Sharon tidak mengerti mengapa takdir hidupnya begitu rumit. Kekasihnya berselingkuh dengan seseorang yang sudah merenggut segalanya dari dirinya dan ibunya. Lalu ia pun harus bertemu dengan laki-laki kejam dan melewatkan malam panas dengannya. Malam panas yang akhirnya makin meluluhlantakkan kehidupannya.
"Ambil ini! Anggap ini sebagai pengganti untuk malam tadi dan jangan muncul lagi di hadapanku."
"Aku tidak membutuhkan uangmu, berengsekkk!"
Namun bagaimana bila akhirnya Sharon mengandung anak dari laki-laki yang ternyata seorang Cassanova tersebut?
Haruskah ia memberitahukannya pada laki-laki kejam tersebut atau menyembunyikannya?
Temukan jawabannya hanya di BENIH SANG CASSANOVA 2.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Saat musik berakhir dan MC mengucapkan salam penutup, suasana masih hangat oleh tawa dan tepuk tangan penonton. Leon menunduk pelan memberi hormat khas ninja ke arah kerumunan, lalu membantu Xaviera dan Xaviero turun dari panggung.
Mereka bertiga menyusuri sisi belakang panggung, menjauh dari keramaian. Namun baru beberapa langkah, Xaviera menarik tangan Leon dan menatapnya tajam.
“Anda ...,” ucapnya pelan, namun tegas. “Anda itu Uncle LXR, kan?”
Leon terhenti. Napasnya seolah tercekat. Matanya membulat, tak menyangka akan dikenali.
Xaviero pun langsung menoleh ke arah kakaknya. “Uncle apa? Siapa dia?” tanyanya bingung, menatap antara Xaviera dan Leon secara bergantian.
Xaviera menyilangkan tangan, ekspresinya seperti detektif Conan yang baru memecahkan misteri. “Dia itu ... temenku di toktok. Kita sering DM dan dia selalu kasih love tiap aku upload gambar Naruto dan video kita saat cosplay. Dia juga pernah kirim emoji api warna oranye, sama kayak motif jubahnya hari ini,” ujarnya dengan nada puas karena berhasil menebak.
Xaviero langsung memicingkan mata ke arah Leon. “Teman di toktok?” Wajahnya berubah. Ia melangkah maju, berdiri di depan Xaviera seolah menjadi perisai hidup. “Anda orang dewasa yang sok akrab sama anak-anak di medsos?” tuding Xaviero.
Leon terbelalak. “Eh? Nggak ... nggak gitu maksudnya .…”
“PEDOFIL!” seru Xaviero sambil menunjuk Leon tepat di hidungnya. Kepalanya mendongak karena tinggi Leon yang begitu jomplang dengannya. “Anda PASTI pedofil! Saudaraku masih kecil! Gak boleh temenan sama orang gede kayak kamu di internet!”
Leon membatu. Wajahnya penuh keterkejutan. Bahkan Eric yang berdiri tak jauh hanya bisa menahan tawa sambil menutup mulutnya.
“Wah, bro ... ini sih bukan disangka penggemar, tapi dituduh kriminal,” bisik Eric geli.
Xaviera buru-buru menarik tangan adiknya. “Xaviero, jangan sembarangan! Dia tuh baik. Dia nggak pernah ngomong aneh-aneh. Cuma suka kasih semangat aja waktu aku posting cosplay.”
Namun Xaviero tetap bersikap waspada. Ia memperhatikan Leon dari atas sampai bawah, lalu menyempitkan mata. “Kalau kamu bukan orang jahat... buktikan!”
Leon mengangkat kedua tangan. “Buktikan gimana?”
“Buktikan ... Ya, pokoknya buktikan,” desak Xaviero. Xaviero sendiri bingung Leon harus membuktikan dengan cara apa.
Leon menghela napas, lalu menunduk sedikit, menyamakan tinggi matanya dengan Xaviero.
"Kamu anak pintar. Kamu langsung bersikap waspada terhadap orang asing sebagai upaya melindungi saudaramu. Kamu emang keren. Sama seperti tokoh Naruto yang keren dan selalu jadi garda terdepan untuk melindungi orang-orang tersayangnya," ucap Leon dengan mata berbinar sarat akan kekaguman.
Xaviero terdiam. Dipuji seperti itu entah mengapa membuat dadanya menghangat. Padahal ia sering mendapatkan pujian dari Dion, tapi anehnya rasanya berbeda. Perasaannya sontak berbunga-bunga setelah mendapatkan pujian dari Leon.
"Jangan mengalihkan pembicaraan! Anda sengaja memujiku biar aku juga luluh seperti Xaviera kan? Aku nggak sebodoh itu!" jawab Xaviero lugas. Ia tak mau menunjukkan kalau ia sebenarnya sudah mulai luluh dengan pujian itu.
"Xaviero, jadi kamu anggap aku bodoh, begitu, karena aku berteman sama Uncle LXR, iya?" sentak Xaviera marah.
Xaviero sontak menoleh. Wajah Xaviera sudah merah padam.
"Ng-nggak begitu maksudku. Kamu salah ..."
"Xaviero jahat!" Bibir Xaviera sudah mencebik. Dalam hitungan detik, ia pasti akan menangis kencang. Xaviero segera bersikap waspada.
Tiba-tiba Xaviera merasakan usapan lembut di kepalanya. Pelakunya adalah Leon. Xaviera pun menoleh pada Leon yang tersenyum di balik dandanannya sebagai Minato.
"Xaviero nggak bermaksud seperti itu kok. Dia itu baik. Dia itu sayang banget sama kamu. Makanya dia bersikap waspada. Dia takut ada yang nyakitin kamu," ucap Leon lembut membuat mata Xaviera berbinar. Ia terkesima.
Ternyata bukan hanya Xaviera yang terkesima, tapi juga Xaviero. Melihat bagaimana cara Leon menyikapi sodara kembarnya membuatnya seakan merasakan kehadiran seorang ayah.
Xaviera menggenggam tangan adiknya. “Dia bukan jahat kan, Xav?" Xaviera mengalihkan pandangannya pada Xaviero yang tampak menelisik Leon dengan seksama.
Xaviero tersentak sebelum akhirnya mengangguk pelan. “Oke ... aku percaya, tapi kamu tetap harus janji jangan aneh-aneh, ya?"
Leon tersenyum, menahan tawa. “Janji.”
Eric yang sejak tadi menonton langsung menepuk pundak Leon. “Kayaknya kamu harus belajar banyak dari Xaviero soal keamanan anak.”
Leon terkekeh. “Setuju.”
Dan saat itu juga, Sharon muncul dari arah belakang. Ia berdiri diam, memperhatikan tiga orang yang terlihat begitu dekat satu sama lain.
Leon menoleh pelan. Tatapan mereka bersitatap untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun.
Dan waktu seperti terhenti lagi.
Sharon menghampiri lalu tersenyum sopan, menatap pria di depannya tanpa sedikit pun curiga. “Saya Sharon,” ucapnya, suaranya lembut. “Ibu dari Xaviera dan Xaviero. Terima kasih sudah menemani mereka tadi.”
Sharon mengulurkan tangan. Leon tidak langsung membalas. Matanya menatap lekat wajah Sharon, seolah mencoba menghubungkan potongan-potongan ingatan yang berkabut. Saat akhirnya ia menjabat tangan Sharon, seakan ada arus listrik halus yang mengalir dari ujung jari hingga ke dadanya—membangkitkan memori samar yang selama ini terkubur dalam kabut.
Sebuah kilasan muncul di benaknya—seperti bayangan wajah wanita yang tersenyum di bawah sinar matahari, tawa anak-anak kecil, dan suara tangis yang menyayat yang kerap dia mimpikan.
Sharon menarik tangannya perlahan, merasa sedikit canggung melihat pria itu belum juga melepas tatapannya. “Apa kita saling mengenal?” tanyanya ragu.
Leon mengerjap, tersadar dari lamunannya. Ia buru-buru tersenyum, meski tampak sedikit kikuk. “Maaf. Saya ... saya cuma merasa seperti pernah melihat Anda sebelumnya.”
Xaviera menyela dengan semangat. “Mama, Uncle LXR itu keren banget! Dia jago gambar, suka Naruto, dan dia tuh kayak ninja beneran!”
"Uncle LXR?"
"Iya. Namanya Uncle LXR," jelas Xaviera.
“Dan dia bukan pedofil, Ma,” timpal Xaviero cepat, membuat Sharon terbatuk tertahan karena kaget. “Aku udah tes dia tadi. Aman!”
Leon menahan senyum kecut, sementara Sharon hanya bisa mengangguk, menatap anak-anaknya dengan bingung.
“Baiklah … Kalau kalian nyaman berteman dengannya, Mama juga nggak masalah. Tapi tetap hati-hati, ya,” ucap Sharon sambil menepuk kepala Xaviero.
Tatapannya kembali ke Leon. Ia mengangguk sekali lagi, ramah tapi masih canggung. “Senang bertemu dengan Anda, Mr ...?”
“Sharon, sudah selesai?" panggil Dion yang sudah mendekat ke arah Sharon. Sharon pun sontak menoleh dan tersenyum.
"Ya."
"Kalau begitu, ayo kita pulang!" ajak Dion tanpa memedulikan sosok Leon yang masih bercosplay menjadi Minato. Sharon pun mengangguk. Lalu ia mengajak anak-anaknya pulang.
Saat Sharon menggandeng kedua anaknya untuk pulang, Leon masih berdiri di tempat. Detak jantungnya tidak kunjung tenang. Nama itu … suara itu … wajah itu … semua terasa akrab, terlalu akrab.
Saat ketiganya sudah berlalu, kenapa hatinya mendadak terasa kosong—seperti ada sesuatu yang sangat penting yang telah hilang dari dirinya?
"Sharon, kenapa nama itu ... begitu familiar?"
Bersambung...
Semalam pingin double up, tapi pas liat komen, nggak jadi deh. 🤭
#kurangrame 😁
gawat kl sampai aki2 yg hobinya selingkuh sampai berhasil nyari tau masalalu leon dsn berdampak sama kembar
Tapi yg dimintain kompensasi malah lagi asik sama calon keluarga kecilnya 😁, eh ngapain si Dion dateng n mau ngacau yah. Semoga Leon ga kepancing soalnya ada duo bocil. anggap aja Dion ga ada daripada pusing n sekarang fokus aja pada Sharon, Leon.