Monika (23), seorang aktris multitalenta dengan karier gemilang, harus menghadapi akhir hidupnya secara tragis, kepleset di kamar mandi! Namun, bukannya menuju alam baka, ia justru terbangun di tubuh seorang wanita asing, dalam satu ranjang dengan pria tampan yang tidak dikenalnya.
Saat matanya menyapu ruangan, ia segera menyadari bahwa dunia di sekitarnya bukanlah era modern yang penuh teknologi. Ia terjebak di masa lalu, tepatnya tahun 1990! Sebelum sempat memahami situasinya, penduduk desa menerobos masuk dan menuduhnya melakukan dosa besar: kumpul kebo!
Lebih parahnya lagi, tunangan asli pemilik tubuh ini datang dengan amarah membara, menuntut pertanggungjawaban. Monika yang dikenal mulut tajam dan suka tawuran harus mencari cara untuk keluar dari kekacauan ini. Bagaimana ia bisa bertahan di masa lalu? Dan siapa sebenarnya pria tampan yang terbangun bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyonya Yan
Lin momo menatap Yan Zhi dengan ekspresi penuh ketertarikan. Pria ini tidak hanya tampan, tapi juga cukup berani untuk menantang situasi yang baru saja mereka hadapi.
Yan Zhi membalas tatapan Lin Momo dengan senyum santai. "Kalau begitu, kau bersiaplah… Siapkan buku rumah tanggamu, kita akan langsung pergi ke catatan sipil."
Lin Momo mengangkat sebelah alisnya, lalu bersedekap. "Oh? Kau serius?"
Yan Zhi mengangkat bahu. "Bukannya ini yang kau usulkan tadi? Lagipula, jika kita tidak segera menikah, kau akan terus menjadi bahan gosip di desa ini. Daripada berlama-lama, lebih baik kita selesaikan sekarang juga."
Lin Momo tertawa kecil. "Baiklah, Tuan Yan. Aku suka pria yang tegas."
Penduduk desa yang masih berkumpul di sekitar mereka tampak terkejut dengan kelancangan Lin Momo. Biasanya, wanita yang tertangkap basah dalam situasi seperti ini akan menangis atau menundukkan kepala karena malu. Tapi Lin Momo? Dia malah menantang keadaan seolah ini bukan masalah besar.
Sementara itu, Wu Yuan dan Xie Wen yang masih berdiri tak jauh dari mereka tampak semakin kesal.
Wu Yuan melangkah maju, berusaha mempertahankan harga dirinya yang sudah hancur di depan semua orang. "Lin Momo! Kau pikir dengan menikah mendadak kau bisa mencuci namamu?! Apa kau yakin pria ini mau menikahi wanita sepertimu?"
Lin Momo menyeringai. "Oh, aku tidak hanya yakin, tapi aku tahu. Kau lihat sendiri tadi, dia yang mengusulkan untuk menikah lebih dulu. Kau iri?"
Yan Zhi mengangguk santai. "Benar. Aku tidak punya alasan untuk menolak wanita seperti Lin Momo."
Xie Wen menatap mereka dengan ekspresi masam. "Yan Zhi kau bahkan tidak tahu siapa dia! Lin Momo itu wanita desa biasa, wajahnya penuh jerawat, kulitnya gelap karena terlalu sering bekerja di sawah. Dia tidak pantas untukmu!"
Lin Momo menoleh ke Xie Wen dan mendengus. "Lucu sekali. Jadi kau pikir Wu Yuan pantas untukku? Lihat saja, dia bahkan menghabiskan semua uang yang aku hasilkan dari kerja keras untuk mempersiapkan pernikahan yang ternyata… untukmu!"
Penduduk desa kembali berbisik-bisik. Sebagian besar dari mereka memang sudah curiga dengan hubungan Wu Yuan dan Xie Wen, tapi baru kali ini ada yang mengatakannya secara terang-terangan.
Yun Zhi meraih tangan Lin Momo dengan percaya diri. "Ayo kita pergi. Semakin lama di sini, semakin banyak orang buang-buang waktu mendengarkan omong kosong."
Lin Momo mengangguk puas. "Setuju. Aku bahkan tidak sabar melihat ekspresi mereka saat kita resmi menikah."
Mereka berdua melangkah pergi, meninggalkan Wu Yuan dan Xie Wen yang hanya bisa menggigit bibir karena malu dan marah.
Lin Momo duduk di bangku kayu tua sambil mengamati sekelilingnya. Kantor catatan sipil di tahun 1990 ini jauh berbeda dari yang ia kenal di masanya. Tidak ada komputer, tidak ada mesin pencetak modern, hanya tumpukan dokumen dan pegawai yang menulis semuanya secara manual.
Yan Zhi duduk di sampingnya, tampak tenang seperti biasa.
"Jadi, kau benar-benar serius menikah denganku?" tanya Lin Momo sambil menyilangkan kakinya.
Yan Zhi menoleh dan tersenyum. "Apa menurutmu aku bercanda?"
Lin Momo menghela napas. "Jujur saja, aku tidak menyangka pernikahan pertamaku akan seperti ini. Tanpa pesta, tanpa gaun mewah, bahkan tanpa cincin."
Yan Zhi mengangkat alis. "Kau mau cincin?"
Lin Momo menatapnya. "Tentu saja. Jika kita akan menikah, aku tidak mau setengah-setengah."
Yan Zhi berpikir sejenak, lalu menarik sesuatu dari sakunya. Sebuah cincin perak sederhana.
"Aku memang tidak merencanakan ini, tapi kebetulan aku punya sesuatu yang bisa dipakai untuk sementara," katanya sambil menyodorkan cincin itu ke Lin Momo.
Lin Momo mengambilnya, memperhatikan desainnya. Tidak ada berlian atau ukiran rumit, hanya cincin perak polos, tapi entah kenapa terasa hangat di tangannya.
"Bagaimana kau bisa punya ini?" tanyanya penasaran.
Yan Zhi tersenyum tipis. "Itu cincin milik ibuku. Aku selalu membawanya untuk kenang-kenangan."
Lin Momo terdiam sejenak. "Baiklah, aku akan memakainya untuk sekarang."
Seorang pegawai tua datang membawa formulir. "Tuan Yan dan Nona Lin, harap isi dokumen ini."
Lin Momo mengambil pena, lalu melihat Shen Jun. "Nama lengkapmu siapa?"
"Yan Zhi," jawabnya santai.
Lin Momo menuliskan namanya di formulir. "Jadi, aku sekarang akan menjadi Nyonya Yan?"
Yan Zhi tersenyum. "Sepertinya begitu."
Setelah beberapa tanda tangan dan cap jari, akhirnya semuanya selesai.
Pegawai itu menyerahkan dokumen resmi mereka. "Selamat, kalian sekarang resmi menjadi suami istri."
Lin Momo mengambil dokumen itu dan menatapnya dengan perasaan campur aduk. "Jadi… hanya dengan ini, kita sudah menikah?"
Yan Zhi menatapnya dengan tatapan geli. "Kau mengharapkan lebih?"
Lin Momo menyeringai. "Ya, aku mengharapkan sesuatu yang lebih dramatis."
Yan Zhi terkekeh. "Jangan khawatir. Aku yakin hidup bersamamu tidak akan pernah membosankan."
Lin Momo tertawa kecil. "Kau benar."
Mereka pun keluar dari kantor catatan sipil sebagai pasangan suami istri yang sah.
Yan Zhi menarik tangan Lin Momo dengan santai, seolah mereka sudah terbiasa bersama. "Sekarang ayo, aku bantu membereskan pakaianmu."
Lin Momo menatapnya dengan alis terangkat. "Kemana?"
Yan Zhi menoleh ke arahnya dengan ekspresi seperti bertanya balik. "Tentu saja pindah rumah bersamaku. Bukankah kita sudah menikah?"
Lin Momo menyilangkan tangan di dadanya. "Apakah harus?"
Yan Zhi terkekeh. "Tentu saja, kita sudah sah suami istri. Kalau beda tempat tinggal, bukankah akan menjadi menjadi bahan gosip dan bahan ejekan lagi?"
Lin Momo mendengus pelan. "Aku memang tidak peduli dengan omongan orang, tapi baiklah, aku juga tidak ingin terus berurusan dengan dua manusia menyebalkan itu."
Mereka berjalan ke rumah Lin Momo yang sederhana, terbuat dari kayu dengan atap genteng yang mulai menua. Di dalamnya, ada satu lemari kayu kecil, satu ranjang sempit, dan beberapa barang seadanya.
Lin Momo melihat pakaian-pakaian lama nya yang warnanya sudah pudar. Ia menghela napas dan mulai memasukkan beberapa ke dalam tas. "Jujur saja, aku butuh pakaian baru. Selera Lin Momo dalam berpakaian sangat menyedihkan."
Yan Zhi tertawa kecil. "Kita bisa membelinya nanti."
Sambil melipat pakaiannya, Lin Momo sesekali melirik pria di sampingnya. Ia menyadari sesuatu.
Dari caranya berbicara, sikap percaya dirinya, dan cara ia memandang orang lain, Yan Zhi bukan pria biasa. Lin Momo yang di kehidupan sebelumnya seorang aktris dan sering bergaul dengan orang-orang kaya bisa merasakan aura seseorang hanya dari gerak-geriknya.
Dan saat melihat Yan Zhi, ia bisa menebak, pria ini bukan sekadar manajer pabrik biasa.
Setelah selesai berkemas, Yan Zhi mengangkat tas Lin Momo dan tersenyum. "Baiklah, ayo kita pergi. Nyonya Yan"
Lin Momo menatap rumah kecil itu untuk terakhir kalinya. Rumah yang selama ini menjadi saksi penderitaan nya. Sekarang, ia akan memulai hidup baru.
mau ketemu menantu dan mertua teh drama aja 🤦🏼
akhirnya timbul kesalah pahaman kan kasian momo kena impeknya kecewa aja ma yang zie 😏laki g tegas
gassskeun...
lanjut..
tinggal siap2 menunggu ibu mertua datang aja mo..