"Hanya aku yang boleh menyiksa dan membuatmu menderita. Hanya aku yang boleh mencintai dan memilikimu."_Sean Aznand.
Sonia Elliezza, rumah tangga yang dia idam-idamkan selama ini menjadi mimpi buruk untuknya, walaupun Sonia menikah dengan pria yang sangat dia cintai dan juga mencintainya.
Hanya karena kesalahan di masa lalu, membuat rumah tangga Sonia bersama dengan Sean Aznand menjadi sangat dingin dan menegangkan serta penuh dendam dan amarah yang tak terbantahkan.
Sean memberikan pilihan pahit pada Sonia di awal pernikahan mereka yaitu pergi atau bertahan. Pilihan apakah yang Sonia ambil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesan Pertama Yang Buruk
Kenzo dan Sean mengakhiri percakapan mereka, saat akan pergi, Kenzo tidak melihat Sonia di kamar itu.
"Lama sekali istrimu mandi." Kata Kenzo yang sedari dia datang sampai dia akan pergi Sonia masih di kamar mandi.
"Paling ketiduran lagi di bathub." Sahut Sean yang sudah biasa dengan Sonia yang lama di kamar mandi.
"Tidur di bathub, ada-ada saja istrimu. Ya sudah aku pergi dulu, besok aku akan menjemputmu dan menunggu di parkiran."
"Oke."
Sean kembali menutup pintu kamar dan menguncinya, saat membalikkan badan ternyata Sonia sudah rapi dan duduk di atas kasur sambil menangis. Sean mendekati istrinya dengan cemas, takut jika Sonia sakit lagi.
"Kamu kenapa? Apa yang sakit?" Tanya Sean sambil memeriksa tubuh Sonia.
"Tadi abis mandi aku dengar kamu mau nitipin aku pada Vanno, kenapa?"
"Kamu dengar semuanya?"
"Enggak, aku cuma dengar kalo kamu mau nitipin aku pada Vanno."
Mau tak mau Sean menceritakan semuanya pada Sonia, disembunyikan juga tidak mungkin, yang ada nanti istrinya malah kepikiran dan sakit. Sean menceritakan mulai dari rencananya memburu Miller hingga menitipkan Sonia pada Vanno jika nanti dia pergi.
"Kamu tega ya jadiin aku jaminan buat papa kamu demi Miller itu? Aku takut sama papa kamu Sean."
"Makanya aku titipin kamu pada Vanno, dengan begitu papaku dan Miller tidak akan berani menyakitimu, karena mereka ada ikatan bisnis gelap dengan Vanno. Jika kamu sama Vanno, otomatis mereka akan berpikir untuk menyerang Vanno sedangkan aku sama sekali tidak berkecimpung dalam bisnis gelap."
"Tapi kamu bisa pake cara lain, nggak harus nitipin aku sama Vanno juga, kenapa nggak sekalian kamu suruh aku jadi istri keduanya Vanno." Balas Sonia yang kepalang emosi dengan Sean yang seenaknya menitipkan dia pada orang lain.
"Kok kamu ngomong gitu sih?"
"Sudah ah, aku mau pulang aja ke Indonesia. Di sana lebih aman."
"Nggak bisa, kamu lebih aman di sini jika sama Vanno."
"Kamu gila, aku benci kamu." Sonia merajuk dan berjalan menuju pintu kamar, Sean menyusulnya dan menahan Sonia agar tidak pergi.
"Oke oke aku nggak akan titipkan kamu sama orang lain, aku yang akan jagain kamu. Jangan marah lagi ya." Bujuk Sean.
"Emang kamu yakin kalau Vanno akan menjagaku, sedangkan Laura sangat membenciku dan kamu bilang kalau ayahnya Laura itu juga bergerak di bisnis gelap, itu sama aja kamu mau bunuh aku. Gimana kalau Laura minta ayahnya buat habisin aku? Kamu mau cepat-cepat jadi duda ya?"
"Maaf sayang, aku nggak kepikiran sampai sana. Maafin aku ya."
"Maaf lagi, kamu nggak punya kosa kata lain selain maaf?" Sean melongo mendengar jawaban istrinya.
"Waah balas dendam nih."
"Hehe."
Mereka berpelukan satu sama lain, Sean kembali memikirkan bagaimana cara supaya istrinya aman dari musuh-musuhnya.
...***....
Kenzo kembali mencari tau mengenai Nila dan apa motif Nila menikahi Endro, percakapan Nila dan Endro begitu ambigu bagi Kenzo. Kenzo yang sedang rebahan di kamar hotel mencoba menghubungi orang kepercayaannya.
"Coba kalian pantau terus Nila, jangan biarkan Endro datang menyakitinya, jika dia sudah boleh keluar dari rumah sakit, culik dan bawa ke sini." Perintah Kenzo.
"Baik bos, akan saya lakukan sesuai perintah." Kenzo mematikan sambungan telfon setelah mendapat jawaban dari orang kepercayaannya.
"Pasti bakalan ada kejutan baru dari kasus ini, menurutku Nila itu sangat membenci Endro, Sean, dan Fian. Bukan membenci Sonia, tapi kenapa dia malah sering menyakiti putrinya sendiri?"
Kenzo menggelengkan kepalanya karena pusing sendiri.
"Rumit banget ini hidupnya Sean dan Sonia, musuh mereka ya keluarga mereka sendiri. Hadeuuhhh."
Kenzo meneguk minumannya dan bersiap untuk mandi, dia merasa lelah dengan semua ini. Setelah selesai mandi dan ingin bersantai, seseorang mengetuk pintu kamarnya, Kenzo dengan enggan membuka pintu karena dia yakin orang yang datang pasti tidak penting.
Saat pintu terbuka, Kenzo melihat seorang wanita berdiri dengan senyum manisnya pada Kenzo.
"Anda salah kamar." Kata Kenzo dengan ketus pada wanita yang tidak dia kenali lalu akan menutup pintu kembali.
"Anda Kenzo Everaldo?" Pertanyaan wanita itu membuat Kenzo menatapnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, dia tidak kenal dan tidak pernah merasa tidur dengannya.
"Siapa kau? Apa aku pernah tidur denganmu."
"Hm bukan pak, saya Kiara karyawan dari perusahaan bapak yang ada di New York, saya menemui bapak ke sini atas permintaan dari Nyonya Jaquline. Beliau meminta saya untuk menemani bapak selama di Spanyol." Kenzo menganga mendengar bahwa mamanya mengirimkan seorang wanita yang mana itu karyawannya sendiri untuk menemaninya selama di Spanyol.
"Kenapa mama memintamu ke sini?" Tanya Kenzo.
"Kata Nyonya Jaquline bapak sedang sakit, jadi saya diminta merawat bapak." Jawab Kiara dengan polosnya.
"Memangnya kau perawat?"
"Bukan pak, saya hanya karyawan biasa di perusahaan bapak."
"Kalau memang ingin merawatku karena sakit harusnya mama mengirimkan perawat bukan karyawan sepertimu."
"Maaf pak, saya hanya disuruh."
"Ikut saya." Kenzo yang diikuti oleh Kiara menuju lantai bawah, Kenzo memesankan kamar tepat di sebelahnya untuk Kiara.
"Ini kamarmu, kau bisa tidur di sini." Titah Kenzo sambil membukakan kamar Kiara.
"Terima kasih pak."
"Nanti jika aku berubah pikiran, aku akan memintamu untuk tidur denganku." Kiara terkejut mendengar hal itu, dia tau kalau Kenzo suka tidur dengan wanita manapun tapi dia tidak menyangka akan dikatakan seperti itu oleh Kenzo.
"Maaf pak, saya ke sini hanya mau merawat bapak saja, bukan untuk tidur dengan bapak." Kenzo mendekati Kiara yang mana mereka sudah berada di dalam kamar. Kiara mundur hingga tersandar ke dinding dan Kenzo mendekatkan wajahnya dengan wajah Kiara.
"Jika dekat denganku, maka kau harus tau konsekuensinya."
"Saya kan hanya disuruh pak."
"Saya tidak peduli, kan bukan saya yang nyuruh kamu. Atasan kamu itu mama saya atau saya?"
"Mm...ba...bapak"
"Kenapa kau malah mengikuti perintah dari mamaku? Dan aku juga tidak mengenalmu atau pernah melihatmu di perusahaanku."
"Perusahaan bapak kan besar, karyawannya juga banyak, nggak mungkin bapak mengenali kami satu per satu."
"Aku masih belum mempercayaimu."
"Saya ada kok kartu karyawan pak."
"Saya nggak butuh itu."
Kenzo terus memepet Kiara ke dinding dan menci*um bibir Kiara dengan ka*sar lalu tangannya meraba dengan li*ar tubuh wanita cantik itu. Kiara terkejut dengan perlakuan Kenzo padanya, dia langsung mendorong Kenzo dan menangis.
"Bapak jangan kurang ajar sama saya, bapak mau lec*ehin saya?" Teriak Kiara pada Kenzo, dengan cepat Kenzo mencengkram rahang Kiara.
"Aku tau kalau kau ini wanita jal*ang yang dikirim untuk pemu*asku, wanita sepertimu sudah banyak aku temui. Jadi jangan membuat drama apapun dihadapanku." Kenzo pergi meninggalkan Kiara begitu saja, dia menaruh kecurigaan pada Kiara.
...***...
Kiara menangis di dalam kamar karena telah dilec*ehkan oleh Kenzo tadi, karena lelah menangis dia pun tertidur. Kenzo mencari tahu mengenai Kiara, dia takut jika Kiara adalah orang suruhan yang akan mencelakai dirinya dan Sean.
Dia juga menghubungi Jaquline dan bertanya apakah benar dia yang mengirimkan Kiara, Jaquline membenarkan semuanya. Tapi Kenzo tidak mempercayai hal itu begitu saja, dia takut jika lengah sedikit saja dia dan Sean bisa hancur.
Kenzo meminta data semua karyawan yang bekerja di perusahaannya, ternyata memang benar, Kiara adalah salah satu karyawan yang sudah tiga tahun bergabung dengan perusahaan Kenzo, setelah diselidiki lagi Kiara memang tidak ada kaitan dengan orang-orang yang mencurigakan. Kenzo merasa bersalah, dia ingin menemui Kiara, dia mengetuk pintu kamar Kiara namun tidak ada jawaban sama sekali.
"Masih ngambek kali ya." Pikir Kenzo sendiri.
Kenzo keluar untuk menyegarkan pikirannya, dia duduk di sebuah cafe yang mana cafe itu adalah tempat ternyaman baginya selama di Spanyol.
Pikiran Kenzo masih tertuju pada Kiara, dia benar-benar merasa bersalah. Kenzo kembali ke hotel dan ingin minta maaf pada Kiara, dia juga membelikan beberapa makanan untuk Kiara.
Kenzo yang sudah sampai di hotel kembali mengetuk pintu kamar Kiara, tetap tidak ada jawaban. Dia meminta petugas hotel untuk membuka kamar Kiara dan gadis itu sudah tidak ada lagi di kamarnya.
Tidak ada check out juga dari Kiara, dia kelimpungan mencari gadis itu. Kenzo ingin melihat cctv hotel dan benar saja Kiara sudah pergi dari hotel itu beberapa jam setelah Kenzo melecehkannya tadi. Kenzo mencoba untuk menghubungi Kiara tapi nomornya sudah tidak aktif, dia juga menerima informasi dari perusahaan bahwa Kiara baru saja mengundurkan diri dari perusahaannya tanpa datang ke kantor.
"Apa wanita kalau ngambek bisa se nekat ini ya?" Pikir Kenzo. Kenzo menghubungi anak buahnya, dia meminta untuk mencari keberadaan Kiara sekarang, sampai harus mencek penerbangan di bandara kalau-kalau Kiara sudah kembali ke New York.
Kenzo melemparkan makanan yang sudah dia beli tadi ke dalam tong sampah, ada rasa aneh di hatinya pada Kiara. Dia kembali keluar dan ingin bertemu Sean, pada siapa lagi dia akan bercerita kalau bukan Sean.
"Kau dimana?" Tanya Kenzo melalui panggilan telfon pada Sean.
"Aku di taman, kemari lah, aku suntuk."
"Oke." Sean mengirimkan lokasinya pada Kenzo lalu segera meluncur ke sana.
***
Sesampainya di taman, Kenzo melihat Sean sedang duduk sendiri dengan wajah kesal.
"Kau kenapa? Mukamu begitu." Tanya Kenzo.
"Niat hati mau berduaan dengan istriku, ada saja yang mengganggu."
"Siapa?"
"Tuh." Sean menunjuk ke arah Sonia yang sedang bicara dengan seorang wanita seusianya, Kenzo tak asing dengan wanita itu walaupun mereka berdua sedang membelakanginya.
"Siapa?"
"Teman kampusnya Sonia waktu di Bandung dulu."
"Reunian mereka di sini?"
"Iya, bikin mood baikku hilang saja." Gerutu Sean, Kenzo memberikan sebatang rokok pada Sean karena semenjak Sonia sakit, Sean tidak pernah lagi merokok, paling sesekali jika bersama Kenzo dan itupun tidak di dekat Sonia.
Sean dan Kenzo ngobrol seperti biasanya, Kenzo sampai menceritakan mengenai Kiara pada Sean.
"Kau kan bisa kasih pelajaran lain padanya, kenapa harus melec*ehkannya." Ujar Sean yang mengutuk perbuatan sahabatnya itu.
"Ya mana aku tau kalau dia bukan jal*ang."
"Memang dasar otakmu saja yang kotor sampai berpikir semua wanita itu jal*ang."
"Sudahlah, semua juga sudah terjadi ya mau gimana." Jawab Kenzo santai.
Istri Sean itu sudah selesai bicara dengan temannya, mereka menuju ke tempat Sean duduk dan Kenzo sangat kaget karena teman Sonia yang dikatakan Sean tadi adalah Kiara. Kiara menatap benci pada Kenzo, Kiara dan Sonia hanya ngobrol biasa, Kiara sama sekali tidak membahas perlakuan Kenzo padanya.
"Itu tuh Kiara yang aku bilang padamu tadi." Kata Kenzo pada Sean.
"Mampus kau kena omel sama istriku Ken." Desis Sean dengan senyum yang berat.
"Pasti dia ngadu sama Sonia." Pikir Kenzo.
"Sudah pasti, perilaku mu biadab." Umpat Sean.
"Tumben banget kamu mau ke taman begini Ken, biasanya kalo di ajak jalan keluar mana mau kamu ke taman." Ujar Sonia yang sudah dekat dengan mereka.
"Sean yang memintaku ke sini." Sahut Kenzo.
"Sudah selesai ngobrolnya?" Tanya Sean dan dibalas anggukan oleh Sonia.
"Ini teman suami aku Kiara, namanya Kenzo, anaknya memang sedikit tengil tapi dia baik kok." Sonia memperkenalkan Kenzo pada Kiara, yang mana Sonia tidak tau permasalahan antara Kenzo dan Kiara. Kalau dengan Sean tadi Kiara sudah dikenalkan oleh Sonia.
"Selamat kau Ken." Bisik Sean pada Kenzo.
"Nggak ember ternyata ini perempuan." Balas Kenzo yang juga berbisik.
"Aku udah kenal kok Son, dia bos aku di kantor." Kata Kiara.
"Hah? Kamu kerja di kantornya Kenzo?"
"Selama kalian bicara tadi memangnya kalian tidak saling tanya pekerjaan masing-masing apa?" Sean angkat bicara kali ini.
"Nggak sih, kami cuma ngomongin masa-masa kuliah aja." Jawab Sonia dengan polosnya.
"Ya udah aku permisi dulu ya Son, lain kali kita bisa ketemu lagi." Kiara pamit pada Sonia dan berpelukan lalu Kiara pergi begitu saja tanpa mempedulikan Kenzo.
Kenzo ingin sekali mengejar Kiara tapi dia takut ditanyai oleh Sonia nanti, Sean yang mengerti keresahan Kenzo langsung menyuruh Kenzo mengantarkan Kiara.
"Sana antar dia, kasian juga kalau harus pergi sendiri." Titah Sean.
"Iya ya, kok aku nggak kepikiran, anterin Kiara ya Ken, soalnya dia baru pertama kali ke sini takutnya nanti ada yang jahatin dia. Kasian, soalnya dia itu punya trauma dengan kekerasan dan pelecehan, dari kecil dia suka dilecehin sama ayahnya." Kata Sonia.
"Serius kamu Son?" Tanya Kenzo.
"Iya, makanya tolong anterin dia ya, carikan sekalian hotel yang nyaman buat dia karena besok dia mau ke Indonesia." Kenzo langsung berlari mengejar Kiara, melihat hal itu Sonia sedikit merasa aneh.
"Kenzo kenapa?" Tanya Sonia.
"Nggak tau, pergi yuk." Ajak Sean, mereka pergi ke mall besar yang ada di sana, Sean ingin membelikan barang-barang untuk istrinya karena selama ini istrinya tidak pernah meminta apapun selain makanan.
***
Kenzo meminta maaf pada Kiara, dia menyesal telah berbuat begitu pada Kiara tadi. Kiara terlihat takut dan benci pada Kenzo, Kenzo sedikit memaksa Kiara untuk masuk ke mobilnya namun Kiara tidak mau.
"Masuklah sebelum aku melecehkanmu lagi." Ancam Kenzo yang sudah kehabisan akal membujuk Kiara.
Di dalam mobil Kiara memohon pada Kenzo seakan dia takut kalau Kenzo akan berbuat jahat padanya.
"Maafkan saya pak, saja janji tidak akan muncul lagi di hadapan bapak. Saya mohon biarkan saya pergi." Mohon Kiara pada Kenzo, terlihat jelas kalau Kiara sangat ketakutan, tubuhnya bergetar dan matanya juga sudah memerah karena menangis.
"Berhentilah memohon Kiara, aku yang harusnya meminta maaf padamu, aku pikir kau orang suruhan musuhku untuk mendekatiku. Aku minta maaf ya, kau boleh melakukan apa saja padaku untuk membalaskan kebencianmu itu."
"Nggak pak, saya nggak mau balas-balasan, saya cuma mau pulang aja." Kenzo menarik Kiara dalam pelukannya, dia mencoba untuk membuat Kiara agar tidak takut lagi padanya.
"Maafkan aku ya, aku tidak menyangka kalau pertemuan pertama kita terkesan buruk." Kiara menangis dalam pelukan Kenzo.