Area 21+
Anak di bawah umur dilarang mendekat.
Tentang Bianca yang memendam perasaan cinta terhadap Alexander Valentino sahabat kakaknya. Ia rela dijadikan partner di atas ranjang bagi pria itu meski ia tau hati Alex begitu kuat berpaut pada kekasih yang sangat dicintainya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Di tempat lain, dengan perasaan gusar Alex membawa mobilnya. Ia mengkhawatirkan Salsa namun ia juga berat meninggalkan Bian. Ia takut terjadi sesuatu pada gadis itu, bagaimana pun Bian tak pernah dibiarkan sendiri.
Alex memang tengah dalam perjalanan menuju pulang namun fikiran nya masih tertinggal. Ia menyesalkan keputusan Bianca yang tak mau ikut dengan nya. Namun ia juga tak bisa menyalahkan gadis itu sepenuh nya, benar apa yang Bianca katakan ia tak bisa memvonis penting atau tidak nya suatu urusan bagi orang lain.
Bayangan Bianca dan Salsa bergantian memenuhi otaknya. Beberapa kali Alex memukul stir dan berteriak berharap bisa mengurangi kegusaran nya.
Setelah 3 jam berlalu Alex akhirnya tiba. Ia termenung sejenak, karena terlalu panik ia tak sempat menanyakan Salsa berada di rumah sakit mana.
Alex segera meraih ponselnya membuka nomor kekasih nya dan mulai menelfon. Setelah menunggu akhirnya telfon nya kini tersambung.
"Babe, uda di mana?" tanya Salsa manja.
"Aku uda sampe, kamu di rumah sakit mana?"
"Aku uda di apartemen" Jawab Salsa masih dengan manjanya, Kening Alex berkerut heran karena Salsa sudah tidak berada di rumah sakit.
"Kamu abis kecelakaan kenapa sudah pulang?" Tanya Alex tak bisa menutupi rasa heran nya.
"Nanti aku ceritain babe, buruan ke sini ya"
Ucap gadis itu.
Alex mematikan sambungan telfon kemudian melajukan mobilnya menuju apartemen Salsa. Kini perasaan khawatir pada Bianca lebih mendominasi.
15 menit kemudian Alex sampai tujuan, ia segera memarkirkan mobilnya lalu bergerak menuju lift untuk segera menuju unit Salsa.
"Bagian mana yang sakit babe?" Alex menatap tubuh Salsa dari atas sampai ke bawah ketika pintu apartemen gadis itu terbuka menampakkan sosok Salsa. Di luar dugaan gadis itu terkekeh yang membuat Alex dilanda kebingungan.
"Prank sayang" Ucapnya yang membuat Alex semakin menatap heran pada Salsa.
"Maksud kamu?"
"Iya aku cuma ngeprank kamu, ingin tahu seberapa besar rasa peduli serta rasa cinta kamu ke aku. Ternyata kamu benar-benar cinta sama aku, aku terharu sekali sayang" Salsa mengecup pipi Alex dan memeluknya Erat. Sementara Alex hanya terpaku, berusaha mencerna ucapan Salsa.
"Sayang kok diam aja?" Salsa melepaskan pelukan nya lalu menarik Alex untuk masuk ke dalam apartemen nya.
"Jadi maksud nya kamu bohong? kamu nggak kecelakaan?" Alex berusaha memastikan.
"Iya, aku bohongin kamu. Yeayy aku berhasil" Ucap Salsa sambil tersenyum lebar.
"Kamu bohong, berpura-pura kecelakaan cuma mau menguji seberapa besar rasa cinta aku ke kamu?"
Salsa mengangguk dengan bangga.
Emosi Alex terasa memuncak hingga ke ubun-ubun. Namun Alex berusaha meredam nya dengan menggenggam tangan nya dengan kuat.
"Kamu tau aku pulang malam-malam dengan kecepatan tinggi hanya untuk menemui kamu yang sedang mengerjai ku?" Suara Alex bergetar menahan amarahnya. Salsa sedikit menciut, ia sadar ia sudah sangat keterlaluan.
"Tanpa kamu uji harus nya kamu bisa merasakan betapa besar rasa cinta aku ke kamu, jika ada yang harus diragukan itu justru kamu Salsa! Kamu yang berulang kali menolak saat aku menawarkan keseriusan. Dan kamu melakukan hal konyol ini untuk mengukur seberapa besar cinta aku ke kamu? konyol Salsa! bahkan aku meninggalkan Bianca sendirian. Kalau terjadi apa-apa dengan nya apa yang harus aku katakan pada Brian?" emosi Alex benar-benar semakin tersulut saat ia mengingat Bianca, ia telah memaksa gadis itu pulang meninggalkan acara penting nya.
"Maaf sayang, aku nggak maksud kayak gitu. Maaf aku gegabah" nyali Salsa benar-benar ciut melihat kobaran amarah di mata kekasihnya.
"Kamu childish tau nggak" Alex berucap dengan kecewa.
"Tapi aku kangen kamu babe" Kilah gadis itu.
"Harusnya kamu ngertiin aku babe, aku uda bilang setelah pulang langsung nemuin kamu" dada Alex tiba-tiba terasa sesak saat mengingat tatapan kecewa Bianca ketika ia memaksa gadis itu untuk pulang, entah akan ke mana ia meletakkan wajahnya andai Bianca benar-benar ikut dirinya dan mengetahui bahwa Salsa hanya mempermainkan mereka.
"Jadi kamu lebih suka aku beneran kecelakaan?" Salsa pura-pura merajuk.
"Kamu tau maksud aku bukan itu Salsa. Aku nggak nyangka kamu bisa bersikap kekanakan seperti ini."
Tanpa bicara lebih banyak lagi Alex berbalik dan meninggalkan apartemen Salsa ia menghiraukan panggilan gadis itu. Ia bahkan berlari menuju lift. Rasa bersalah pada Bianca sangat menyiksa nya.
"Maafin abang bi" Alex terus mengucapkan kalimat itu berkali-kali sembari membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, menembus pekatnya malam. Sekarang sudah hampir jam 10 malam. Bayangan Bianca menari-nari di otaknya, terlebih saat bayangan Andre tengah menggoda Bianca melintas membuat darah nya semakin mendidih. Ia tak mempedulikan apapun lagi saat ini, ia hanya ingin segera tiba di perkemahan dan meminta maaf pada gadis itu.
Waktu yang harusnya ditempuh selama 3 jam kini hanya ditempuh oleh Alex kurang dari 2 jam, karena ia membawa mobilnya dengan gila. Alex segera berlari menuju tenda Bianca dengan tidak sabar.
Setibanya di dalam Alex terpaku menatap Bianca yang tengah bergelung di dalam selimut, hatinya terasa diremas saat melihat tubuh gadis itu bergetar dan terdengar isakan. Sepertinya gadis itu sedang menangis. Bianca tidak menyadari kedatangan pria itu
"Sayang, maafin abang egois" Alex segera mendekat dan menarik selimut Alex.
Bianca yang tak menyangka Alex datang tampak kelabakan, ia menghapus air mata yang memenuhi wajahnya.
"A-abang?" matanya membulat penuh
Alex menatap lembut pada Bianca, menangkup pipi gadis itu.
"Maaf, maafin abang sayang" Ucap Alex lirih.
"Nggak seharus nya abang ninggalin kamu sendirian" Alex tak bisa menutupi rasa bersalah nya. Ia tau saat ini Bianca pasti sangat kecewa padanya.
"Kak Salsa gimana?" tanya Bianca dengan tatapan sendu. Alex menarik tubuh Bianca ke dalam pelukan nya.
"Jangan fikir kan, kamu kenapa belum tidur" Alex melirik jam tangan nya, hari sudah menjelang tengah malam.
"Nggak bisa tidur, takut sendirian" Ucap Bianca polos, ia menunduk malu saat Alex melepaskan dekapan dan menatap padanya
"Kalau tidur di rumah sendirian Bian nggak takut, tapi ini di hutan" cicit gadis itu, entah mengapa melihat wajah polos Bianca yang memerah membuat dada Alex bergelora.
"Tadi lupa minta ditemenin kak Andre" ucap Bianca yang membuat Alex begitu gemas. Gadis itu sepertinya sengaja menggoda dirinya. Alex langsung meraup bibir Bianca, menyesap nya dengan penuh perasaan, seolah ingin menebus rasa bersalah nya lewat kecupan itu.
Bianca memejamkan matanya saat Alex semakin dalam menciumnya, melu**t bibirnya dengan lembut lalu kemudian membelit lidah gadis itu saat Bianca membuka mulutnya.