"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Arini Dan Sasa
Terdengar suara teriakan Jisya saat timah panas yang di lepaskan oleh seseorang yang entah dari mana datangnya, dan peluru tersebut hampir bersarang di kepala Jisya jika tidak segera suaminya menariknya hingga menunduk ke lantai.
Jisya benar-benar ketakutan dan memegang erat lengan suaminya.
"Mas, siapa yang sudah menyerang kita Mas?" Tanya Jisya dengan wajah panik.
"Sssttt aku juga tidak tahu siapa yang sudah melakukan itu. Apa kau baik-baik saja?" tanya Arga tampak begitu mengkhawatirkan istrinya.
Mengangguk, "Aku baik-baik saja Mas."
Jisya mengingat-ingat jika dia merasa selama ini, dia sama sekali tidak memiliki musuh. Tapi kejadian baru saja sepertinya ada sesuatu yang membuat orang tersebut melakukan hal demikian karena seperti pepatah yang mengatakan bahwa sebuah pohon tidak akan bergoyang tanpa adanya angin yang menerpa.
Arga berdiri dan keluar kamar untuk memeriksa siapa tahu saja orang yang menyerang istrinya masih berada di luar.
Tapi setelah melihat ke segala penjuru, ternyata tak ada siapapun di sekitar rumah yang dia tempati.
Dan Arga menduga jika orang itu pasti masih orang yang sama dengan orang yang tadi mengikuti mobilnya.
Aku tidak bisa membiarkan istri ku terus berada di sini, karena sepertinya nyawa istri ku sedang dalam bahaya, dan aku tidak bisa menganggap enteng dengan orang itu. Batin Arga.
"Bagaimana, Mas? Ada siapa-siapa di luar?"
Menggeleng, "Tidak. Ayo kita masuk ke dalam."
,,,
Tok tok tok
Pagi-pagi sekali. Terlihat Sasa dan Arini yang sedang mendatangi tempat tinggal Jisya.
Jisya yang mendengar seseorang mengetuk pintu dari luar, bergegas untuk membuka pintu.
Cklek
Saat pintu utama terbuka, tampak Sasa dan Arini yang sedang berdiri angkuh di luar rumahnya.
"Ternyata si gembel belum dapat pekerjaan." ujar Sasa dan tentu saja kedatangan kedua wanita itu ke sana hanya untuk menghina adiknya bersama dengan suaminya.
Jisya hanya diam dan malas untuk menanggapi hinaan yang sengaja dilontarkan oleh kakaknya. Jisya juga tahu apa tujuan kakak-kakaknya mendatangi rumahnya.
"Oh ya, ini aku ada bawakan sesuatu, iya, nggak banyak, hanya sisa-sisa makanan, lumayan masih bisa di pilih-pilih." ujar Sasa memberikan sebuah kantong kresek yang berisikan sisa makanan.
Ia sengaja datang hanya untuk menghina habis-habisan adiknya yang memilih untuk menikah dengan seorang pria biasa dan miskin seperti Arga.
Jisya melirik kantong kresek yang dipegang oleh kakaknya kemudian kembali melirik kakaknya itu.
"Jangan sombong dengan kekayaan yang kau miliki Kak. Karena ada pepatah yang mengatakan, kaki kanan tidak akan selalu berada di depan, dan begitupun sebaliknya. Apalagi semua kekayaan yang Kau dapatkan itu, hasil dari kekayaan yang kau rampas, jadi berhati-hati lah Kak. Jangan sampai kau menangis darah setelah datangnya hari di mana pada saat itu posisi kembali terbalik dan menggubah keadaan yang di atas menjadi di bawah, dan begitu juga sebaliknya," kata Jisya yang langsung mengeluarkan kata-kata pedas kepada kakaknya.
"Cih! Lihat si bodoh yang sudah menikah dengan si satpam miskin itu. Ternyata sekarang dia sudah menjadi wanita dewasa yang berani untuk melawan kakak-kakaknya, hahahaha." Ucap Sasa meledak adiknya kemudian tertawa.
"Ternyata dia juga sudah menjadi ustadzah hahahaha."
"Kau benar Sasa, dia wanita bodoh yang miskin dan sombong, juga sok jadi ustadzah sekarang. Hahahaha." Jawab Arini juga ikut tertawa melihat penderitaan adik mereka. Di mana penderitaan itu mereka lah penyebabnya karena sudah merampas semua yang di miliki sang adik.
Jisya mengabaikan kedua kakak-kakaknya dan ingin membalik badan melangkah masuk ke dalam rumah untuk meninggalkan mereka.
Tapi Jisya kembali dihentikan oleh suara Arini yang memanggilnya.
"Eh, kau mau ke mana? Selain sok, ternyata sekarang kau juga tidak tahu cara bersopan santun kepada tetamu mu. Aku dengan Sasa sudah susah payah datang kemari hanya untuk pengantar sarapan buat kau dan suamimu itu, bukannya berterima kasih, kau malah mengabaikan kedatangan kami dan tidak ingin mengambil makanan ini," ujar Arini Sinis.
Jisya kembali melirik kresek yang sedang menjulur ke arahnya menunggu untuk ia mengambil kresek tersebut yang berisikan sisa makanan.
Karena tak ingin berlama-lama berhadapan dengan kedua kakak-kakaknya yang sangat kurang ajar, sombong, dan angkuh itu, Jisya memilih mengalah dan ingin mengambil kresek tersebut agar kedua kakaknya segera pergi dari depan rumahnya yang benar-benar mengganggu pandangan.
Tapi sebelum Jisya meraih kresek tersebut dari tangan Sasa, Sasa dengan sengaja menjatuhkan kresek itu ke tanah sehingga membuat sisa makanan berserakan di bawah kaki Jisya.
Dan ternyata isi dari kresek itu adalah makanan basi sisa semalam.
Bahkan bau dari makanan itu menyeruak dan membuat teras rumah itu seketika tercium bau yang sangat menyengat dari makanan basi tersebut.
Arini berpura-pura membuat ekspresi kaget, "Ya ampun Sasa, makanan apa sih yang kamu bawa buat adik kamu, ini kok bau banget..." Ucap Arini kemudian tertawa sembari menjepit kedua hidungnya menggunakan ibu jari dan telunjuk jari agar bau dari makanan basi itu tidak terlalu menyengat.
"Ini kan emang sudah cocok dengan adik bodohmu ini, bukannya dia lebih yang seperti ini ya? Dia itu nggak suka sama yang mewah-mewah. Lihat saja suaminya, laki-laki yang dia pilih untuk menjadi pendamping hidupnya yang sama hinanya seperti makanan basi ini." Sasa benar-benar mengeluarkan kata-kata kasar dan menghina adik beserta suami adiknya.
Tanpa kedua wanita itu menyadari ternyata ada Arga di balik pintu yang mendengar dan melihat semua apa yang dilakukan oleh kedua wanita itu kepada istrinya.
Arga masuk ke dalam kamar kemudian menghubungi Sekretarisnya.
"Apa Lando sudah datang?" Tanya Arga sesaat Sekretaris Fina mengangkat panggilannya.
"Iya, Tuan. Asisten Lando sudah tiba baru saja, Tuan."
"Bagus, siang nanti kau bersiap-siap untuk mendatangi Jisya Kosmetik. Dan malam nanti atur pertemuan ku dengan wanita itu."
"Baik Tuan muda, akan segera saya laksanakan."
"Bagaimana dengan si tua bangka itu?"
"Saya sudah mengatur semuanya kemarin, Tuan. Saat bertemu dengannya, Tuan Damar langsung menyetujui untuk menandatangani kontrak kerjasama yang berada di Amerika. Dan seperti yang Tuan inginkan, Tuan Damar juga sudah melaburkan 80 persen dana Perusahaannya dengan iming-iming keuntungan besar," jelas Fina.
"Bagus! Atur rencana yang sudah aku susun dengan rapih, ingat! Jangan sampai gagal, jika sampai gagal, maka kau yang akan mempertanggungjawabkan semuanya!"
"B-baik, Tuan."
"Hm."
Usai menghubungi Sekretarisnya. Arga juga bersiap untuk berangkat bekerja sebagai satpam.
Cklek
Ia melihat ke arah istrinya yang masuk ke dalam kamar dengan wajah yang terlihat sedih juga marah.
Sedih karena kakak kandungnya rela memperlakukannya seperti orang lain, dan marah karena kedua kakaknya itu semakin keterlaluan dan semakin menginjak-injak harga dirinya dengan suaminya.
"Siapa yang datang barusan?" tanya Arga berpura-pura tidak tahu, jiga yang baru saja berada di depan rumahnya adalah kedua kakak iparnya.
"Bukan siapa-siapa, Mas." Jisya tak ingin jika suaminya tahu kalau kedua kakaknya datang untuk merendahkan harga diri mereka berdua.
"Mas, aku juga mau pamit dengan mas Arga untuk berangkat ke rumah nyonya Pramusita." Kata Jisya.
"Hm." Arga hanya berdehem seolah tak peduli dengan istrinya. Tanpa wanita itu ketahui jika suaminya tahu semuanya.
Jisya menarik nafas berat saat melihat respon suaminya.
"Mas. Apa nggak apa-apa kalau misal aku telat pulangnya?"
"Tidak."
"Oya, Mas. Kata Nyonya Pramusita, mungkin ada saat di mana dia akan mengajak ku menginap di kediamannya, apa aku bisa menginap di sana Mas?" Jisya bertanya dengan suara yang terdengar lirih.
"Hm. Tidak masalah." Jawab Arga membuat Jisya merasa jika suaminya itu benar-benar tidak peduli padanya.
"Aku mau berangkat dulu, jika kau sudah mau pergi, kunci saja pintunya." Pamit Arga ingin keluar dari kamar.
"Mas," panggil Jisya mengulur tangannya seperti ingin menjabat tangan suaminya.
Arga pun memberikan tangannya kepada Jisya, dan wanita itu langsung mencium punggung tangannya.
Setelahnya Arga langsung berangkat dengan senyuman tipis di bibirnya karena merasa sangat bahagia melihat istrinya yang sama sekali tidak berubah kepadanya, dan tetap menghargainya sebagai sosok seorang suami meski dia hanyalah seorang satpam yang tidak punya apa-apa di mata wanita itu.
Arga mengambil ponselnya dan menghubungi Oma Pramusita.
"Assalamualaikum." Terdengar suara Oma memberi salam.
"Oma---
"Di jawab dulu salam Oma!"
"Waalaikumsalam."
"Ada apa? Tumben pagi-pagi sekali kau menghubungi Oma?"
"Oma, Rega mau minta tolong sama Oma. Nanti, tolong Oma menahan istri Rega agar dia tidak pulang malam ini ke rumah, karena aku punya pekerjaan yang tidak bisa aku tunda malam nanti, Oma," jelas pria itu.
"Oke siap, itu tidak masalah bagi Oma. Oma bahkan senang jika kau mau mengizinkan istrimu untuk tinggal bersama dengan Oma."
"Nanti saja kita bahas itu, Oma. ada hal yang harus segera aku selesaikan sekarang juga,"
"Baiklah."
,,,
Malam pun tiba, terlihat Sasa yang berjalan di lorong-lorong hotel dengan gaun seksi yang memperlihatkan lekuk tubuh wanita itu.
Tok tok tok
Asisten Lando membuka pintu untuk Sasa.
"Silahkan masuk ke dalam, Nona. Tuan Rega sudah menunggu kedatangan Anda di dalam," ucap Lando sedikit penunduk tanda menghormati wanita dihadapannya.
Deg deg deg
Jantung Sasa berdebar-debar, dia berpikir kenapa pria itu ingin menemuinya di hotel dan hanya berdua. Karena Asisten Lando tidak ikut masuk ke dalam kamar.
Sasa sangat penasaran ingin melihat pria itu, apa kah pria itu masih memakai topeng seperti biasanya? sungguh dia sudah sangat penasaran dan ingin segera melihat pria yang bernama Rega Argapramana.
"Kau sudah datang?" tanya Arga dengan suara baritonnya melangkah keluar dari sebuah ruangan dan hanya memakai kimono mandi yang memperlihatkan dada bidangnya. Karena Arga memang berniat ingin menggoda Sasa untuk menghancurkan rumah tangga Sasa dengan Malvin.
Dan permainannya, dia akan memulainya dari Sasa juga Mertuanya, Malvin, Arini, dan juga Sua ibu mertuanya tentunya.
Tak!
Sasa bahkan tanpa sadar menjatuhkan tasnya dengan tubuh yang tertegun menatap kagum akan ketampanan pria yang begitu luar biasa di hadapannya.
Sasa tak pernah menduga jika pria di balik masker itu ternyata berwajah malaikat, bahkan aroma tubuhnya tercium begitu harum dan lembut yang mampu menghipnotis siapa pun wanita yang berada di hadapannya juga termasuk Sasa sendiri.
bukan bintang tujuh,puyer 16,..
yg masuk akal dikit dong yg seperti kehidupan nyata gitu lho jadi malas bacanya