Bianca, adalah wanita berusia dua puluh empat tahun yang terpaksa menerima calon adik iparnya sebagai mempelai pria di pernikahannya demi menyelamatkan harga diri dan bayi dalam kandungannya.
Meski berasal dari keluarga kaya dan terpandang, rupanya tidak membuat Bianca beruntung dalam hal percintaan. Ia dihianati oleh kekasih dan sahabatnya.
Menikah dengan bocah laki-laki yang masih berusia sembilan belas tahun adalah hal yang cukup membuat hati Bianca ketar-ketir. Akankah pernikahan mereka berjalan dengan mulus? Atau Bianca memilih untuk melepas suami bocahnya demi masa depan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anniversary
Beberapa waktu berlalu, kondisi Bianca sudah sangat membaik. Meski hubungan Daniel dan Bianca pun semakin membaik, namun keduanya masih malu-malu untuk bertindak lebih jauh dari hanya sekadar pelukan.
Meski banyak hal masih menjadi pagar pembatas di dalam hubungan rumah tangga mereka, Daniel dan Bianca sama-sama menikmatinya.
"Bisakah kita menjalani semuanya secara bertahap?" tanya Bianca.
"Kita akan menjalaninya dengan pelan-pelan. Aku tidak keberatan," jawab Daniel.
Di usia pernikahan mereka yang sudah hampir memasuki tiga bulan. Daniel begitu bersabar menanti Bianca memberikan seluruh tubuhnya dengan suka rela. Meskipun ada sedikit perasaan ingin memaksa, namun Daniel berusaha untuk tidak melakukannya.
"Kita bisa berpacaran terlebih dahulu. Saling mengenal lebih jauh dan lebih dalam. Aku percaya cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu," begitulah ungkapan Daniel.
Hal itu membuat Bianca semakin sadar, bahwa laki-laki baik itu ada, dan kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari berapa usianya.
Daniel hanya masuk kuliah selama tiga hari dalam seminggu. Selebihnya, ia menemani Bianca ke kantor atau pergi ke studio foto untuk memotret saat ada pekerjaan.
Seperti pagi ini, Daniel dan Bianca sedang dalam perjalanan ke kantor. Saat melihat toko bunga di sebrang jalan, Daniel berinisiatif untuk turun dan meminta Bianca tetap berada di mobil untuk menunggu.
Banyak hal yang membuat Bianca bahagia dan melupakan rasa sakitnya, salah satunya adalah sikap manis Daniel serta perhatian bocah laki-laki itu.
Saat sedang menunggu, Bianca tidak sengaja melihat Darren sedang berdiri di samping sebuah sepeda motor sambil memainkan ponselnya. Laki-laki itu memakai celana kain berwarna hitam serta kemeja putih yang dibalut jas berwarna hitam. Di punggungnya, Darren tampak membawa tas berisi banyak kertas, karena terlihat dari resleting tas yang tidak tertutup sempurna.
Bianca memandang dengan tatapan datar. Pikirannya kosong. Entah kapan ia terakhir kali melihat Darren, kini hatinya tidak lagi bergetar saat menatap laki-laki itu dari kejauhan. Jantungnya tidak berdegup kencang saat namanya terlintas di pikiran.
Apakah sungguh Bianca telah melupakan segalanya?
"Hei," ucap Daniel. Ia masuk ke dalam mobil membawa buket berisi berbagai warna bunga mawar.
"Untukku?" tanya Bianca. Wanita itu tersenyum saat menerima pemberian suaminya.
"Ini adalah hari anniversary kita yang ke tiga bulan. Ini hadiah untukmu," ucap Daniel.
Bianca menahan tawa, sejak kapan anniversary di rayakan setiap bulan? Bukankah anniversary adalah perayaan tahunan?
"Apa ini gaya berpacaran bocah SMA?" ledek Bianca. "Terima kasih," ucap wanita itu sambil meraih sebelah lengan Daniel dan bersandar di bahunya.
"Aku tidak tahu. Tapi dulu, teman-temanku selalu merayakan anniversary mereka setiap bulan. Aku juga ingin melakukannya," jelas Daniel.
"Benarkah? Apa dulu kau juga melakukannya bersama mantan pacarmu?" tanya Bianca.
"Sejak kapan aku punya pacar. Aku tidak pernah punya pacar!" seru Daniel.
"Ah, yang benar."
"Benar. Kau cinta pertamaku," ujar Daniel sambil melirik Bianca yang tengah asik merangkul lengannya.
"Aku tidak percaya!"
"Kau bisa bilang bahwa saat itu adalah cinta terlarang, karena aku jatuh cinta pada calon kakak iparku. Tapi aku sungguh-sungguh, kau cinta pertamaku!" seru Daniel menjelaskan.
Bianca sama sekali tidak percaya. Ia mencubit pinggang Daniel dengan gemas dan meminta suaminya agar segera melajukan mobil mereka. Jika tidak, Bianca akan terlambat datang ke pertemuan penting para pemimpin perusahaan.
Dari kejauhan, Darren sangat mengenali sebuah mobil berwarna merah dengan plat nomor cantik dan stiker bunga di bagian depan kacanya.
Dengan jelas, Darren melihat saat Daniel masuk ke dalam mobil itu sambil membawa sebuah buket bunga. Laki-laki itu sudah tahu jika adiknya telah menggantikan dirinya sebagai mempelai pria demi Bianca dan bayinya.
Saat mengendarai sepeda motor miliknya dan melewati mobil Bianca, Darren bisa melihat wanita itu tengah tertawa bersama Daniel. Ada desiran aneh sekaligus kebencian dalam hatinya.
Karena asik bercanda dan saling menggoda, Bianca lupa bahwa ada Darren yang berada tidak jauh dari mobilnya.
Saat keduanya hendak pergi, Bianca tidak lagi melihat Darren. Laki-laki itu tiba-tiba hilang entah kemana, dan Bianca melupakannya seolah angin lalu yang tidak penting lagi baginya.
***