"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 23
Suasana hatinya berubah membaik setelah Sean datang membawakan dua cone ice cream, di perjalanan Arabelle memakannya sampai habis.
"Mau apalagi sekarang?" tanya Sean sebelum mereka sampai di apartemen.
"Sudah cukup."
"Mulai sekarang jangan mengkonsumsi makanan instant, janinmu harus ternutrisi dengan baik. Apalagi Dokter bilang janinmu masih lemah." Sean memperingati.
"Percepat pengajuan perceraiannya supaya aku bisa menjalani kehamilan ini dengan tenang. Jangan sampai perutku membuncit sebelum aku resmi menjadi janda."
"Jadi, kau berniat untuk menyembunyikannya dari Xander?"
"Tentu saja. Bukankah dia menginginkan kehamilanku untuk keuntungannya sendiri? Maka sampai kapanpun aku tidak akan sudi melihatnya bahagia. Apalagi janin ini bukan miliknya."
Ckiiit.
"Astaga!"
"Ma-maafkan aku, maafkan aku, aku tidak sengaja." Sean merasa sangat bersalah, dia refleks menginjak rem sampai membahayakan Arabelle dan juga janinnya.
"Fokuslah, aku akan menjelaskannya di nanti."
Sesampainya di apartemen, Arabelle meminta Sean mampir di unitnya.
"Aku yakin kau akan terkejut."
"Apa janin itu milik Zio?" tanya Sean yang sudah menduganya sejak awal.
Arabelle mengangguk pertanda iya, Sean menghembuskan nafasnya dengan kasar. Padahal awalnya dia begitu berharap bahwa Arabelle akan menjadi miliknya tetapi justru dia sudah kecolongan lebih dulu.
"Aku tahu ini salah. Saat itu aku terlalu tersulut emosi, aku sangat ingin membalas perlakuan Xander dengan cara yang sama. Awalnya aku hanya membutuhkannya sebagai alat balas dendam, pemuas naf*suku sekaligus menyelidiki Xander. Tapi lama kelamaan aku merasakan kenyamanan, dia memberiku perhatian dan perlakuan special meskipun aku tahu semuanya harus ditukar dengan uang, tapi entah kenapa aku selalu merasaan sesuatu yang berbeda jika bersamanya. A-aku juga tidak tahu ada apa dengan diriku." Arabelle mulai mencoba untuk menafsirkan perasaannya selama ini.
Lagi-lagi Arabelle berbicara secara terang-terangan jika dirinya menyukai orang lain.
"Jadi apa yang kau inginkan sekarang?"
"Tentu saja aku ingin segera lepas dari Xander. Aku tidak ingin dia tahu keadaanku dan memanfaatkannya. Aku ingin menjalani kehamilanku tanpa masalah, dan aku ingin Zio kembali." lirih di ujung kalimat yang masih bisa Sean dengar dengan jelas.
"Baiklah."
Keesokan harinya Sean mulai mengajukan tuntutan perceraian atas Arabelle terhadap suaminya, proses yang begitu cepat karena Sean adalah salah satu pengacara terbaik di Italia. Surat gugatan langsung sampai di tangan Xander hari itu juga yang mana membuat pria itu marah besar.
"APA-APAAN INI!" Xander menggebrak meja karena merasa tidak terima, istri jadi-jadiannya itu dengan berani menggungat cerai dirinya.
"Ada apa Xan?" pekik Jessica dengan panik. Dia mendengar suara gaduh dari ruangan kekasihnya.
"Coba kau baca itu!"
Jessica memungut beberapa lembar kertas yang ditunjuk oleh Xander, kedua matanya terbelalak saat membaca kalimat demi kalimat yang tertulis disana.
"Sebenarnya ada apa Xan? Kenapa Arabelle tiba-tiba menggungat cerai? Bukankah kau bilang kalian baik-baik saja?"
Xander tidak menggubrisnya, pria itu sibuk menelepon para pengawal bayarannya yang sudah dia tugaskan untuk mencari Arabelle.
"Kalian benar-benar bodoh!"
PRANK.
Ponsel mahal itu hancur setelah bertabrakan dengan dinginnya lantai marmer.
"Xan, jawab aku!" tuntut Jessica.
"Arabelle kabur sejak dua hari yang lalu, Jessie. Puas kau!!?"
"Apa? Lalu kenapa kau diam saja?"
"Aku diam saja? Aku tidak diam, aku sudah memerintahkan semua pengawal bayaranku untuk menemukannya. Tetapi sialnya wanita itu terlalu pintar bersembunyi."
"Lalu kenapa kau tidak memberitahuku?"
"Memberitahumu bagaimana sedangkan kau selalu menghindariku. Sudahlah keluar sana! Kepalaku semakin pusing karena meladenimu!"
Jessica pun kaluar tanpa protes, dia begitu kesal karena untuk yang pertama kalinya Xander berani membentaknya. Biasanya pria itu selalu berbicara dengan lemah lembut dan penuh kasih.
"Firasatku mulai buruk." lirih Jessica saat melihat situasi yang mulai tidak kondusif.