NovelToon NovelToon
PEWARIS DEWA NAGA

PEWARIS DEWA NAGA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Kelahiran kembali menjadi kuat / Budidaya dan Peningkatan / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Kultivasi Modern
Popularitas:70.3k
Nilai: 4.8
Nama Author: SuciptaYasha

[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]

"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"

"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"

Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.

Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.

Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.

Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

34 Darah di Jalan Pulang: Awal Dendam Yao Yao

Kereta kayu tua itu berguncang di jalan berbatu menuju Huisan. Matahari hampir terbenam, memancarkan cahaya oranye keemasan yang melintasi padang rumput di sekitar mereka.

Di dalam kereta, Paman Guan atau nama lengkapnya Guan Yao, seorang pria paruh baya dengan rambut abu-abu dan wajah penuh kerutan, memegang kendali sambil bersenandung lagu lama.

Di sampingnya sang istri, Lin Yao duduk dengan pandangan yang melamun, sesekali memeriksa kantung kain kecil yang berisi barang-barang dagangan mereka: rempah-rempah, kain sutra, dan obat-obatan herbal. Kota Linghua telah memberi mereka untung besar, tapi hati mereka tetap berat.

"Sudah berapa lama sejak kita meninggalkan Huisan?" gumam Lin Yao pelan.

"Hampir satu bulan, jauh lebih lama dari perkiraan awal" jawab suaminya sambil menarik napas dalam. "Yao Yao pasti sangat kesepian."

Lin Yao terdiam sejenak, matanya berkaca-kaca karena kerinduan tapi mencoba tetap tegar, "Dia baik-baik saja, Suamiku. Ini bukan pertama kalinya kita meninggalkannya sendirian di rumah. Lagipula disana ada tetangga dan Liang Fei yang menjaganya."

"Kurasa kau benar, Yao Yao bukanlah anak yang cengeng. Aku khawatir tanpa alasan yang jelas," balas Guan Yao.

Malam itu, di perbatasan kota Linghua, seorang pria berdiri di pinggir jalan, mengangkat tangan untuk menghentikan kereta mereka. Pria itu mengenakan jubah gelap yang berlumuran debu, dengan topi lebar yang menutupi sebagian besar wajahnya.

"Maafkan saya," katanya dengan suara rendah namun tegas. "Bolehkan saya menumpang ke Huisan? Saya kehilangan kuda saya."

Guan Yao, yang selalu berbaik hati, segera menarik tali kekang untuk menghentikan kereta. "Tentu, Tuan. Naiklah. Tidak bijak bepergian sendiri di malam hari."

Pria itu, yang memperkenalkan dirinya sebagai Weizi, naik ke kereta dan duduk di belakang. Sepanjang perjalanan, dia hampir tidak berbicara, hanya mengamati pemandangan sekitar dengan mata yang sulit ditebak.

Lin Yao, yang selalu penuh rasa ingin tahu, mencoba membuka percakapan. "Apa yang membawamu ke Huisan, Tuan Weizi?"

"Sebuah urusan lama," jawab Weizi singkat tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Guan Yao tersenyum, berusaha mencairkan suasana. "Huisan adalah tempat yang tenang. Aku yakin kau akan menyukainya. Kalau kau beruntung, kau bisa bertemu dengan seorang pemuda hebat seperti Liang Fei. Dia seperti anak sendiri bagi kami."

Weizi akhirnya menoleh, sedikit tertarik. "Liang Fei?" tanyanya, nada suaranya mendadak berubah dingin.

"Ya," jawab Paman Guan dengan penuh semangat. "Dia adalah salah satu kultivator yang paling aku hormati. Selalu ramah dan membantu siapa pun yang membutuhkan meski ada kendala fisik."

Weizi tersenyum tipis, tapi senyuman itu tidak mengandung keramahan. "Dia tampaknya orang yang... menarik," katanya dengan nada yang sulit diartikan.

Tanpa peringatan, Weizi bergerak dengan cepat. Sebilah pisau tipis dan berkilat muncul entah dari mana, langsung meluncur ke arah Paman Guan.

Dalam sekejap, pisau itu menusuk jantung pria tua itu. Bibi Yao berteriak, terkejut dan ketakutan. Darah Paman Guan membasahi kursi kereta saat tubuhnya terkulai lemah, "K...kenapa...?" gumamnya dengan napas yang tersisa.

Weizi tidak menjawab. Dengan gerakan dingin, dia menarik pisaunya dan berbalik ke arah Bibi Yao.

"Maaf, tapi kalian membuatku mengingat kejadian lama. Banyak anak buahku terbunuh oleh pria itu, jadi aku akan membunuh siapapun yang berhubungan dengannya."

"Jangan!" teriak Bibi Yao, air matanya mengalir deras. "Kami tidak tahu apa-apa! Tolong!"

Namun, Weizi tidak mengindahkan permohonannya. Dia menghunuskan pisau ke arah Bibi Yao, mengakhiri hidupnya dengan cepat dan tanpa belas kasihan.

Kereta itu berhenti di tepi jalan, dikelilingi oleh keheningan malam yang hanya ditemani oleh suara serangga dan hembusan angin.

Weizi membersihkan pisaunya dengan kain milik Paman Guan, lalu melompat turun dari kereta. Dia meninggalkan tubuh kedua orang tua itu di sana, bersama dengan kenangan mereka yang tak akan pernah lagi sampai ke Huisan.

Di langit, bintang-bintang mulai muncul, menyaksikan tragedi yang baru saja terjadi.

Guan Yao dan Lin Yao, yang hanya ingin pulang ke kota mereka dan melepas kerinduan bersama putri mereka yang sudah lama tidak mereka temui, kini beristirahat dalam keabadian, dikhianati oleh niat baik mereka sendiri.

Weizi berjalan menjauh, menghilang ke dalam bayang-bayang malam, dengan senyum kejam yang masih tersisa di wajahnya.

...

Hari itu terasa seperti biasa. Matahari memancarkan sinarnya lembut ke hutan kecil tempat Yao Yao, Shen Yan, dan Liang Fei berlatih.

Yao Yao, meskipun masih sangat muda, sudah menunjukkan bakat yang luar biasa. Dalam waktu yang singkat, ia mencapai tahap Pembentukan Tubuh tingkat 7, sesuatu yang bahkan membuat Shen Yan, merasa kagum.

"Yao Yao, kau benar-benar cepat," puji Shen Yan sambil menyeka keringatnya. "Bahkan murid murid sekte Laut Surgawi butuh waktu berbulan bulan untuk itu. Dan kau, hanya dalam waktu satu bulan sudah berhasil."

Yao Yao tersenyum kecil, pipinya memerah. "Aku hanya mencoba yang terbaik, Kak Shen Yan. Aku tidak ingin mengecewakan Master yang sudah melatihku dengan susah payah."

Liang Fei, yang sedang berdiri di bawah pohon, mengangguk tipis. "Kecepatanmu memang luar biasa, Yao Yao. Tapi ingat, kekuatan tanpa kontrol adalah kehancuran. Latihlah pengendalianmu dengan serius."

Yao Yao mengangguk penuh semangat. "Baik, Kak Liang. Aku akan terus berlatih!"

Namun, sore itu segalanya berubah. Seorang tetangga Yao Yao dari desa Huisan muncul di hutan, napasnya terengah-engah seperti habis berlari jauh. Wajahnya suram, penuh duka.

"Yao Yao," panggil pria itu, suaranya serak.

Yao Yao berbalik, senyumnya memudar saat melihat ekspresi pria itu. "Paman Ming? Ada apa?"

Paman Ming menundukkan kepalanya, suaranya hampir tak terdengar. "Nak... aku datang membawa kabar buruk."

Liang Fei dan Shen Yan menghentikan kegiatan mereka, memperhatikan dengan seksama kabar yang disampaikan oleh orang tua itu sepertinya sangat penting.

"Apa maksud Paman?" Yao Yao melangkah mendekat, nada suaranya penuh kecemasan.

Pria itu menarik napas panjang, seolah mencari kekuatan untuk berbicara. "Orang tuamu… Guan Yao dan Lin Yao… mereka ditemukan tewas di perjalanan pulang dari kota Linghua."

Kata-kata itu menghantam Yao Yao seperti petir di siang bolong. Wajahnya memucat, tubuhnya gemetar. "Tidak… tidak mungkin…" bisiknya.

"Ada yang membunuh mereka berdua," lanjut Paman Ming, matanya berkaca-kaca. "Kami menemukannya pagi tadi… tubuh mereka di jalan setapak. Maaf, Yao Yao. Aku tidak tahu siapa yang tega melakukan hal ini."

Yao Yao jatuh berlutut, air mata mengalir deras di wajahnya. "Tidak… tidak… mereka bilang akan kembali dengan selamat… mereka sudah berjanji…"

Liang Fei melangkah mendekat, ekspresinya gelap. Ia meletakkan tangannya di bahu Yao Yao, tetapi gadis itu memukul tanah dengan tinjunya, melampiaskan rasa sakit yang tak tertahankan.

Yao Yao masih belum percaya, ia kemudian lari dengan sekuat tenaga menuju kota Huisan. Dalam pelariannya, Yao Yao masih menepis kenyataan yang dia terima, berharap jika itu hanyalah omong kosong dan kedua orang tuanya sedang menunggunya di rumah.

Namun, harapannya pupus ketika melihat banyak orang di rumahnya. Mereka mengeluarkan tubuh ayah dan ibunya yang berlumuran darah dari kereta kuda, kemudian membaringkannya di lantai dengan sebuah kain yang menutupi tubuh mereka.

"Kenapa?!" teriaknya. "Kenapa kalian pergi, aku bahkan belum bertemu kalian selama sebulan ini!"

Kaki gadis kecil itu melemah, ia kemudian berlutut di samping jasad kedua orang tuanya.

Liang Fei dan Shen Yan yang menyusulnya, juga berlutut di sampingnya, mencoba menenangkan gadis itu. "Yao Yao… aku tahu ini sulit, tapi kau harus kuat."

"KUAT?!" Yao Yao menatap Shen Yan dengan mata penuh amarah. "Bagaimana aku bisa kuat ketika orang yang aku cintai direnggut dariku?! Aku bahkan tidak ada di sana untuk melindungi mereka!"

Liang Fei, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. "Yao Yao, aku tahu rasa sakit ini tidak mudah. Jika kau membiarkan emosi menguasaimu, kau akan kehilangan dirimu sendiri."

Yao Yao mencoba berdiri meskipun kakinya masih gemetar, tangannya terkepal. "Aku tidak peduli! Orang tuaku dibunuh, Kak Liang. Aku tidak bisa hanya diam! Aku harus menemukan siapa yang melakukan ini!"

"Dan jika kau menemukannya, apa yang akan kau lakukan? Mungkin saja kau yang akan terbunuh berikutnya," ucap Liang Fei sambil menatapnya tajam, memberikan kenyataan pahit yang harus diterima oleh gadis itu.

Air mata Yao Yao terus mengalir. "Aku tidak peduli… Aku hanya tahu bahwa aku tidak akan membiarkan pembunuh itu hidup dengan bebas. Orang tuaku tidak pantas mati seperti itu."

Liang Fei menghela napas panjang, menyadari dendam gadis itu yang tidak mudah padam, "Jika itu jalan yang kau pilih, aku tidak akan menghalangimu. Tapi ingat, dendam bukan hanya soal kekuatan. Kau harus memiliki akal dan kesabaran. Jika kau ceroboh, kau hanya akan mati sia-sia."

Shen Yan memandang Liang Fei dengan cemas. "Master, kau tidak benar-benar membiarkannya melakukan hal itu, kan?"

Liang Fei menatap Shen Yan sejenak, lalu mengangguk pelan. "Dia sudah membuat keputusannya. Tapi kita tetap akan mendukungnya. Jika dia ingin balas dendam, kita pastikan dia siap untuk itu."

Yao Yao menatap Liang Fei dengan mata merah. "Kak Liang… tolong ajari aku cara menjadi lebih kuat. Aku akan menghormati orang tuaku dengan kekuatan yang bisa melindungi mereka, bahkan jika itu sudah terlambat."

Liang Fei menepuk bahunya. "Kalau begitu, kita akan mulai pelatihan yang lebih keras besok. Kau harus benar-benar menjadi kuat untuk tujuanmu itu."

Sebenarnya, Liang Fei juga sedih setelah melihat sendiri kematian dua orang yang sangat baik padanya, dia bahkan telah menganggap kedua orang itu sebagai orang tuanya.

Dalam sikap tenang Liang Fei, ada kemarahan dan dendam yang tidak terkendali. Dia ingin membalaskan kematian Guan Yao dan Li Yao, tapi dia sadar jika itu adalah tugas yang harus dipenuhi oleh Yao Yao.

'Beristirahatlah dengan tenang, Paman Guan, Bibi Yao. Aku akan mendidik Yao Yao agar kuat menghadapi dunia yang kejam ini!' batin Liang Fei penuh tekad.

Hari-hari berikutnya, Yao Yao berlatih dengan kegigihan yang hampir tak manusiawi. Rasa sakit fisik dan emosi menjadi bahan bakar yang membakar semangatnya.

Shen Yan, meskipun khawatir, tetap mendukungnya di setiap langkah.

Di balik tekad gadis itu, Liang Fei tahu bahwa Yao Yao sedang berjuang melawan sesuatu yang jauh lebih dalam—kekosongan yang ditinggalkan oleh kehilangan orang tuanya, dan bayangan dendam yang terus tumbuh di hatinya.

1
Derajat
Gaaaas Poooooool🙏🙏
Derajat
Ceritanya pasti seru kalau Liang Feng bertemu Jendral Jian Yang... seperti Janjinya dulu,
Sony Setiawan
tambah 1 lagi Thor.... lagi seru2nya nih
Caveine
saya sudah agak lupa apakah saya pernah nulis klo Seo Yun itu anak satu satunya kaisar atau tidak. klo saya pernah nulis, ya bakalan jadi kesalahan plot, mungkin nanti klo nemu bakal di revisi.
Andre Oetomo
semangat thor teruslah berkarya..
Derajat
Gaaaas Pooooooooll
Derajat
Tepati janjimu Liang Feng.... She Yao telah lama menunggu
Sony Setiawan
biar semangat... secangkir kopi buatmu thor
Caveine: thanks bg!!!
total 1 replies
Fatimah Zahra
Luar biasa
Derajat
Selamatkan Muridmu dan Bantai saja Mei Lin sang penghianat Sekte
Derajat
Keren dan Lanjutkan
Andre Oetomo
keren
KAISAR DEWA MULTIVERS
Lumayan
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
terimakasih Thor tetap semangat dan selalu jaga kesehatan
Caveine: makasih bg 🙏☺️
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
ok Thor 2 bab ga apa2 yg penting update
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
benih2 cinta /Joyful/lanjut thor
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
bantaaaaiiiiiii Thor
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
hajar thor sampe babak belur..eh bantaaaaiiiiiii /Joyful/
KAISAR DEWA MULTIVERS
mantap bos, awal² semoga tidak mengecewakan
꧁LC*¹³🌸Maz Tama °°🕊️
ok lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!