Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14 SEMAKIN TERTEKAN
"Dalam waktu dekat ini. Aku akan mengambil semua uang yang dinikmati oleh gundikmu dan juga anaknya, aku akan mengembalikan uang Resto milik Angga, karena mereka berdua tidak punya hak atas harta yang dimiliki oleh Angga."
"Lebih baik jangan, Mah. Aku janji aku mengembalikan uang itu secepatnya. Tolong jangan melakukan hal sesuatu yang membuat masalah lagi, kepalaku sudah cukup pusing menghadapi kalian berdua."
"Maaf, Mas sesuai perjanjian yang kita buat, tidak ada satu harta pun bisa dinikmati oleh pelakor, kalau kamu melanggar surat perjanjian itu maka kamu akan tahu akibatnya." tekannya membuatku semakin frustasi. Sepertinya percuma aku memohon padanya, Siska cukup keras kepala kali ini.
"Mah, please. Jangan melakukan hal itu." Sekali lagi aku terus memohon siapa tahu dia berubah pikiran, kalaupun istriku ingin mengambil uang yang dipakai oleh Rahma juga percuma, karena uangnya sudah habis untuk dibelikan beberapa barang dan juga untuk memenuhi kehidupannya selama aku menikah secara diam-diam.
"Mah, jangan diam saja. Buatlah keputusan yang lain. Tapi jangan mengambil uang yang sudah kuberikan kepada Rahma." Melihat suaminya yang terus memohon kepadanya membuat Siska berpikir ulang dan mengubah rencana yang sempat ia buat sebelumnya.
"Karena kamu terus saja memohon seperti itu, maka niat itu aku batalkan." Aku menghela napas lega, sudah kuduga dia sudah mulai luluh dengan permohonanku. Ternyata dia masih mempunyai hati nurani untuk diriku.
"Terima kasih, Mah. aku janji akan mengembalikan uang resto secepatnya." Saat aku ingin memeluk tubuhnya, Siska langsung mendorong tubuhku hingga aku oleng ke belakang.
"Mah, kok aku di dorong? Aku kan mau peluk kamu."
"Jangan coba-coba sentuh aku, Mas. Aku sudah tidak mau disentuh oleh tangan kotormu!" Mulutku terperangah mendengar kata tajam dari mulutnya.
"Tega kamu bilang seperti itu sama aku, wajar kalau aku mau sentuh kamu, kita ini masih suami istri sah. Tidak ada yang salah jika aku menyentuhmu."
"Walau pun kita masih sah sebagai istri, aku sudah tidak sudi disentuh olehmu, Mas. Walau pun kamu sentuh ujung rambutku. Sekarang aku akan membahas keputusan yang lain untukmu. Dengarkan baik-baik agar kamu tidak terlalu shok dengan keputusanku! Aku akan membatalkan rencana untuk mengambil uang dari gundikmu, namun aku punya cara lain supaya kamu bisa mengembalikan harta yang kita miliki secepatnya."
"Apa itu?"
"Kembalikan uang orang tuaku yang kamu pinjam saat operasi sakit jantung ayahmu sebesar setengah miliar, dengan itu aku tidak akan mengambil uang yang sudah digunakan oleh gundikmu dan juga anaknya, bagaimana?"
"Jangan gila kamu!" teriakku menggelegar ke seluruh ruangan. "Semakin lama sikapmu, semakin keterlaluan. Aku tahu, kamu melakukan semua ini ingin membalas rasa sakitmu, kan? Itulah sebannya kamu selalu membuat suatu rencana yang membuatku tidak bisa berkutik."
"Kalau kamu sudah tahu, maka diamlah dan ikuti peraturanku. Ingat, Mas.apa pun bisa aku lakukan untuk membalas rasa sakit ini. Aku akan membuatmu merasakan apa yang aku rasakan saat ini!"
"Kamu berubah, Mah. Kamu seperti bukan istri yang aku kenal. Selama ini kamu selalu bersikap lembut, bakan tutur katamu bisa membuat hatiku sejuk. Tapi kenapa--"
"Berhenti berbicara omong kosong, aku tidak mau mendengar ocehanmu yang tidak berguna. Sekarang kembalikan uang orangtuaku sekarang juga!"
"Bukankah uang yang diberikan oleh orang tuamu tidak ada akad pinjam, kenapa aku harus mengembalikannya."
"Awalnya memang diberikan secara cuma-cuma. Namun semua itu berubah ketika kamu telah melakukan penghianatan. Jika kamu tidak bisa mengembalikan uang Resto dalam waktu dekat, maka gantilah uang orang tuaku setengah miliar, atau aku yang akan mengambil uang Resto dari selingkuhanmu."
"Pilihanmu terlalu berat, bagaimana bisa aku melakukan semua itu."
"Makannya, jangan buat ulah. Udah dikasih harta melimpah, bukanya bersyukur. Ini malah kufur, lebih parahnya lagi kalian berdua sampai berzina pula."
"Aku tidak berzina! Aku sudah menikah, walau pun siri."
"Sebelum kalian menikah, kalian sudah melakukan hubungan gelapkan, sampai-sampai menginap di Hotel xxx."
"Siska kamu--"
"Kaget ya, kalau aku sudah tahu semua kebusuk kanmu selama di belakangku. Sekarang, keputusan ada di tanganmu, yang jelas aku akan mengambil hak milik anak kita, aku tidak mau harta yang kita dinikmati oleh pelakor yang tidak tahu diri itu, aku kasih kamu waktu selama 3 hari untuk mengembalikan uang Resto, kalau tidak, aku akan datang ke tempat tinggal gundikmu dan menagih semua uang yang sudah dia pakai!" Siska bangkit dari tempat duduknya dan pergi melenggang begitu saja tanpa memperdulikan diriku yang masih diam terpaku.
Ancaman Siska terlalu berat untuk aku hindari, dia sudah berhasil membuat diriku semakin frustasi, aku bingung harus melakukan apalagi, jika sampai Siska datang ke rumah Rahma, dan membuat kekacauan, aku takut pernikahan yang ia sembunyikan akan terbongkar bahkan kebohongan yang ia tutupi dari warga sana pun akan ikut terbongkar karena Siska pasti akan memberitahukan kebenarannya.
...****************...
Pagi ini, aku sudah disibukkan dengan pekerjaan yang sudah menumpuk di resto, gara-gara masalah kemarin yang semakin lebar. Ditambah Siska selalu memberi aku tekanan yang sangat dahsyat. Membuat pikiranku semakin stres. Ditambah keadaan Resto sedikit kacau.
inilah akibatnya kalau menyerahkan pekerjaan kepada karyawan, terlebih lagi ada beberapa anak baru yang tidak aku ketahui, ternyata membuat suatu kesalahan yang cukup fatal. Untung saja aku bisa menghandle semuanya.
Ku akui restoran ku ini semakin lama semakin ramai, jadi memang seharusnya sudah membutuhkan beberapa karyawan baru. berkat usaha kerja kerasku. Akhirnya aku bisa mempunyai restoran yang cukup terkenal di kota ini.
Di saat diriku tengah sibuk, aku seperti melihat seorang perempuan yang aku kenal, ketika perempuan itu sudah masuk ke dalam restoran mataku terbelalak.
“Aduh, kenapa dia harus datang ke sini sih! Bikin repot aja sih!” Aku langsung menghampirinya, sebelum masuk lebih dalam ke resto.
"Mas Danu?" Ia terus saja melambaikan tangannya ke arahku, apalagi beberapa karyawan melihat ke arah Rahma. “Mas Danu sini.” Rahma terus saja Melambaikan tangannya membuat diriku semakin tidak nyaman sekaligus panik. Saat sudah dekat, kutarik tangannya untuk keluar dari resto. Aku suda tidak peduli lagi dengan pandangan orang sekitar, yang penting Rahma bisa keluar dari sini.
"Mas Danu aku—“ Rahma terus saja mengeluh kesakitan karena tangannya terus aku tarik bahkan untuk berjalan-jalan dia cukup kesulitan hingga ia hampir saja terjatuh, tapi aku tidak peduli dengan keluhannya, untuk saat ini aku benar-benar marah terhadap dirinya.
“Mas, tanganku sakit, jalannya pelan-pelan dong.” Sesampai di belakang Resto. Aku langsung menghempaskan tubuhnya.
“Mas, kenapa kamu—“
“Diam kamu!” bentakku membuat dia kaget.
“Mas, Kamu ini apa-apaan sih? Kenapa sikap kamu jadi kasar kaya gini, tanganku sakit,” keluhnya namun aku tidak menggubris, emosiku masih terus memuncak karena seenak jidatnya dia datang ke sini tanpa seizinku. Apa dia tidak bisa berpikir jika kelakuannya dapat menimbulkan masalah. Di resto ini, tidak ada satu orang pun yang mengetahui aku menikah lagi.
"Untuk apa kamu datang ke Resto ini?!"
Dobel up, Thoor /Pray//Pray/