Damian, lelaki yang dikenal dengan julukan "mafia kejam" karena sikapnya bengis dan dingin serta dapat membunuh tanpa ampun.
Namun segalanya berubah ketika dia bertemu dengan Talia, seorang gadis somplak nan ceria yang mengubah dunianya.
Damian yang pernah gagal di masa lalunya perlahan-lahan membuka hati kepada Talia. Keduanya bahkan terlibat dalam permainan-permainan panas yang tak terduga. Yang membuat Damian mampu melupakan mantan istrinya sepenuhnya dan ingin memiliki Talia seutuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Talia berlari secepat mungkin, jantungnya berdetak kencang. Ia tidak berani menoleh ke belakang. Baru kali ini ia merasa sebegitu paniknya karena seorang pria. Damian benar-benar berbahaya!
Setelah berbelok di lorong hotel, ia bersembunyi di balik dinding, mengatur napas yang tersengal. Tangannya masih sedikit gemetar. Apa yang tadi terjadi benar-benar di luar dugaannya. Damian bukan hanya menggoda, tapi juga mendominasi dengan cara yang membuatnya bingung. Ia seharusnya marah, tapi di sisi lain, ia juga tidak bisa menyangkal kalau ia merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Mungkin karena siksaan kenikmatan itu.
Talia menggelengkan kepala. Tidak! Ini bukan saatnya memikirkan itu. Dia harus kabur secepatnya dari tempat ini, sebelum Damian mengejar dan menjadikan dia sebagai santapan di pagi hari.
Tanpa Talia sadari, ada beberapa orang laki-laki memakai pakaian hitam-hitam, dengan tubuh kekar yang sedang menatap ke arahnya. Mereka menatapnya dengan ekspresi seperti bertanya-tanya. Bahkan ada yang berbisik di antara mereka. Talia baru sadar kalau orang-orang itu berdiri di depan kamar Damian.
Siapa mereka? Apa mereka orang jahat? Ingin menjahati Damian? Awalnya Talia khawatir, tetapi kemudian ia berpikir dengan lebih realistis. Kalau orang-orang itu mau menyakiti Damian, tidak mungkin mereka akan melakukannya terang-terangan begitu.
Atau jangan-jangan mereka bodyguard Damian? Ya, itulah yang paling masuk akal. Di mata Talia penampilan mereka memang seperti bodyguard.
"Damian punya bodyguard sebanyak itu? Siapa dia?" Talia makin penasaran. Ia belum ada gerakan pergi dari situ karena rasa penasarannya yang tinggi.
Namun begitu pintu kamar Damian terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang baru saja melakukan hal yang berbahaya terhadapnya tadi, mata Talia seketika membulat lebar. Kepanikan langsung melandanya.
Kabur Talia, kabur ...
Katanya dalam hati. Kakinya awalnya berat melangkah, namun dengan susah payah akhirnya dia berhasil berlari masuk ke dalam lift dengan secepat kilat.
Pintu lift hampir tertutup saat Talia menekan tombol berulang kali dengan panik. Namun, sebelum celah pintu benar-benar menghilang, sepasang mata tajam menatapnya dari luar. Damian.
Ya ampun!
Talia merasa darahnya berdesir. Tatapan itu seolah berkata bahwa ini kau tidak akan lolos dariku, bahwa laki-laki itu pasti akan menemukannya lagi. Jantung Talia berdebar lebih cepat dari sebelumnya, namun bukan karena takut, tetapi karena rasa malunya hampir mencapai ubun-ubun. Malu karena ... Pandangannya turun ke payudaranya dan mengingat apa yang dilakukan oleh Damian tadi.
Haishh ...
Buah dadanya sudah tidak suci lagi karena pria itu.
Begitu lift bergerak turun, Talia bersandar ke dinding, mencoba mengatur napas.
Pintu lift terbuka di lantai lobi. Talia melangkah cepat keluar, berharap bisa meninggalkan tempat ini tanpa menarik perhatian siapa pun.
Namun, rasa penasaran masih menyelimutinya. Damian bukan orang biasa. Punya bodyguard, menginap di hotel mewah, dan caranya berbicara seolah ia terbiasa mengendalikan segalanya. Siapa dia sebenarnya?
Talia berjalan menuju pintu keluar untuk meninggalkan hotel tersebut. Ia merasa sedkit lapar karena belum sarapan sejak tadi, tetapi bukan itu yang paling penting sekarang. Yang paling penting sekarang adalah menghilang jauh-jauh dari pandangan Damian, lelaki yang terlalu berbahaya baginya itu.
Sementara itu di luar kamarnya, Damian masih setia menatap lurus ke lift yang di masuki oleh Talia tadi. Ia berdiri lama di sana, pikirannya di penuhi oleh gadis itu, bahkan beberapa orang yang keluar masuk dari dalam sana tak sedikit yang menatapnya dengan wajah bingung. Berpikir bahwa orang asing itu mungkin sedang kebingungan mencari jalan.
Karena Damian berdiri terlalu lama hanya menatap ke dalam lift, salah satu anak buahnya mendekat dan bertanya dengan hati-hati. Bukan Max, Max tidak ikut ke Jepang, pria itu bertugas memantau perusahaannya.
"Bos, gadis yang tadi ... Apa perlu kita kejar?" tanya laki-laki besar yang rambutnya di pangkas hampir botak.
Damian memalingkan wajahnya ke samping, dengan ekspresi kembali datar. Benar-benar terlihat seperti pemimpin yang sangat kuat dan susah di taklukan.
"Tidak perlu. Jangan menakutinya. Dia belum tahu siapa aku, kalau kalian membuatnya takut, kalian tahu kekejamanku seperti apa kan? Gadis itu, adalah masalah pribadiku. Kalian kerjakan saja tugas kalian."
Anak buah Damian langsung menunduk patuh. Tidak ada yang berani membantah ketika bos mereka sudah berbicara dengan nada seperti itu.
"Baik, bos," jawab pria botak itu sebelum memberi isyarat kepada yang lainnya untuk kembali ke posisi masing-masing.
Damian menarik napas panjang sebelum melangkah masuk kembali ke kamarnya. Begitu pintu tertutup, ia berjalan menuju jendela besar yang langsung menghadap ke kota Tokyo yang mulai sibuk.
Di refleksi kaca, ia bisa melihat bayangan dirinya, dan memori tentang Talia kembali memenuhi kepalanya. Senyum tipis muncul di wajahnya.
"Gadis yang menarik," gumamnya sambil menyentuh dagunya.
Ia mengingat bagaimana seluruh tubuh Talia yang gemetaran karena sentuhan panasnya, lenguhan dan erangan seksi gadis itu. Putingnya yang keras saat mulut Damian menggigit-gigit dan bermain seperti hewan kelaparan. Semua itu membuat Damian makin merasa lapar akan tubuh seksi gadis itu.
Damian terkekeh kecil. Talia jelas belum memahami situasinya. Gadis itu pikir ia bisa berlari darinya, tetapi justru tindakannya tadi membuat Damian semakin tertarik. Perlawanan itu ... ekspresi wajahnya yang bingung antara takut dan panik ... itu membuat darah Damian berdesir dengan cara yang sudah lama tidak ia rasakan. Bahkan sekarang ia menginginkan Talia lebih dari Kanara dulu.
"Kau membuat kesalahan, Talia," gumamnya pelan.
"Karena sekarang, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. Kau akan segera menjadi milikku." gumam pria itu lagi.
Dia akan mengikat Talia dengan cara yang membuat gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Dan ia yakin Talia akan jatuh ke dalam pesonanya. Kenapa ia bisa sangat yakin? Karena ia bisa merasakannya.
Damian tidak akan melangkah sejauh ini kalau Talia memberikan penolakan tegas kepadanya. Namun yang Damian lihat tadi bukanlah tatapan penolakan, tetapi malu yang berujung ingin menghindarinya.
Damian kembali tersenyum. Talia memang selalu dramatis, pasti sekarang dia sedang menangisi payudaranya yang sudah tidak perawan lagi karena ulah Damian. Bagaimana kalau nanti Damian berhasil memasuki gadis itu? Menjadikannya wanita seutuhnya?
Ah, Damian tidak sabar melihat reaksi dramatis Talia saat ia mengambil kesuciannya nanti. Apakah gadis itu akan menangis-nangis sambil memukulinya? Atau langsung meminta dinikahi? Tentu dengan senang hati Damian akan menikahinya. Itu yang ia inginkan, apa dia harus menampakkan diri pada keluarga Talia?
Untuk sesaat Damian ragu. Statusnya sebagai mafia, mungkin akan menjadi penghalang. Senyuman pria itu menghilang. Dia harus memikirkan cara, Talia bukan seperti Kanara. Gadis itu hidup dengan kasih sayang yang melimpah dari keluarganya. Tentu siapapun laki-laki yang akan bersama gadis itu pasti akan di seleksi baik-baik oleh keluarganya.
Untuk mendapatkan sebuah berlian yang mahal, kita memang butuh usaha. Dan Damian akan berusaha, pasti.
tanpa sadar Talia kasih bogem dan tendangan ke Damian