Anya terpaksa harus menjadi istri kedua seorang pengusaha kaya raya yang bernama Axello Richandra atas permintaan istrinya, Hellencia yang tidak bisa memiliki anak, alias mandul.
Demi mendapatkan uang biaya perawatan ayahnya yang masih koma di ruang ICU dan menebus kesalahannya yang meraup banyak kerugian, Anya pun menjalankan perannya sebagai istri muda Axello yang selalu acuh dan bersikap dingin terhadapnya.
Bisakah Anya memenuhi permintaan Hellencia untuk mengandung anak dari Axello dengan sikap Axello yang sangat dingin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AdindaRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesedihan Anya
Hari pertama kembali bekerja, tidak ada masalah yang begitu berarti untuk Anya. Semua pekerjaannya terselesaikan dengan baik. Menu yang dibuat Anya hari ini selalu mendapat penilaian yang luar biasa dari Kepala Chef.
Anya juga tidak lupa untuk menyiapkan makan siang untuk Pak Axel. Namun, ia sengaja meminta asisten pribadi Axel untuk mengantarkannya ke ruangan karena suasana restoran siang ini sangat penuh.
Tepat jam 4 sore, Anya sudah bersiap untuk pulang. Kali ini ia ingin menjenguk keadaan papanya terlebih dahulu sebelum ke Apartemen Axel. Secara kebetulan juga Axel dan juga Miss Hellen masih menyelesaikan laporan keuangan di ruangan Axel.
Anya sendiri sudah meminta izin untuk singgah ke rumah sakit terlebih dahulu sebelum pulang ke apartemen. Sesampainya di rumah sakit, ternyata Papanya tengah di cek kondisinya oleh Dokter Firman.
“Selamat sore, Dokter Firman!” sapa Anya sambil meletakkan roti sobek coklat di atas nakas.
“Selamat sore, Papa!” Anya langsung menyalami tangan papanya.
“Selamat sore, Anya!” balas Dokter Firman dan juga Pak Razil hampir beriringan.
“Bagaimana keadaan Papa sekarang, Dokter?” tanya Anya sambil memegang tangan papanya.
“Sudah jauh lebih baik, Anya! Kemungkinan lusa sudah bisa pulang ke rumah!” jawab Dokter Firman.
“Waaah, Syukurlah, Papa! Anya bener-bener seneng banget deh dengernya! Terima Kasih banyak ya, Dokter Firman!”
“Sama-sama, Anya! Kalau begitu saya permisi dulu ya!” Dokter Firman pun undur diri dari ruangan Pak Razil.
Kini Anya mulai berfikir, siapa yang nantinya akan menemani dan mengurusi papanya saat di rumah?. Dia tidak mungkin bisa mengurus papanya selagi masih terikat kontrak dengan Miss Hellen.
Terlebih saat dirinya nanti tengah mengandung anak Pak Axel. Sudah pasti Anya tidak bisa bertemu dengan Papanya dalam waktu yang lama. Sedangkan saudara Anya, tidak ada yang bisa dihubungi lagi selepas pemakaman mamanya. Mereka tidak mau direpotkan dengan Anya, mengingat Papanya tengah terbaring koma dan semua hartanya habis tak bersisa.
“Anya sayang!” panggil papanya dan membuat lamunan Anya buyar seketika.
“Eh, i-iya papa!” balas Anya sambil menyunggingkan senyum ke arah papanya.
“Kamu melamun ya? Lagi mikirin apa sih?” tanya Pak Razil dan Anya langsung menggelengkan kepalanya sambil menyunggingkan senyumannya.
“Gak ada, kok, Pa! Anya Cuma lagi seneng aja, akhirnya papa cepet sembuh!” balas Anya.
“Tapi gak tau kenapa, papa dari semalam begitu merindukan mamamu, sayang!” Ucapan Pak Razil langsung membuat mata Anya berkaca-kaca.
“Anya juga kangen banget sama mama, Pa!” Anya mengeratkan genggamannya di tangan Pak Razil.
Perlahan tangan Pak Razil mengusap kepala Anya dengan sangat lembut. “Terima kasih ya sayang. Sudah menjadi anak yang hebat dan mandiri! Papa sangat yakin, Anya adalah anak yang kuat!”
Tanpa terasa air mata Anya pun jatuh membasahi pipinya. Ucapan Pak Razil kali ini membuatnya merasakan sesak di dadanya. Ia tidak seperti mendengarkan suatu pujian dan kebanggaan, melainkan yang lainnya yang tidak bisa Anya ungkapkan.
“Bukan, Papa! Anya sangat lemah dan rapuh!” balas Anya yang semakin mengeratkan genggamannya di tangan papanya.
“Anya tidak mampu untuk hidup mandiri! Anya butuh papa untuk menemani Anya mengarungi hidup ini!”
Lagi-lagi Pak Razil tersenyum memandangi putrinya.
“Papa akan terus menemani putri kesayangan papa dimana pun papa berada. Papa yakin, Mama mu juga akan terus menemani Anya sampai kapan pun!” ungkap Pak Razil.
“Enggak, Papa! Mama sudah pergi meninggalkan, Anya!” sanggah Anya lagi.
“Jangan menangis, Anya, sayang!” Tangan Pak Razil bergerak mengusap air mata, Anya yang sudah membanjiri pipinya.
“Papa tidur dulu ya, sayang! Papa tidak akan pergi, papa hanya ingin memimpikan mamamu!” ucap Pak Razil yang kemudian mengucapkan doa dari mulutnya.
Anya pun merapatkan selimut papanya dan terus mengusap tangan papanya dengan lembut. Sedangkan Pak Razil sendiri perlahan mengatupkan matanya.
Tidak ada pikiran negatif yang terlintas dalam benak Anya. Ia pun menyandarkan kepalanya di samping papanya tanpa melepaskan genggamannya sedikit pun.
Namun, tiba-tiba elektrokardiogram atau alat rekam jantung yang terpasang di tubuh Pak Razil berbunyi panjang membuat Anya terkejut dan cepat-cepat memanggil dokter.
Dokter Firman yang kebetulan masih di sekitar ruang ICU pun bergegas masuk ke dalam kamar Pak Razil diikuti perawat yang sudah siap dengan alat pacu jantung.
Anya yang kalut melihat papanya tengah dipacu jantungnya hanya bisa menutup mulutnya dengan tangannya rapat-rapat. Jauh dalam relung hatinya yang paling dalam, Anya berharap papanya masih kembali bernafas dan memenuhi janjinya untuk terus menemani Anya.
“Pasien tidak menunjukkan reaksi apa-apa, Dokter!” ucap salah satu perawat yang kini tengah memegang pergelangan tangan Pak Razil.
Dokter Firman pun langsung mengecek secara keseluruhan secara detail dan teliti sebelum memastikan Pak Razil meninggal dunia.
Sayangnya, harapan Anya sia-sia belaka. Pak Razil sudah menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan Anya untuk selamanya. Kaki Anya terasa sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Ia terduduk lemas di ujung ruangan sambil bersandar di dinding rumah sakit.
Lengkap sudah penderitaannya saat ini. Ia hanya hidup seorang diri dengan segunung masalah yang ada di atas pundaknya. Dokter Firman yang tidak tega melihat keterpurukan Anya pun langsung mendekat ke arah Anya dan mendekapnya dengan erat.
“Papa belum meninggal kan, Dokter?” tanya Anya di tengah isak tangisnya.
“Papa hanya tidur sebentar, kan?”
“Papa gak mungkin tega tinggalin Anya sendirian, kan?”
“Bukannya tadi dokter juga bilang jika kondisi papa sudah membaik, kenapa sekarang malah jadi seperti ini?”
Tangis Anya pecah di pelukan dokter Firman. Axel dan Hellen yang baru saja datang dan hendak menjemput Anya pun sangat terkejut melihat wajah Pak Razil sudah di tutupi selimut tipis. Dengan cekatan Hellen langsung mendekat ke arah Anya dan memberi kode kepada Dokter Firman untuk melepaskan pelukannya terhadap Anya.
Dokter Firman pun langsung sadar jika apa yang ia lakukan kali ini sudah melewati batasannya. Ia pun melepaskan pelukan Anya, dan kini gantian Hellen yang memeluk Anya dengan sangat erat. Hellen terus saja mengusap punggung Anya untuk membantu meredakan tangisannya.
Sedangkan Axel pun langsung mengajak Dokter Firman ke luar ruangan untuk menanyakan apa yang sudah terjadi. Dokter Firman menceritakan jika baru saja ia mengecek kondisi Pak Razil dalam keadaan yang semakin membaik. Namun, tidak lama kemudian, ia mendengar alat pacu jantung yang ada di tubuh Pak Razil berbunyi panjang.
Dan selepas dicek secara keseluruhan, Pak Razil sudah meninggal dunia.
“Nyawa seseorang memang tidak pernah ada yang tahu, bukan? Semua itu memang sebuah misteri Tuhan. Hanya saja, aku kini sangat tidak tega melihat Anya!” ucap Dokter Firman.
“Ini yang kedua kalinya aku melihat Anya menangis pilu karena kehilangan orang terdekat yang paling ia sayang!”
Axel terhenyak mendengar cerita dari Dokter Firman. Ia sendiri tidak tega melihat kesedihan Anya kali ini. Terlebih, ia sudah mengetahui bagaimana kehidupan Anya yang sebelumnya lewat informasi yang didapatkan oleh Tian.
“Dokter Firman, tenang saja! Anya, tidak akan merasa sendiri selama ada aku di sampingnya!” ucap Axel menepuk bahu Dokter Firman.
“Hah?!” Dokter Firman sangat terkejut sambil mengerutkan dahinya.
“Aku akan mengurus semua administrasi rumah sakit terlebih dahulu!” ucap Axel sambil meninggalkan Ruang ICU.
“Apa maksud Axel berkata seperti itu?” gumam Dokter Firman sambil memandangi punggung Axel yang menghilang di pintu lift.
💞💞💞
Hai pembaca setia …
Selepas ini plotnya akan author buat cepat yaa. Biar tidak berlarut larut dalam kesedihan Anya.