Setelah lima tahun memendam rasa cinta pada pria yang berstatus sebagai mantan kekasih kakaknya akhirnya membuat Amara memberanikan diri untuk mengungkapkan rasa cintanya pada sosok pria dingin bernama Aga.
Jawaban berupa penolakan yang keluar dari mulut Aga yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tak membuat Amara gentar untuk mengejar cinta Aga. Amara yakin jika suatu saat nanti ia bisa menggantikan sosok Naina di hati Aga.
Hingga beberapa waktu berlalu, Amara yang sudah lelah mengejar cinta Aga pun akhirnya memilih berhenti dan melupakan cintanya pada Aga.
Namun hal tak terduga terjadi, sikap Amara yang tak lagi mengejar dirinya membuat Aga mulai resah terlebih saat mendengar kabar jika Amara menjalin hubungan dengan pria lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selalu Mempesona
Amara menatap kagum sosok pria yang saat ini sedang mengucapkan kata sambutan di atas panggung pada acara perayaan ulang tahun perusahaan yang saat ini sedang dipimpinnya. Sosok pria gagah dan beribawa yang saat ini ditatapnya adalah Aga. Pria yang sudah hampir lima tahun belakangan ini mengisi hati dan pemikirannya.
"Kak Aga, kau selalu saja mempesona." Gumam Amara sambil menatap sosok Aga yang saat ini sedang menuruni panggung setelah mengucapkan kata sambutan.
Amara terus menatap sosok Aga tanpa berkedip hingga akhirnya pria itu kembali duduk di kursi yang bersebelahan dengan sahabat baiknya bernama Agatha.
"Anty, Zel mau duduk sama Om Aga dulu, ya." Ucap sang keponakan yang bernama Zeline. Sejak tadi ia sudah sangat ingin menghampiri meja Aga dan keluarganya.
"Baiklah. Tapi jangan membuat keributan di sana." Pesan Amara.
"Nda suka ribut kok Zel tuh." Jawab Zeline dengan bibir mengerucut karena tidak suka mendengar perkataan Amara.
Amara hanya tersenyum melihat ekspresi menggemaskan keponakannya saat ini. "Pergilah. Bukannya Zel ingin pergi ke meja Om Aga." Ucap Amara.
Si kecil Zeline mengangguk lalu melangkah pergi menuju meja Aga dan keluarganya berada.
Melihat kedatangan Zeline ke meja mereka tentu saja membuat Aga dan keluarganya sangat senang. Terutama Papa Andrew yang sangat menyayangi Zeline dan menganggap Zeline sebagai cucu kandungnya sendiri.
Dari jarak yang tidak terlalu jauh, Amara terus menatap interaksi Zeline dan keluarga Aga. Terlihat jelas di mata Amara di balik sikap dingin Aga tersimpan kasih sayang yang sangat besar pada Zeline yang berstatus sebagai keponakannya.
Puas menatap interaksi Zeline dengan keluarga dari ayah kandung Zeline, Amara pun kembali fokus pada acara yang sedang dilangsungkan. Jika tadi ia duduk ditemani oleh Zeline, kini Amara hanya duduk sendirian.
Agatha yang sejak tadi mencuri pandang pada Amara pun berpamitan pada Papa Andrew untuk menghampiri sahabat baiknya itu.
"Zel datang, Anty pergi." Ucap Zeline sambil menatap kepergian Agatha.
Tangan Aga terulur mengusap kepala keponakannya. "Zel di sini saja sama Om dan Kakek." Ucapnya lembut dan diangguki Zeline sebagai jawaban.
Agatha yang kini sudah duduk di kursi yang tadi ditempati Zeline nampak menyenggol lengan Amara. Ia tersenyum penuh maksud pada Amara yang menatap sebal kepadanya.
"Ada apa sih, Agatha." Ucap Amara.
Agatha mendekatkan bibir ke kuping Amara. "Aku tahu sejak tadi kau memperhatikan Kakakku bukan?"
"Eh." Kedua kelopak mata Amara terbuka lebar. Bagaimana Agatha bisa mengetahui gerak-geriknya sementara sejak tadi ia merasa Agatha hanya fokus menatap ke atas panggung.
"Bagaimana kau bisa tahu, eh maksudku kenapa kau berkata seperti itu." Amara jadi gelagapan sendiri dengan jawabannya.
"Karena aku memperhatikan gerak-gerikmu sejak tadi. Aku juga melihat saat kau tersenyum sambil memegang kedua pipimu melihat kakakku berdiri di atas panggung." Agatha kembali berbisik. Berniat menggoda Amara.
Rona merah nampak muncul di wajah Amara setelah mendengarkan perkataan Agatha. "Kau jangan berbicara sembarangan Agatha." Masih berusaha mengelak walau ia tahu Agatha tak akan percaya begitu saja.
"Amara, ini sudah lima tahun sejak kau memendam perasaan pada kakakku. Apa saat ini kau tidak berniat mengatakan cinta atau mengejar cinta kakakku. Mungkin saja jika kau mau bergerak kakakku bisa melihatmu sebagai seorang wanita." Ucap Agatha membuka pemikiran Amara yang selama ini hanya mencintai Aga dalam diam.
***
buat author semangat nulis nya
mentang2 kaya sama suami berani apalagi sana anak2nya
Gak benar tuh punya pandangan seperti mama Tyas
Tapi mamamu materialistis tuh gimana coba. .
Semangat untuk berjuang bersama Sisil
Tapi mama Tyas pasti heboh melarang cinta mereka