Aina Cecilia
Seorang gadis yatim piatu yang terpaksa menjual keperawanannya untuk membiayai pengobatan sang nenek yang tengah terbaring di rumah sakit. Tidak ada pilihan lain, hanya itu satu-satunya jalan yang bisa dia tempuh saat ini. Gajinya sebagai penyanyi kafe tidak akan cukup meskipun mengumpulkannya selama bertahun-tahun.
Arhan Airlangga
Duda keren yang ditinggal istrinya karena sebuah penghianatan. Hal itu membuatnya kecanduan bermain perempuan untuk membalaskan sakit hatinya.
Apakah yang terjadi setelahnya.
Jangan lupa mampir ya.
Mohon dukungannya untuk novel receh ini.
Harap maklum jika ada yang salah karena ini novel pertama bagi author.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kopii Hitam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GBTD BAB 20.
Kini Arhan dan baby nya sudah berada di dalam kamar. Arhan masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya, sementara Aina tengah asik menyusui sang baby di atas tempat tidur.
Sebelum naik ke lantai atas, Leona meminta Arhan untuk tidur di kamar lain. Dia tidak ingin menimbulkan fitnah diantara keduanya.
Namun Arhan bersikeras menolaknya, dia tidak mau jauh-jauh dari Aina dan putranya. Dia ingin menjaga keduanya setiap waktu.
Bagaimanapun, Arhan tidak akan bisa melakukan apa-apa terhadap Aina. Tidak akan ada fitnah sebab keadaan Aina masih dalam masa nifas.
Arhan keluar dari kamar mandi hanya mengenakan handuk yang melilit di pinggangnya. Hal itu membuat Aina kelimpungan, dia tak sengaja melihat tubuh Arhan yang tengah bertelanjang dada.
Aina menekuk wajahnya, dia teringat kembali dengan kejadian waktu itu. Tubuh yang sama yang pernah menyatu dengan dirinya hingga melahirkan sang buah hati yang tengah dipangkunya.
Arhan sadar betul kalau Aina tengah gugup melihat keadaan tubuhnya, dia mendekat dan duduk di sisi ranjang. Sebelah tangannya melingkar di pinggang Aina, membuat Aina semakin gelisah tak menentu.
"Kenapa wajahnya ditekuk begitu?" bisik Arhan tepat di telinga Aina.
Hal itu membuat Aina menelan ludahnya kasar, hembusan nafas Arhan yang hangat membuat tubuhnya bergetar dengan jantung berdegup kencang.
"Kenapa sayang, apa tubuh Abang terlihat begitu menggoda?" gurau Arhan, kemudian melabuhkan kecupan lembut di pundak Aina.
"Ti, tidak. Jangan kegeeran!" jawab Aina gugup.
"Benarkah? Kalau begitu lihat Abang dulu!" goda Arhan, dia menyentuh dagu Aina dan mengangkatnya. Aina semakin gugup dengan wajah merah padam.
"Cukup Bang, jangan menggodaku terus! Pakai dulu pakaian Abang!" ketus Aina.
"Hahahaha, katakan saja jika kamu suka dengan tubuh ini! Jangan membohongi perasaanmu sendiri!" goda Arhan terkekeh.
"Biasa saja, aku bahkan tidak merasakan apa-apa ketika melihatnya."
Aina melempar pandangannya ke arah lain, dia takut benar-benar tergoda melihat Arhan. Bagaimanapun dia pernah merasakan nikmatnya sentuhan ayah dari putranya itu, dia tidak ingin larut dengan perasaannya sendiri.
Arhan geram mendengar jawaban Aina, dia sama sekali tak percaya kalau Aina tidak merasakan apa-apa ketika melihatnya bertelanjang dada seperti ini.
Arhan merangkak naik dan menekan tubuh Aina, wajah keduanya sangat dekat hingga membuat nafas Aina berhembus tak beraturan.
"Bang, jangan! Kita tidak boleh melakukan ini. Abang tau sendiri kan aku masih...,"
Ucapan Aina tiba-tiba terhenti, Arhan mengecup bibir ranum Aina dan melu*matnya dalam. Aina terpaku menikmati sentuhan itu, dia hampir saja terbuai sebab Arhan tak memberinya celah untuk menghindar.
"Cukup Bang, jangan diteruskan lagi!" pinta Aina, dia mendorong wajah Arhan lalu memalingkan mukanya ke arah sang baby yang tertidur di sampingnya.
"Katanya tidak merasakan apa-apa, lalu kenapa wajahnya jadi merah begini?" goda Arhan, dia suka sekali melihat Aina kelimpungan seperti ini.
"Cukup Bang! Apa sudah kebiasaan Abang menggoda wanita seperti ini?" ketus Aina kesal, tatapannya sangat tajam.
"Tidak, Abang tidak pernah menggoda wanita manapun kecuali kamu, bahkan mantan istri Abang sekalipun. Hubungan kami dingin, dia tidak pernah memberi Abang kesempatan menggodanya." jawab Arhan dengan tatapan sayu nya.
"Kenapa membicarakan dia, apa Abang masih mencintainya?" tanya Aina penasaran.
"Tidak sayang. Sejak Abang tau dia berkhianat, perasaan itu hilang begitu saja."
"Kenapa bertanya seperti itu, apa kamu cemburu?" tanya Arhan sembari tersenyum miring.
"Jangan kegeeran! Siapa juga yang cemburu?" ketus Aina dengan bibir manyun nya.
"Benar tidak cemburu?" goda Arhan.
"Tentu saja, untuk apa aku cemburu? Lakukan saja apa yang ingin Abang lakukan di luar sana, aku tidak peduli!" jawab Aina ketus.
"Hmmm, baiklah kalau begitu. Janji ya, tidak akan marah kalau Abang menggoda wanita lain? Di luar sana banyak loh yang tergila-gila dengan pesona Abang."
"Dasar mata keranjang! Lalu untuk apa memintaku tetap di sini?" umpat Aina pelan, Arhan tidak bisa mendengarnya.
"Kamu bilang apa barusan?" tanya Arhan penasaran, dia melihat jelas bibir Aina komat kamit.
"Aku tidak bilang apa-apa. Pergilah pakai pakaian Abang itu!"
Aina mendorong dada Arhan, kemudian memiringkan tubuhnya menghadap sang baby. Entah kenapa raut wajahnya tiba-tiba berubah, kata-kata Arhan membuatnya gelisah tak menentu.
Arhan mengulum senyumannya, dia mengusap kepala Aina lembut. Namun Aina dengan cepat menepis tangannya, dari situ Arhan meyakini kalau Aina sedang marah. Cemburu yang tak berani dia ungkapkan.
Arhan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ruang ganti. Setelah mengenakan pakaiannya, dia ikut berbaring di samping Aina.
Arhan melingkarkan tangannya di pinggang Aina, namun Aina lagi-lagi menghalau tangannya.
"Jangan sentuh aku!" ketus Aina, dia berpindah ke sisi kiri sang putra dan memilih memejamkan matanya.
Arhan hanya bisa tersenyum menatap Aina dengan intim. Dari lubuk hati yang terdalam, dia sangat senang. Itu artinya Aina juga mulai memiliki perasaan istimewa untuknya.
Setelah Aina terlelap, Arhan mengangkat baby nya dan memindahkannya ke dalam box.
"Jagoan Papa tidur di sini saja ya!" gumam Arhan, lalu mengecup pipi merah putranya gemas.
Arhan kembali naik ke kasur dan memeluk Aina dari belakang. Dia mengusap kepala Aina dan mengecupnya lembut.
"Untuk apa berbohong pada Abang? Abang tau kamu juga menginginkan Abang, sama seperti Abang yang sangat menginginkan dirimu."
"Tuhan sudah mengatur pertemuan kita, dia ingin kita bersatu. Meskipun cara kita salah, tapi Abang tidak menyesal bertemu denganmu. Abang bersyukur karena kamu sudah hadir di dalam hidup Abang."
"Kebahagiaan Abang sudah lengkap dengan kehadiran kamu dan putra kita. Apalagi yang Abang cari? Kamu begitu sempurna untuk Abang, Abang sangat menyayangimu."
Arhan larut dalam pemikirannya sendiri. Kian hari rasa sayangnya terhadap Aina kian bertambah dan menggunung.
Entah karena Aina sudah mempertaruhkan nyawanya melahirkan sang baby, atau sebab cintanya yang sudah bersemi di dalam lubuk hatinya.
Arhan yang dulunya keras dan tak punya hati, kini menjadi lebih penyabar dan penyayang. Hal itu disebabkan kehadiran Aina yang membuatnya berubah drastis.
……………
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Setelah menyusui baby nya, Aina bangkit dan masuk ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.
Dia menyadari kalau dirinya hanya orang asing di rumah itu, dia tidak ingin bermalas-malasan di sana. Ada harga yang harus dia bayar untuk semua kebaikan keluarga Arhan.
Aina turun dan berjalan menuju dapur, dia berniat membantu pelayan menyiapkan sarapan pagi.
Namun saat menapakkan kakinya di dalam dapur, Leona datang dan bergegas menghampirinya.
"Aina, apa yang kamu lakukan di sini Nak?" tanya Leona menautkan alisnya.
"Pagi Ma, Aina suntuk di kamar. Aina ingin membantu menyiapkan sarapan pagi." jawab Aina, wajahnya tampak gugup.
"Ya ampun Aina, ini bukan tugasmu. Di sini ada banyak pelayan, kamu tidak perlu membantu mereka!"
"Kamu belum 40 hari, tidak boleh bekerja terlalu berat. Istirahat saja di kamar!"
"Tapi Ma...,"
"Jangan keras kepala Aina, pikirkan dirimu dan putramu!" ucap Leona.
"I, iya Ma. Maafkan Aina ya Ma."
Aina membungkukkan tubuhnya dan menekuk wajahnya, kemudian meninggalkan dapur dan melangkah menuju kamar.
Dia termenung di sofa, matanya menatap lurus jendela kaca. Semua seperti mimpi baginya, pertemuannya dengan Arhan membuat kehidupannya berubah drastis.