NovelToon NovelToon
Warisan Mutiara Hitam 2

Warisan Mutiara Hitam 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Epik Petualangan / Fantasi Timur / Balas Dendam
Popularitas:47.3k
Nilai: 5
Nama Author: Kokop Gann

(Warisan Mutiara Hitam Season 2)

Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".

Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.

Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Api Naga Inti Bumi

Suhu di dalam Kebun Obat Roh itu melonjak drastis.

Rumput-rumput liar di sekitar pendopo batu mulai mengering dan berubah menjadi abu dalam hitungan detik. Udara bergetar hebat, menciptakan distorsi visual yang membuat sosok Chen Kai terlihat seperti fatamorgana di tengah padang pasir.

Di tengah badai panas itu, Chen Kai duduk bersila, wajahnya berkerut menahan rasa sakit.

"Gila..." batin Chen Kai. "Ini bukan api biasa... ini seperti menelan timah cair!"

'Api Inti Bumi' bukanlah api yang membakar dengan cepat dan liar seperti api kayu. Api ini berat. Ia memiliki kepadatan bumi dan panas magma yang terkompresi selama ribuan tahun. Saat api itu masuk ke meridiannya, Chen Kai merasa seolah-olah seluruh pembuluh darahnya diisi dengan logam mendidih yang bergerak lambat namun menghancurkan.

"Jangan lawan beratnya!" teriak Kaisar Yao di benaknya. "Biarkan apimu memakannya! 'Api Roh Naga'-mu adalah predator. Jadikan Api Inti Bumi itu sebagai mangsanya!"

Chen Kai mengertakkan gigi. "Sutra Hati Kaisar Naga... Lahap!"

Di dalam Dantian-nya, Fondasi Naga Ungu meraung. Api ungu miliknya, yang biasanya elegan dan misterius, tiba-tiba berubah menjadi pusaran liar yang menyerbu gumpalan api oranye yang baru masuk itu.

Pertarungan dua elemen api terjadi di dalam tubuhnya.

Ungu melawan Oranye. Naga Langit melawan Inti Bumi.

Di luar, Xiao Mei dan Manajer Sun terpaksa mundur hingga ke pinggir taman.

"Panasnya..." Manajer Sun menyeka keringat yang bercucuran deras. "Bahkan dari jarak lima puluh meter, rasanya seperti berdiri di depan tungku peleburan yang terbuka. Jika Tuan Muda gagal mengendalikannya, seluruh dimensi ini bisa terbakar."

Xiao Mei menatap cemas. "Tuan Muda... bertahanlah."

Waktu berlalu lambat. Satu jam terasa seperti satu hari.

Perlahan, warna kulit Chen Kai yang tadinya merah membara mulai kembali normal. Distorsi udara di sekitarnya mulai menyusut, ditarik masuk kembali ke dalam pori-porinya.

Akhirnya, Chen Kai membuka matanya.

Tidak ada ledakan energi. Tidak ada raungan naga.

Hanya keheningan.

Tapi di pupil matanya, nyala api baru menari-nari.

Chen Kai mengangkat tangan kanannya. Dia menjentikkan jarinya.

FWOOSH.

Sebuah bola api muncul di telapak tangannya.

Ukurannya kecil, hanya sebesar buah kenari. Tapi warnanya telah berubah total. Itu bukan lagi ungu cerah, melainkan Ungu Gelap dengan urat-urat Emas Magma yang mengalir di dalamnya.

Api itu tidak berkobar liar tertiup angin. Ia diam, stabil, dan terlihat padat seolah-olah terbuat dari cairan kental.

Api Naga Inti Bumi.

"Berat," gumam Chen Kai, merasakan bobot api itu di tangannya. "Tapi... stabil."

Dia melemparkan bola api kecil itu ke sebuah batu besar di dekat pendopo.

Bola api itu tidak meledak saat menyentuh batu. Sebaliknya, ia menempel seperti cairan lengket, lalu dengan cepat membakar menembus batu itu. Dalam tiga detik, batu granit sekeras baja itu meleleh menjadi genangan lahar, tanpa suara, tanpa ledakan.

"Mengerikan," komentar Kaisar Yao dengan nada puas. "Kau berhasil menggabungkan sifat 'korosif' dan 'berat' dari Api Inti Bumi dengan 'dominasi' Api Naga. Sekarang, apimu tidak hanya membakar permukaan, tapi melelehkan sampai ke inti. Ini sempurna untuk alkimia tingkat tinggi... dan untuk menembus baju zirah musuh."

Chen Kai mengepalkan tangannya, memadamkan api itu. Dia merasa fondasi kultivasinya (Awal Pembangunan Fondasi) menjadi jauh lebih padat dan stabil berkat tempaan api bumi itu.

Dia berdiri dan membungkuk hormat sekali lagi pada kerangka Master Gu Yun.

"Terima kasih atas warisannya, Senior. Janjiku akan kupenuhi."

Chen Kai mengambil guci abu yang sudah disiapkan di meja batu, lalu dengan hati-hati memasukkan tulang-belulang Master Gu Yun ke dalamnya. Dia menyegel guci itu dan menyimpannya ke dalam cincin penyimpanannya.

Kemudian, dia mengambil gulungan catatan alkimia yang ditinggalkan.

Dia membukanya sekilas. Mata Chen Kai berbinar.

Ini bukan sekadar resep pil. Ini adalah catatan eksperimen seumur hidup seorang Master Alkemis. Di dalamnya ada teknik pengendalian api kuno, cara memurnikan racun langka, dan—yang paling berharga—resep untuk "Pil Fondasi Emas", pil yang bisa meningkatkan kualitas Pondasi seseorang ke tingkat yang lebih tinggi.

"Harta karun," kata Chen Kai. "Dengan ini dan Api baru ini, aku bisa mencoba meramu pil Peringkat Roh Tingkat Menengah."

Dia menoleh ke arah Manajer Sun dan Xiao Mei.

Mereka berdua berdiri di samping tumpukan karung yang penuh sesak.

"Tuan Muda!" seru Manajer Sun, wajahnya berseri-seri seperti anak kecil di toko permen. "Kami sudah selesai! Kami mengambil semua yang bernilai tinggi. 'Akar Naga Tanah' berusia 500 tahun, 'Bunga Tujuh Warna', 'Buah Roh Darah'... total nilainya mungkin mencapai 50.000 Batu Roh jika dijual di lelang!"

"Bagi dua," kata Chen Kai. "Kalian yang memanennya, aku yang membuka pintunya."

Manajer Sun terbelalak. "Setengah?! Tuan Muda, itu terlalu banyak untuk kami! Kami hanya tenaga kasar. 10% sudah cukup!"

"Ambil 30% kalau begitu," kata Chen Kai, tidak mau berdebat. "Gunakan bagianmu untuk memulihkan kerugian Paviliun akibat serangan Klan Jian."

"Terima kasih... Terima kasih banyak!" Manajer Sun membungkuk dalam-dalam. Loyalitasnya pada Chen Kai kini sudah tak tergoyahkan.

"Kita harus pergi," kata Chen Kai, melihat ke langit biru palsu dimensi itu yang mulai berkedip-kedip. "Tanpa Api Inti Bumi sebagai sumber tenaga, dimensi saku ini akan segera runtuh."

"Ke mana kita akan keluar?" tanya Xiao Mei.

"Kembali ke tempat kita masuk," jawab Chen Kai. "Hutan Batu Berkabut."

Dia berjalan menuju gerbang perak yang masih terbuka. Dia menatap permukaan cermin itu.

"Siap-siap," katanya, menghunus Pedang Meteor Hitam—yang kini dialiri sedikit Api Naga Inti Bumi, membuat bilahnya memancarkan hawa panas yang mendistorsi udara. "Di luar sana mungkin sudah tidak sepi lagi."

Mereka bertiga melangkah keluar menembus cermin perak.

Hutan Batu Berkabut (Dunia Luar).

Saat Chen Kai muncul kembali di amfiteater batu, hal pertama yang dia sadari adalah: Kabutnya hilang.

Tanpa kekuatan dari Gerbang Warisan yang menyegelnya, kabut ilusi yang menyelimuti hutan batu itu telah memudar sepenuhnya. Matahari sore menyinari pilar-pilar batu yang tadinya suram.

Dan dengan hilangnya kabut, visibilitas menjadi sempurna.

Di sekeliling amfiteater, puluhan pasang mata menatap ke arah mereka.

Bukan Tentara Bayaran Serigala Besi. Mereka sudah lari. Bukan Sekte Tulang Putih. Mereka sudah bubar.

Ini adalah kelompok baru.

Mereka mengenakan jubah abu-abu seragam dengan lambang Elang Besi di dada. Ada sekitar lima puluh orang, semuanya bersenjata lengkap dengan busur silang (crossbow) militer yang terarah lurus ke gerbang warisan.

Dan di depan mereka, duduk di atas kursi lipat sambil minum teh, adalah seorang pria paruh baya dengan bekas luka bakar di separuh wajahnya.

Aura pria itu... Pembangunan Fondasi Tingkat Menengah.

Saat Chen Kai, Manajer Sun, dan Xiao Mei muncul, pria itu meletakkan cangkir tehnya.

"Akhirnya keluar juga," kata pria itu santai, suaranya berat dan serak. "Aku sudah menunggu dua jam. Kabut sialan ini hilang tiba-tiba, jadi aku tahu seseorang pasti telah mengambil 'jantung'-nya."

Manajer Sun memucat. "Itu... itu Komandan Elang Besi. Pemimpin pasukan pemburu bayaran paling kejam di wilayah timur. Dia bekerja untuk siapa saja yang membayar tertinggi."

Chen Kai menyipitkan mata. "Dan siapa yang membayarmu hari ini?"

Komandan Elang Besi berdiri, menepuk debu dari celananya.

"Tidak ada yang membayarku untuk ini," katanya, menunjuk ke gerbang warisan yang mulai retak dan runtuh di belakang Chen Kai. "Aku hanya kebetulan lewat, melihat kekacauan, dan mencium bau harta karun."

Dia menatap karung-karung besar yang dibawa Manajer Sun dan Xiao Mei. Lalu dia menatap Chen Kai.

"Serahkan semua yang kalian dapatkan di dalam sana," kata Komandan itu, tersenyum memperlihatkan gigi emasnya. "Lalu potong satu tangan kalian masing-masing sebagai biaya jalan. Dan aku akan membiarkan kalian hidup."

Anak buahnya mengokang busur silang mereka serentak. KLIK-KLAK.

Manajer Sun gemetar. "Tuan Muda... jumlah mereka terlalu banyak. Dan busur silang itu... itu model penembus Qi. Perisai biasa tidak akan menahannya."

Chen Kai melangkah maju, menutupi Manajer Sun dan Xiao Mei di belakang punggungnya.

Dia menatap Komandan Elang Besi itu.

"Kau bilang kau menunggu dua jam?" tanya Chen Kai.

"Benar."

"Sayang sekali," Chen Kai mengangkat tangan kanannya. Api Ungu-Emas mulai merembes keluar dari sela-sela jarinya, menetes ke tanah seperti lahar. "Kau seharusnya menggunakan dua jam itu untuk lari."

"Sombong!" Komandan itu tertawa. "TEMBAK!"

WUUUSSHHH!

Lima puluh anak panah baja meluncur serentak, menciptakan hujan kematian yang mengarah ke satu titik.

Chen Kai tidak menghindar. Dia tidak menggunakan pedang untuk menangkis.

Dia menghentakkan kakinya ke tanah.

"Api Naga Inti Bumi: Dinding Magma!"

Chen Kai memukul tanah dengan telapak tangannya.

BOOOOOM!

Bukan dinding angin atau energi biasa. Tanah di depan Chen Kai meledak dan meleleh seketika. Semburan lava dan api ungu-emas menyembur ke atas setinggi lima meter, membentuk dinding cairan panas yang padat.

Anak-anak panah baja itu menghantam dinding magma itu.

Mereka tidak memantul. Mereka menguap.

Logam baja itu meleleh menjadi cairan begitu menyentuh suhu ekstrem Api Inti Bumi, jatuh tak berbahaya ke tanah.

Mata Komandan Elang Besi terbelalak. "Apa... Api macam apa itu?!"

Dinding magma itu turun perlahan, memperlihatkan Chen Kai yang berdiri di baliknya tanpa goresan sedikit pun. Uap panas mengepul dari bahunya.

"Giliranku," kata Chen Kai.

1
Jeffie Firmansyah
seruu ..seruu.... seruuu.... 💪 Thor
Jeffie Firmansyah
luar biasa kerenn GG abis cerita nya
Jeffie Firmansyah
kerennn abis seruuu semangat Thor 💪
Choky Ritonga
😍😍😍😍😍👌👌👌
Eka Haslinda
pokoknya ini MC yg paling keren sedunia 😍😍
kute
mantab thor makin seru, dan enak alur ceritanya
Muhamad Al Wilan Ramadhan
lanjut thor👍👍👍
andri susilo
mantap thoorrr... lanjut, jangan bikin kendor😄😄😄
Eyang Kakung
Tarian pembantaian dimulagi 🤣🤭
Eyang Kakung
lanjut
Hendra Yana
bagussss
Eyang Kakung
musuh2 nya pada sadis semua
Hendra Yana
mantap
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Sikat habis
Eyang Kakung
tingkatkan terus level kultivasi mcnya thor
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Njoooooost
Hendra Yana
di tunggu up selanjutnya
saniscara patriawuha.
walahhhhhhh pragatttttzzzzz....
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Tooooooops
saniscara patriawuha.
wadidawwwww....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!