Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34. Langkah Awal
***
Elang menatap tajam wajah Sherin yang terlihat
tersenyum getir, dia menggeleng lemah.
"Owhh.. kapan kalian menikah.? Adakah sesuatu
di balik pernikahan settingan ini.?"
Elang mengeluarkan suara nya dengan nada
yang terdengar berat dan jelas sekali tidak terima.
Devan menyeringai tipis sambil kemudian duduk
tenang di sofa sambil tumpang kaki.
"Itu bukan urusanmu Tuan Elang."
"Jelas itu urusanku Mr Elajar yang terhormat.!
Selama ini dia ada di bawah pengawasan ku.!"
"Sekarang tugasmu sudah selesai.! Kau tidak
perlu lagi merasa harus mengawasinya.!"
"Ya.. tentu saja.! Tapi aku harap kalian tidak
terlalu lama memainkan sandiwara ini.!"
"Semuanya akan berjalan sesuai dengan apa
yang sudah aku rencanakan.!"
"Mr Elajar.. aku yakin, anda tahu dengan pasti
apa yang sedang menimpa istrimu saat ini.!"
"Tentu saja..dan aku juga tahu pasti, apa yang
terbaik untuk istri ku Tuan Elang. Kau masih
bisa menemuinya kalau mau, tapi hanya untuk
urusan penting saja!"
Wajah Elang tampak memerah, dia menarik nafas panjang sambil menatap tajam ke arah Devan
yang terlihat cuek dan acuh tak acuh.
"Setelah anda selesai dengan drama pernikahan
ini, aku harap segeralah bebaskan dia.!"
"Kak Elang.. sudah cukup.! Dan maaf.. karena
aku harus menyembunyikan semua ini darimu.!"
Sherin menatap wajah Elang penuh rasa bersalah.
Namun, gurunya itu tampak nya sudah terlanjur
kecewa. Dia memalingkan wajahnya yang kini
terlihat berubah sangat dingin.
"Baiklah.. nikmati waktu kalian.!"
Akhirnya Elang beranjak pergi dengan langkah
sedikit gontai. Dia benar-benar tidak menyangka
kalau murid kesayangannya yang sudah mengisi
hatinya bertahun-tahun lamanya itu rela menjadi
wanitanya seorang Devan Kanigara Elajar..Ya..
dia yakin, pria berkuasa itu hanya menjadikan
Sherin sebagai istri simpanannya saja.!
Sherin menghela nafas panjang, mencoba untuk
menghilangkan ganjalan karena rasa bersalah
yang kini bersarang di dalam hatinya. Dia tahu,
Elang akan sangat kecewa dengan fakta ini.
Tapi dirinya harus segera mengakhiri penantian
Elang terhadap dirinya, agar pria itu bisa fokus
pada masa depannya sendiri.
Devan menarik tubuh Sherin hingga terjatuh di
atas pangkuannya. Tangan pria itu langsung
membelit pinggangnya. Keduanya kini saling
pandang lekat, tangan Sherin berada di dada
bidang Devan, menahannya agar mereka tetap berjarak.
"Seberapa besar dia mencintaimu.?"
Alis Sherin bertaut, dia menatap Devan sedikit
bingung, pria itu mendekatkan wajahnya.
"Entahlah..aku tidak tahu.. Mungkin saja sebesar
rasa percayaku padanya.!"
"Apa kau pernah menyimpan namanya di dalam
hatimu.? Kau pernah menyukai laki-laki itu.?"
Sherin terdiam, hatinya tiba-tiba di paksa untuk
bertanya dan mencoba menelaah perasaan nya
selama ini. Perasaannya terhadap Brian, ataupun
pada Elang yang selama ini selalu ada untuknya.
"Mungkin saja.. tapi..itu tidak lebih dari perasan
kagum, karena dia pria yang penuh perhatian
dan selalu ada untukku.!"
Wajah Devan tampak berubah sedikit keras, dia
semakin mengunci pinggang Sherin hingga tubuh mereka terpaksa merapat membuat dada sintal
Sherin kini menempel ketat di dada Devan dan
nafas mereka pun mulai tidak beraturan.
"Mulai sekarang.. hapus nama pria manapun
dari hati dan pikiranmu Nyonya El..Selama kita menikah, aku tidak ingin ada yang mencemari jiwamu.!"
Wajah Sherin memerah, apa maksud pria ini
sebenarnya ? Bolehkah dia mengartikan kalau
suaminya ini sedang cemburu.? Aahh.. tapi
mana mungkin.! Apa alasannya dia cemburu.!
"Apa kau mau membelenggu kebebasanku..?
Termasuk juga hati dan perasaan ku Tuan Dev.?"
"Kalau itu di butuhkan, aku akan melakukannya.!"
"Kau sangat egois kalau begitu..!"
Decak Sherin sambil kemudian melepaskan diri
dari kekuasaan Devan dengan mendorong dada
pria itu dan segera berdiri lalu berpindah tempat
duduk karena ke dalam ruangan muncul 3 orang pelayan yang membawa semua pesanan Sherin. Hidangan laut yang serba komplit dan sangat menggoda..
Untuk sesaat mereka bertiga tampak gugup,
menatap bengong ke arah Devan yang terlihat
anteng-anteng saja memainkan ponselnya.
"Yang kalian lihat adalah benar, Tuan Elajar. Tapi
yang ada dalam pikiran kalian, itu tidak benar.
Jadi aku minta.. kalian cukup tahu saja.!"
Tegas Sherin sambil menatap ketiga pelayan
pria yang selama ini selalu melayani dirinya tiap
kali dia datang ke tempat ini.
"Ba-baik Mbak Sherin.. kami mengerti."
Sahut mereka kompak sambil menundukkan
kepala di hadapan Devan dan segera menata
hidangan di atas meja. Setelah itu, mereka pun
berpamitan lalu keluar dari tempat itu.
Akhirnya Dev dan Sherin mulai menikmati makan malam mereka. Walaupun Sherin harus sedikit mengatur porsi makannya, tapi dia sangat puas
saat melihat Devan makan dengan lahapnya,
apalagi saat dia menyuapinya. Entah kenapa,
kegiatan suap menyuapi ini seolah jadi sesuatu
yang menyenangkan untuk mereka lakukan..
***
Pagi hari yang hangat penuh semangat..
Tapi tidak bagi Devan..dia harus menelan pil
pahit semalam. Keinginannya untuk mengulang
segala kenikmatan dan keindahan seperti malam
sebelumnya harus hancur dalam sekejap.
Semalam...
Devan terlihat sudah berbaring di ranjang dengan
mengganjal punggungnya memakai bantal dan
sibuk mengecek ponselnya. Dia terus saja melirik
ke arah pintu kamar mandi. Sudah sekitar 25 menit Sherin ada di dalam sana, tapi anehnya, belum ada tanda-tanda kalau istrinya itu akan keluar.
Devan benar-benar tidak sabar lagi. Dia ingin
secepatnya menguasai tubuh indah istrinya itu. Menyentuhnya, menjelajahi, serta merasakan
segala kehangatan dan kenikmatannya yang tiada batas. Aahh..tubuh bagian bawahnya sudah
terbangun dari tadi, bahkan sejak mereka masih
di perjalanan.
Habis kesabaran, akhirnya Devan beranjak, turun
dari atas tempat tidur. Dia melangkah cepat ke
arah kamar mandi.
"Sherin.. kenapa kamu lama sekali di dalam.?
Adakah sesuatu yang lebih menarik daripada
aku di sana.? Aku menunggumu sekarang.!"
Devan menggedor pintu kamar mandi dengan
sedikit keras untuk menyadarkan Sherin agar dia
cepat keluar dari dalam sana. Sherin yang ada
di dalam memejamkan matanya kuat sambil
menutup mulutnya dengan sedikit meringis.
"Mmm..Dev.. bisakah kamu menolongku..?"
Alis Devan mengernyit bingung, dia semakin
khawatir sekarang.
"Apa yang terjadi dengan mu.? Kalau kau tidak
keluar juga, aku akan masuk sekarang.!"
"Tidak, tidak ! Jangan masuk Dev, aku mohon.!"
"Sherin ! Jangan membuatku cemas.! Cepat
keluar sekarang juga.!"
Sherin menutup wajahnya dengan air muka
yang terlihat bingung campur malu.
"Emm..Dev..bisakah kau menyuruh seseorang
membelikan..pembalut untuk ku.?"
Wajah Devan tampak bengong, pembalut.? Apa
itu.? dan untuk apa.? Apakah Sherin terluka atau..
Raut wajah Devan berubah aneh, antara kesal,
bingung dan harap-harap cemas. Tidak, tidak !
jangan sampai hal itu terjadi !
"Jangan bilang kamu sedang mencoba untuk
menghindari keinginan ku malam ini Sherin.!!"
Sherin semakin memejamkan matanya sambil
menggigit bibir bawahnya, dia tersenyum getir.
"Deevv sayaang...aku mohon..aku bukan tipe
manusia yang suka menghindar. Aku serius
saat ini, aku tidak punya stock pembalut, dan
aku lupa membelinya.!"
Bluk.!
Devan menjatuhkan dirinya di balik pintu sambil
meremas kepalanya kuat. Kacau.! hancur sudah
segala khayalan indahnya yang dia susun dari
tadi siang. Oohh.. Sheriiinn...kenapa datangnya
harus sekarang sih ?
"Dev.. kau masih di situ.? Aku mohon..aku tidak
bisa keluar sekarang. Keadaannya sangat urgent."
"Kenapa harus sekarang datangnya Nyonyaaa..."
Umpat Devan sambil kemudian berdiri, masih
dengan tampang wajah anehnya.
"Mana aku tahu Tuaann... tapi memang sudah
waktunya datang. Sudah cepat, suruh siapapun
yang bisa di suruh.!"
"Owhh Sherindaa.. kamu akan membuatku
menderita kalau begini.!"
Decak Devan sambil kemudian beranjak dari
depan pintu kamar mandi. Dengan tergesa-gesa
dia mengenakan mantel tebalnya, lalu menutup
wajahnya dengan masker full dan menyambar
ponsel serta dompetnya.
"Merk apa yang biasa kamu pakai.?"
Sebelum melangkah keluar kamar Dev berteriak. Sherin kini tertegun sesaat, jangan bilang...
"Apa saja yang penting bagus dan nyaman.."
"Tunggu sebentar.! jangan keluar dari dalam sana
sebelum aku kembali, aku tidak akan lama..!"
Brug !
Pintu kamar sudah tertutup rapat. Sherin hanya
bisa bengong sendiri sambil memegangi dadanya.
Apakah mungkin Devan sendiri yang pergi..??
Hahaa... impossible..! itu sangat mustahil.!!
Seumur-umur.. ini adalah pengalaman pertama
bagi Devan. Mencari dan membeli perlengkapan
wanita. Tapi dia terlihat semangat melakukannya.
Roman yang ikut menemani Tuan Muda nya itu
tampak membelalakkan matanya saat melihat barang-barang yang di ambil oleh bos nya itu.
Dia pasti sedang bermimpi kan.?
Devan memasukan pembalut dari merk terbaik
dan termahal ke dalam troli yang di bawa oleh
Roman dalam jumlah yang sangat banyak, lalu minuman dan obat-obatan pereda nyeri bagi
wanita yang sedang datang bulan. Dia sengaja
googling terlebih dahulu sebelum berbelanja
sembari berkeliling di dalam toserba itu.
"Maaf Tuan Muda..kenapa anda tidak menyuruh
saya saja, anda tidak perlu turun langsung."
Roman akhirnya mengeluarkan suara karena
tidak tahan dengan rasa penasarannya .
"Agar kamu tahu ukuran pembalut istriku.?"
Hahh.?! Roman menganga. Tuan Mudanya ini
seperti nya sedang terganggu otaknya. Ukuran
pembalut itu tidak sedetail ukuran pakaian dalam
Tuan Mudaa...Huuh aneh-aneh saja.!
"Anda sangat baik ya Tuan..mau membelikan
perlengkapan pribadi istrinya, apalagi sampai
selengkap ini !"
Puji sang kasir dengan wajah yang terlihat merah
dan tersipu sendiri. Mungkin sedang berkhayal
andai itu terjadi pada dirinya. Sementara Devan
sendiri terlihat acuh dan tidak peduli. Setelah
selesai, dia segera kembali ke lantai paling atas apartemen paling elite di kota ini.
"Apa ada yang anda butuhkan lagi Tuan.?"
Roman bertanya saat mereka tiba di depan pintu
kamar dan meletakkan barang belanjaan yang di
beli oleh Tuannya itu. Devan tampak mengibaskan tangannya, sebagai tanda bahwa tidak ada lagi
yang dia butuhkan.
"Kalau begitu saya permisi. Kalau ada yang anda
butuhkan, silahkan hubungi saya langsung."
"Romaan.. apa kamu mulai berani mengaturku.?"
"Saya tidak berani Tuan Muda.. permisi."
Roman membungkukkan badan, setelah itu dia
berlalu turun dari lantai atas masih dengan isi
otaknya yang kusut. Sementara Devan masuk membawa barang belanjaannya.
"Dev.. apa kau sudah kembali.?"
Sherin bertanya dari dalam kamar mandi. Devan
membuka otomatis pintu kamar mandi tersebut. Tanpa kata, dia mengulurkan sebungkus besar pembalut ke hadapan Sherin yang melebarkan matanya.
"Dev.. apa kau tidak salah ? Kenapa sebanyak ini.?
Aku hanya datang bulan, bukan habis melahirkan.!"
Gumam Sherin sambil meraih bungkusan itu
dengan wajah memerah. Mata Devan mengerjap.
Melahirkan..?? Ada kilatan cahaya aneh yang kini
terpancar dari bola mata coklat pekatnya. Dia
menatap tajam wajah Sherin yang terlihat hanya
mengenakkan bathrobe saja. Bibirnya tampak
menyeringai tipis.
"Bulan depan..kau sudah tidak boleh kedatangan
tamu seperti ini lagi, cukup kali ini saja.!"
Tegas Devan dengan tatapan penuh intimidasi
yang membuat wajah Sherin memucat seketika.
Apa dia tidak salah dengar.? Devan melangkah
tenang meninggalkan Sherin yang masih terlihat
terpaku di tempat, setengah syok.
Pagi ini...
Sherin tampak sibuk di dapur, dia menyiapkan
sarapan sendiri di bantu oleh Tami. Ada banyak
menu yang dia buat hari ini. Sedang asik-asiknya
menata hidangan di atas meja makan, ponselnya berdering. Dan nama Vincent yang tertera di layar.
"Hallo Tuan Vincent...ada apa pagi-pagi.."
"Sheriiinn... Sherin my dear.. kamu lihat berita
besar hari ini sekarang juga.! Gebrakan mu sudah
meledak sekarang.!!"
Sherin menjauhkan ponselnya sambil menutup
telinganya yang hampir saja berdenging. Dia
segera menutup teleponnya sepihak. Namun
tidak lama ada notif dari privat nomber.
Misi pertama sudah saya selesaikan.. Akan ada
babak kedua nanti sore..
Bibir Sherin tersenyum tipis. Dia segera meraih
cangkir kopi yang ada di atas meja kemudian
berjalan menuju lantai atas.
Saat ini Devan tengah duduk santai di kursi yang
ada di balkon. Dia baru saja selesai membersihkan
dirinya dan masih memakai jubah mandi warna
putih dengan kondisi rambut setengah basah.
Matanya saat ini sedang fokus ke layar laptopnya,
dimana di sana ada ledakan berita baru yang kini
menggegerkan jagat dunia maya. Sementara
berita tentang dirinya sudah tidak ada jejaknya
sama sekali.
Starlight Management..ternyata melakukan
eksploitasi besar-besaran terhadap model-model
di bawah umur..
Itu adalah headline news dari ratusan akun yang
di sertai dengan bukti video perundungan pihak
management terhadap model-model yang masih
berumur di bawah 15 tahun..
Starlight Management menerapkan peraturan
mencengangkan yang mengharuskan setiap
calon modelnya melakukan audisi dalam
kondisi tidak berbusana..
Yang ini headline news lainnya di sertai dengan
bukti fhoto dan video yang di samarkan.. Dan yang
paling menghebohkan dari semua berita-berita itu adalah pelecehan seksual yang di lakukan oleh orang-orang management terhadap para model
yang bernaung di bawah management Starlight.
Semua pihak kini ramai-ramai angkat bicara.
Hujatan serta cacian langsung meluncur deras
di tujukan pada pihak Starlight management
secara masif dan besar-besaran. Bibir Devan tersenyum puas. Lumayan.. istrinya ini ternyata
cukup lihai juga.
Dia menghubungi seseorang yang menjadi otak
dari ledakan berita besar hari ini.
"Iya Tuan.. saya sudah merilis berita-berita itu.!"
Terdengar suara tegas dan besar dari seberang
sana. Devan menipiskan bibirnya dengan sorot
mata penuh kepuasan.
"Pastikan berita-berita ini bertahan cukup lama.
Dan kalian pastikan tidak ada satu hacker pun
yang bisa meretas jati diri kalian.!"
"Tuan tenang saja, kita sudah menerapkan sistem
keamanan yang bisa menahan berita itu."
"Hemm.. lanjutkan. Aku akan terus memantau.!"
"Baik Tuan.. saya pastikan, minggu ini juga, nasib
Starlight Management bakal ada di ujung tanduk.!"
Devan segera menutup telepon begitu Sherin
masuk ke dalam kamar dan langsung menuju
balkon, kemudian meletakkan cangkir kopi di
atas meja di hadapan Devan.
"Selamat pagi presdir El.."
Ucap Sherin sambil meraih handuk kecil yang ada
di atas kursi yang satu lagi. Dengan gerakan taktis namun tetap lembut, dia mengeringkan rambut suaminya itu perlahan dan hati-hati. Namun Dev
malah menarik tubuh Sherin untuk duduk di atas
pangkuannya.
"Dev.. lepaskan aku. Biarkan aku mengeringkan
rambutmu. Minumlah kopinya sebelum dingin."
Ucap Sherin sambil berusaha menjauhkan diri
dari rengkuhan kuat tangan Devan. Tapi tangan
pria itu malah semakin mengunci pinggang
ramping berbentuk gitar spanyol itu.
"Itu bisa di tunda, sekarang..berikan aku ciuman selamat pagi. Dan mulai hari ini kau harus selalu melakukannya."
Mata Sherin melebar cantik, apa-apaan dia ini.?
Dia masih mencoba melepaskan dirinya.
"Aku rasa itu tidak penting Tuan.."
"Tidak ada bantahan ataupun pilihan.!"
Cup !
Sherin mendaratkan ciuman lembut di bibir tipis
nan seksi milik suaminya itu karena tidak ingin
memperpanjang urusan. Devan tersenyum, tapi alih-alih membiarkan Sherin bebas, dia malah
semakin membelit tubuh istrinya itu.
"Kau sudah melihat berita hari ini.?"
Dev bertanya sambil meraih dagu lancip Sherin
dan mendekatkan nya hingga wajah mereka kini
hanya berjarak beberapa inchi saja. Sherin
menggeleng pelan, tatapannya mengunci wajah
super tampan suaminya itu yang terlihat segar
namun masih ada kekesalan yang tersisa.
Sepertinya kejadian semalam masih berefek
sampai pagi ini.
"Aku sudah tahu apa isinya, jadi tidak penting
untuk melihatnya lagi. Aku hanya menunggu
reaksi dari pria itu.!"
"Kau tahu management mu sebobrok itu, tapi
kenapa selama ini diam saja.?"
Sherin terdiam, wajahnya terlihat sedikit getir.
Keduanya kembali saling menatap, kuat dan
dalam.
"Semuanya karena cinta.. entah cinta atau apalah
namanya. Selama ini, aku hanya bisa menahan
segala rasa bersalahku karena memilih diam.!"
"Itu bukan cinta, itu kegilaan..kau telah di paksa
berada dalam bayang-bayang bajingan itu.!"
Desis Devan dengan suara berat menahan satu
hantaman perasaan tidak terima atas pernyataan
Sherin barusan, cinta.!! Dia menarik dagu Sherin
agar semakin mendekat.
"Mungkin itulah yang sebenarnya terjadi.. Dan
sekarang, aku rasa semuanya harus berakhir."
Lirih Sherin sambil kemudian mengelus lembut
wajah mulus Devan yang berhias sedikit bulu-bulu halus di sekitar dagu dan rahang nya. Tampak
sangat menawan dengan kesan maskulin yang
sangat kental.
Devan mulai memanas, dia menarik tengkuk leher Sherin. Dan dalam sekejap keduanya sudah saling menyergap, ******* kuat, saling mencicipi rasa manis dan lembut dari bibir masing-masing. Suara desahan lembut yang keluar dari mulut Sherin
mampu memantik gairah Devan hingga darahnya berdesir hebat. Sayang nya..dia harus berjuang
untuk bisa meredamnya...
***
Bersambung...
harusnya percaya dunk sama serin,kan udh liat sdri klo Arnold udh babak belur dihajar serin,
logikannya klo serin berkhianat pst mrk udh diatas ranjang dunk bri..., km ini gmn sih😁