Aku yang membiayai acara mudik suami ku, karena aku mendapat kan cuti lebaran pada H-1. Sehingga aku tidak bisa ikut suami ku mudik pada lebaran kali ini, tapi hadiah yang dia berikan pada ku setelah kembali dari mudik nya sangat mengejutkan, yaitu seorang madu. Dengan tega nya suami ku membawa istri muda nya tinggal di rumah warisan dari orang tua mu, aku tidak bisa menerima nya.
Aku menghentikan biaya bulanan sekaligus biaya pengobatan untuk mertua ku yang sedang sakit di kampung karena ternyata pernikahan kedua suami ku di dukung penuh oleh keluarga nya. Begitu pun dengan biaya kuliah adik ipar ku, tidak akan ku biar kan orang- orang yang sudah menghianati ku menikmati harta ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leni Anita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1
"Mas, tiket mu sudah aku pesan kan!" Aku berkata pada suami ku yang tampak fokus pada ponsel nya.
"Iya, makasih sayang!" Mas Randi tersenyum pada ku.
"Maaf ya mas, lebaran kali ini aku gak bisa ikut Mas mudik!" Aku merasa bersalah pada suami ku dan keluarga nya.
"Gak papa kok, keluarga ku pasti mengerti kesibukan mu!" Mas Randi menenangkan kan aku.
"Aku gak enak nih sama ayah dan ibu, karena membiarkan Mas mudik sendirian tahun ini!" Aku masih merasa tidak enak dengan keluarga suami ku di kampung nya.
"Mas akan jelas kan alasan nya, mas yakin mereka pasti akan paham dengan kesibukan manajer seperti mu!" Mas Randi membelai rambut ku yang tidak tertutup jilbab sama sekali.
Jika di rumah aku memang tidak mengenakan jilbab sama sekali, tapi kalau aku pergi keluar entah itu bekerja atau pun berbelanja aku pasti mengenakan jilbab ku.
Nama ku Arini Ambar Sari, aku bekerja sebagai seorang manajer di sebuah bank swasta di ibu kota ini. Sementara Suami ku bernama Randi Pratama, dia bekerja sebagai guru PNS di salah satu sekolah Negeri di Jakarta.
Mas Randi bukan asli orang dari sini, dia berasal dari salah satu daerah di kota Palembang. Kedua orang tua nya berada di kampung halaman nya di Palembang, bapak nya mengalami penyakit struk.
Aku adalah anak yatim piatu, kedua orang tua ku sudah meninggal lima tahun yang lalu. Aku anak tunggal, jadi itu lah sebab nya setiap kali lebaran aku akan ikut suami ku pulang ke kampung halaman nya di Palembang.
"Sayang, kapan kita akan belanja oleh - oleh nya?" Mas Randi meletakkan ponsel di atas sofa dan beralih pada ku.
"Lusa aja mas, kan hari minggu. kebetulan aku libur kalau minggu, jadi kita bisa puas belanja oleh - oleh nya!" Aku memberi saran pada mas Randi.
"Ya udah, mas setuju. oh ya sayang apa menu buka puasa kita sore ini?" Mas Randi menanyakan menu buka puasa sore ini, karena sebentar lagi akan memasuki waktu magrib.
"Tadi aku udah beli ikan kakap bakar kesukaan kamu mas, aku juga udah beli es cendol dan juga burgo kok untuk buka puasa nanti!" Aku berkata pada suami ku sambil menunjuk kan kantong yang masih berada di atas meja, sejak pulang tadi aku belum sempat pergi ke dapur. Jadi apa yang aku beli tadi masih aku letak kan di atas meja ruang tamu.
"Makasih sayang!" Mas Randi ingin memeluk ku.
"Mas, aku ke belakang dulu, aku juga belum mandi!" Aku bergegas pergi ke dapur membawa makan yang sudah aku beli di perjalanan pulang tadi.
Aku langsung menata semua nya di atas meja makan, lalu aku bergegas naik ke lantai dua di mana kamar kami berada.
Tubuh ku terasa lengket dan aku langsung mandi agar lebih segar. Ini adalah lebaran ketiga aku bersama suami ku, usia pernikahan kami sudah memasuki usia 3 tahun. Tapi kami belum di percayakan oleh Allah untuk mengasuh seorang anak.
"Alhamdulillah, udah waktu nya berbuka puasa!" Aku mengucap kan syukur ketika aku mendengar suara azan magrib dari masjid yang berada di komplek ini.
Aku segera turun ke bawah, dan ku lihat suami ku masih duduk di sofa ruang tamu.
"Mas, udah waktu nya buka puasa. buka yuk!" Aku mengajak suami ku untuk segera berbuka.
"Oh, udah buka ya sayang!" Mas Randi pun meletakkan ponsel nya di atas meja.
Aku segera memberikan es cendol kesukaan mas Randi, lalu memberikan mangkok berisi burgo, makanan yang berasal dari Kampung halaman mas Randi dan banyak di jual di sini saat bulan ramadhan.
"Sayang, tadi mbak Hera telepon aku, kata nya dia minta beliin tas pada mu. Dia udah telepon kamu, tapi katanya gak di angkat!" Mas Randi berkata saat kami sedang berbuka.
"Iya mas, tadi aku gak denger kalau mbak Hera telepon aku, masalah nya tadi aku sibuk banget dan ponsel sengaja aku silent!" Aku menjelaskan agar tidak terjadi salah paham.
"Iya sayang, makanya dia tadi telepon aku!" Mas Randi menyuap kan makanan berkuah santan tersebut ke dalam mulut nya.
Mbak Hera adalah kakak nya msa Randi, suami ku adalah anak kedua dari 3 saudara. Mas Randi memiliki seorang kakak perempuan yang sudah menikah, nama nya Mbak Hera dan seorang adik perempuan yang masih kuliah, nama nya Kinan.
"Mas, sholat dulu yuk!" Aku mengajak mas Randi untuk sholat setelah selesai berbuka puasa.
"Duluan aja sayang, perut mas rasa nya kenyang banget. Mas sholat nya belakangan aja!" Mas Randi meminta ku untuk sholat duluan
"Mas, waktu sholat magrib ini singkat loh, nanti waktu nya keburu habis ni!" Aku mengingat kan.
"Iya, nanti mas sholat. kamu duluan aja!" Mas Randi tetap menunda sholat nya.
Aku pun segera sholat magrib di atas karena takut waktu nya keburu berakhir, entah mas Randi dia jadi sholat apa tidak aku tidak tahu.
Trinng, suara ponsel ku berbunyi setelah aku selesai sholat magrib. Aku melihat Kinan yang mengirim kan aku pesan.
[Mbak, nanti belikan aku gamis yang ini ya!] Kinan mengirim kan gambar gamis yang dia mau beserta keterangan bahan dan warna nya.
[Iya, nanti Mbak belikan!] aku membalas pesan dari Kinan.
[Mbak, uang jajan ku udah habis, kirimin aku uang 3 juta aja!] Kinan kembali mengirim kan pesan pada ku.
[Iya, nanti Mbak kirim kan] aku membalas pesan dari adik ipar ku.
[Makasih ya mbak, gak pake lama] Kinan kembali mengingat kan aku
Selama ini memang aku lah yang membayar biaya kuliah Kinan, biaya sehari - hari dan biaya pengobatan bapak mertua aku yang tanggung.
Gaji mas Randi sebagai seorang guru PNS habis untuk uang bensin dan kebutuhan pribadi nya saja. Mas Randi pergi ke sekolah dengan menggunakan mobil ku, sementara aku pergi ke kantor dengan mobil dinas dari kantor.
Aku tidak mempermasalahkan semua itu, karena aku hanya ingin berbakti pada suami ku dan orang tua nya. orang tua ku sudah tiada, sementara aku hanyalah anak tunggal jadi aku merasa masih memiliki orang tua dan juga saudara dari suami ku.
"Dek, nanti transfer uang untuk THR ya, kan nanti kasihan kalau anak- anak mbak Hera meminta uang aku gak punya uang!" Mas Randi masuk ke dalam kamar menyusul ku.
"Iya mas, nanti aku transfer ya. oh ya jangan lupa nanti mas pulang ke sini bawain aku lemang ya!" Aku berkata sambil tersenyum.
"Pasti mas bawain untuk mu dek!" Mas Randi mengangguk kan kepala nya.
Lemang adalah makanan khas dari Kampung halaman suami ku yang sangat aku sukai, beras ketan yang di kasih santan dan di bakar di dalam bambu itu merupakan makanan yang paling aku cari saat aku mudik ke kampung halaman suami ku.