neneknya.

Saat pelukan mengurai, neneknya menghapus air bening yang mengalir di pelupuk matanya.

"Ayo, kita ke dalam," kata Oma Mien sambil menggandengnya. Meninggalkan Puspa yang hanya bisa tersenyum dan mengikuti langkah keduanya.

"Kenalkan, ini Opa Airlangga. Ini Om Cakra, ini Om Akbar, dan ini Om Wingki, papanya Puspa," kata Oma sambil mengenalkan mereka satu per satu.

Tangannya masih merengkuh bahu Rihana, seakan ngga ingin di lepas.

Opa dan ketiganya Omnya sama tersenyum lembut saat memandang Rihana membuat hati Rihana bergetar.

Ingin dia berteriak dan protes, kenapa dia dan mamanya harus hidup menderita. Bahkan mamanya meninggal dalam kesedihan yang amat sangat.

Tapi Rihana menahannya. Menahan semuanya dengan perasaan sakit yang berdarah darah dalam hatinya.

Bahkan Opa Airlangga sampai mengacak lembut rambutnya membuat dadanya berdesir. Terasa hangat dan penuh kasih.

Matanya semakin mengembun. Rasanya dia beneran menyentuh kepala putrinya yang sudah menghilang lama. Jantungnya berdegup kencang. Ada rindu yang ingin dia ungkapkan. Tapi bibirnya ngga sanggup berkata kata.

Ketiga Omnya bahkan saling memalingkan wajah, memahan perasaan yang tiba tiba bergejolak hebat

"Mandi dulu, ya. Pakai aja pakaian yang ada di kamar Puspa," kata Oma Mien memutus keterpakuan mereka.

"Ya Oma. Ayo, Ri," ajak Puspa.

Agak berat tangan Oma melepaskan rangkulannya pada Rihana.

Setelah keduanya pergi, Oma menatap suami dan ketiga putranya dengan mata yang sudah seperti kolam.

"Apa kalian merasakan seperti yang aku rasakan?" suara Oma Mien terdengar terbata bata dan bergetar.

Suaminya pun langsung memeluknya. Ketiga putranya tetap mematung, tapi dalam hati menyetujui kata kata mamanya.

"Aku merasa dia memang putri Dilara. Cucu kita," kata Oma dengan suara serak dan jantung berdegup sangat kencang.

"Kita akan mempercepat prosesnya," kata Opa Airlangga juga dengan suara seraknya. Ya, malam ini juga mereka harus mendapatkan sampel DNA Rihana.

Mereka harus mendapatkan hasilnya.

Perasaan bisa saja menipu bukan?

Walaupun sembilan puluh persen Opa dan Oma sudah yakin kalo Rihana adalah cucu mereka. Bahkan ketiga putranya mulai ragu untuk melakukan tes, karena ketiganya sama merasakan kehadiran Dilara dalam diri Rihana.

Puspa pun membawa Rihana ke kamar tantenya dulu atas perintah Omanya. Dan memintanya melihat gimana reaksi Rihana.

"Ini kamar tanteku dulu," kata Puspa sambil membuka kamar yang sangat luas itu. Seakan akan ini adalah kamar utamanya di dalam rumahnya.

Jantung Rihana rasanya ingin meledak. Kamar itu begitu harum dan terawat. Padahal sudah sangat lama sekali mamanya ngga pulang.

Mereka dulu menempati kamar kecil untuk tinggal berdua sebelum Bu Saras menemukan mereka dan memberikannya dan mama sebuah kamar yang lebih layak dari pada kamar kontrakannya. Tapi ngga ada apa apanya dengan kamar milik mamanya yang saat ini sedang dilihatnya.

Dan yang membuatnya tersentak ada lukisan mamanya dan dirinya yang baru berumur lima tahun. Baju yang dikenakannya dan mamanya pun sama, saat mereka datang ke rumah ini dulu sekali.

Bagaimana bisa? Tanpa sadar Rihana menatap Puspa nanar. Temannya pun rupanya sedang memperhatikannya.

"Itu foto tanteku dan anaknya. Sepupuku," jelas Puspa seakan tau apa yang dipikirkan Rihana.

Puspa pun mendekati foto itu.

"Mereka pernah ke sini, tapi waktu itu Oma sedang kritis dan Opa membawanya ke luar negeri. Sayangnya Pak satpam ngga mengenali mereka," lanjut Puspa lagi. Rautnya terlihat sangat sedih.

DEG DEG DEG

Rihana merasa sekujur tubuhnya gemetar.

Jadi karena itu kami ngga bisa bertemu.

Ada tangis yang ingin tumpah tapi sekuat tenaga di tahannya.

Rihana ngga berbicara sepatah kata pun. Rasanya jika dia membuka mulutnya, pasti hanya tangisannya saja yang akan keluar.

Kenyataan ini sangat menyakitkan.

"Kamu bisa mandi dan pake baju yang sudah ada di paper bag ini, ya," ucap Puspa sambil menepuk lembut bahu Rihana sebelum keluar dari kamar dan menutup pintu.

Air mata Rihana mengalir pelan. Dia menangis tanpa suara saat melihat lukisan itu.

Mereka mengabadikannya, ma, batinnya nyeri.

Tangannya mendekat dan mengusap wajah mamanya.

"Ma, Rihana di kamar mama sekarang. Ma, bagaimana Rihana bisa bilang kalo mama sudah meninggal? Rihana ngga bisa, Ma. Rihana ngga bisa," desisnya dengan bibir yang bergetar hebat.

Air matanya pun semakin deras mengalir.

1
Ita Xiaomi
Alhamdulillah rejeki.
Ita Xiaomi
Para penggemar nih sebaiknya bantu Aurora agar mendpt keringanan hukuman drpd berlaku kasar.
Ita Xiaomi
Bs gembung Daiva utk meredam emosinya 😁
Uba Muhammad Al-varo
terima kasih kakak Author 🙏
ceritanya bagus dan keren serta menghibur juga, selalu sukses dan selalu semangat dalam berkarya kakak 🙏💪💪💪
Rahma AR: sama sama.....
total 1 replies
Ita Xiaomi
Jgn nak minta di luar batas.
Ita Xiaomi
Sedihnya 😭. Aku berharap ini hanya trik aja utk membongkar siapa yg nyerang dia.
Ita Xiaomi
Maaf doa aku dikabulkan utk beri pelajaran pd Aiden. Nah moga insyaf ya Aiden. Perbaiki diri cari pasangan yg baik. Kasihan jg ama Zerina.
Ita Xiaomi
Itukan krn dia lihat kelakuan Aurora saat bersama Aiden.
Ita Xiaomi
Keren ceritanya. Banyak pelajar yg bs diambil. Salah satunya bercanda yg merugikan diri sendiri, org lain dan lingkungan. Menguras air mata hrs siap sapungan atau tisu. Baru ini baca novel ditemani tisu 1 bks 😁. Semangat berkarya kk. Berkah&Sukses selalu.
Ita Xiaomi: Sama2x kk.
Rahma AR: aamiin... .makasih ya...
total 2 replies
Ita Xiaomi
Lebih baik simpan aja rahasianya selamanya. Drpd akan nambah luka.
Lenni Namora
Luar biasa
Ita Xiaomi
Klo kamu lakukan lg bakalan kelar hidup mu. Diadili sepupu2x dan paman2x Zira.
Ita Xiaomi
Aku pengen si Aiden nih diberi pelajaran agar ndak seenaknya. Agar bisa menghargai perasaan org.
Ita Xiaomi
Cita-citanya ndak berubah tetap kukuh 😁
Ita Xiaomi
Wah reflek bpk bikin pipi perih 😁
Ita Xiaomi
Makanya pak klo mau bercanda tuh jgn merugikan org lain, diri sendiri dan lingkungan.
Ita Xiaomi
Gercep nih pak Gusti.
Ita Xiaomi
Auto kejang-kejang kamu tante klo lihat video Aurora ama kekasih tak setianya.
Ita Xiaomi
Lah yg bikin semuanya jd beginikan rencana kamu, Aurora. Gmn?
Ita Xiaomi
Ndak ngaruh jg tuh. Rihana malah sangat disayang ama keluarga mamanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!