Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecelakaan
Seorang gadis cantik berumur 17 tahun bertubuh ideal, seperti layaknya artis Korea, berkulit putih bersih serta lembut, rambut bergelombang panjang yang dibiarkan tergerai begitu saja. Bersama langkahnya rambut itu terlihat seperti menari nari, seiring ketukan hak sepatu yang mengenai lantai sebuah gedung elit berjumlah 30 lantai dikawasan ibu kota.
Gadis itu terus melangkahkan kaki menuju sebuah ruangan yang letaknya dilantai 20 gedung FF Sigaret, setiap orang orang yang kebetulan berpapasan dengannya semua terlihat membungkuk hormat, sampai tiba di depan sebuah ruangan, kemudian menekan knop pintu dan mendorongnya.
" Pah! Minggu depan aku bersama teman teman mau pergi camp, acara perpisahan teman teman sekolah Wilona. " Setelah gadis itu memasuki ruangan tersebut, lalu memburu pria kisaran 40 tahun tapi masih terlihat tampan, duduk dengan santai di kursi mewahnya, yang tak lain adalah orangtua dari gadis itu, dia bernama Ferdinand. Pemilik pabrik rokok FF Sigaret yang cukup terkenal di dalam negeri, hingga mempunyai 110 cabang diluar negeri. Selain itu bisnis meluas sampai perbankan.
" Kalau begitu kamu harus dikawal ya? Papah takut terjadi apa apa sama kamu selama berada disana. " Ferdinand memeluk gadis kesayangannya itu seraya mencium pipi kanan dan pipi kiri.
" Please pah! kali ini aja aku nggak mau dikawal pah! " Ucap gadis itu seraya meletakan pantatnya dikursi, kemudian menyilangkan kedua kakinya.
" Wilona! denger papah, semua ini demi keselamatan kamu sayang, papah cuma nggak mau kamu sampai kenapa napa itu saja. " Ujar Ferdinand dengan duduk bergaya santai, menyandarkan punggungnya pada kursi mewahnya.
" Tapi pah! Wilona ini udah gede pah! lagian perginya juga rame rame, Wilona nggak mau dikawal akh!, kadang kadang teman Wilona suka merasa risih pah. "
" Kalau begitu kamu harus mencari pacar yang kuat dan mampu berkelahi dengan baik, buat menjaga kamu, jadi kamu tak perlu pengawalan dari body guard papah, gimana? " Ferdinand memberikan opsi pada anaknya itu.
Yang direspon oleh wilona adalah mukanya sedikit menekuk, seraya jari jarinya memainkan rambutnya. Tidak mudah bagi Wilona menemukan seorang laki laki yang tulus, banyak yang mendekati dirinya hanya memiliki akal modus, mengingat Wilona adalah anak terkaya ke 3 di negeri ini.
Ferdinand lalu bangkit, karena terlihat anaknya sedang dalam puncak kekesalan yang cukup tinggi, lalu menghampiri Wilona, satu tangannya diletakan dibahu Wilona. Menghadapi seorang anak gadis memang harus lembut.
" Dengar papah Wilona, kamu adalah anak satu satunya papah, papah sayang sama kamu, papah tidak ingin terjadi sesuatu sama kamu, semenjak mamah kamu hilang, sampai sekarang belum diketahui keberadaannya, seluruh pengawal sudah papah kerahkan keseluruh pelosok negeri ini, bahkan sampai keluar negeri, tapi mamah mu tidak bisa diketemukan, dari itu papah tidak ingin kembali kehilangan orang yang papah sayangi Wilona. " Selesai mengucapkan hal itu ferdinand mengecup ujung kepala Wilona.
Mendengar ucapan papahnya, Wilona sedikit mendongakan kepalanya, melihat tatapan ayahnya yang penuh kasih sayang, Wilona pun bangkit memeluk papahnya.
" Kalau begitu Wilona janji sama papah secepatnya aku akan membawakan pacar yang kuat, tapi please ya pah, kali ini aku tidak mau dikawal pah, aku janji sebelum camp aku membawakan pacar yang kuat kehadapan papah. " Wilona berucap seraya tangannya memainkan dasi papahnya.
Ferdinand terlihat berpikir sejenak, tak lama kemudian dia pun merespon ucapan Wilona.
" Baiklah, papah beri kamu waktu 5 hari, dihitung dari hari ini sebelum kamu pergi camp, jadi ada waktu 1 hari buat papah uji dia, jika lulus, kamu bisa pergi bersamanya kemana saja tanpa pengawalan dari orang orang papah. "
Wilona mengangguk dengan cepat.
Sementara itu..
Rangga dan Berry masih berada di kantin kampus, tiba tiba saja HP Rangga berdering, begitu melihat ke layar HP hanya deretan angka yang tertera disana. Artinya si penelepon bukan dari daftar phone book di hpnya.
" Siapa yang menelepon ya? " Tanya Rangga dengan matanya tetap fokus ke layar Hp. Rangga pun menggeser tanda hijau dilayar hp.
" Hallo.. " setelah hp itu ditempelkan ke kupingnya.
" Rangga, suatu saat aku akan membuat perhitungan sama kamu, jangan berharap hidupmu akan tenang seperti sekarang ini. " Panggilan itu lalu diputus begitu saja setelah si penelpon berucap dengan kata kata ancaman. Suara dari seorang wanita yang Rangga sangat mengenal suara itu, Berliana.
" Sialan!! Dia yang sudah buat ulah kenapa sekarang dia yang akan membuat perhitungan dengan gw? " Ucap Rangga mengumpat. Semua rasa cintanya pada Berliana berangsur menghilang.
" Siapa Ga? "
" Berliana.. "
" Oh. Apa katanya? "
Rangga menaikan kedua bahunya. Terlihat malas untuk menceritakan wanita sialan itu.
" Gw cabut dulu ya, sebentar lagi gw ada kelas. " Ucap Rangga kemudian, dia langsung beranjak berdiri.
" Tolong Ber, ini sekalian bayar ya. " Ucap Rangga lagi seraya mengeluarkan 2 lembar uang kertas berwarna biru, walau Berry merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Rangga, tapi untuk menanyakan hal itu belum berani.
" Oke deh, thanks ya.. "
" Iya, gw cabut oke.. "
Rangga sedikit tergesa gesa pergi meninggalkan Berry yang masih ditempat duduknya.
Seperti ada sesuatu yang disembunyikan anak itu, Berry bergumam dalam hatinya.
Sebenarnya Rangga sudah tidak ada kelas, ucapannya tadi pada Berry, hanya sebagai alasan saja, yang pada kenyataannya dia langsung mengarah pulang kerumah. Rangga lalu menuju parkiran dimana motornya terparkir disana.
Setelah mengenakan helm full facenya, dia pun langsung tancap gas. Disepanjang jalan Rangga tak henti hentinya merasa heran dengan kelakuan Berliana, wanita yang sudah membuat sakit hati dirinya, yang harusnya dia yang merasa sakit hati dan buat perhitungan pada Berliana karena sudah berselingkuh darinya.
Namun saat motornya di tikungan, bersamaan dengan itu sebuah mobil Bentley melaju dengan cukup kencang, didepan Rangga ada mobil truk yang cukup lebar, saat Rangga mengambil jalur untuk mendahului truk yang berada didepannya, secara bersamaan mobil Bentley itu sudah berada disamping truk dengan posisi berlawanan arah, adu banteng motor vc mobil pun tak dapat dihindarkan, hingga Rangga yang mengendarai motor itu terpental cukup jauh.
Motor Rangga pun sempat terseret mobil Bentley sejauh 5 meter, karena saat itu mobil sedang melaju dengan kecepatan cukup kencang. Sepertinya sang pengemudi sudah cukup lihai mengendarai mobil, sehingga mobil masih tetap berjalan stabil menyeret motor yang berada dibawah bumper depan. Tanpa sedikit pun oleng kesana sini, karena kejadian seperti itu biasanya membuat panik si pengendara.
Orang orang pun ramai berdatangan, menyaksikan peristiwa itu, mereka memastikan jika pengendara motor tadi pasti akan tewas seketika karena terpental cukup jauh.
Namun saat dari sebagian warga ada yang menghampiri Rangga, betapa terkejutnya mereka kalau pengguna motor sedang berjalan dengan tenang kearah mereka, hanya saja sebagian jaket termasuk kaos dan celana yang dikenakan oleh Rangga ada sobekan dibeberapa bagian, menandakan dia saat terjatuh masih terseret dalam keadaan tertelungkup, karena sobekan itu hanya dibagian depannya saja, namun tidak ada darah yang mengalir disana, hanya bagian tubuh kekarnya yang terlihat diantara sobekan itu tanpa ada sedikit pun lecet.
" Mas! Kamu nggak apa apa? " Salah satu warga bertanya seraya memperhatikan setiap inci tubuh Rangga, begitu dengan yang lain.
" Aku baik baik saja pak, terima kasih. Aku harus menemui pengendara mobil itu, bagaimana pun aku harus bertanggung jawab atas insiden kecelakaan ini. " Ujarnya seraya terus melangkah menuju mobil.
Pengendara mobil terlihat sudah diluar, ada seorang gadis cantik dengan rambut bergelombang dan satu sopir yang sedang memperhatikan motor yang sedikit ringsek akibat terseret diaspal, sedangkan dibagian depan mobil penyok dibagian depan. Didalam mobil bagian sopir dan belakang ada air bag yang masih mengembang, jadi sepengendara mobil selamat tanpa ada luka benturan.
" Saya mohon maaf pak! Bagaimana pun saya kurang hati hati dalam berkendara tadi. " Rangga yang masih mengenakan helm itu menghampiri pria tua yang berseragam layaknya seorang sopir pribadi. Gadis yang berada di samping pintu depan sebelah kiri ikut menoleh kearah Rangga.
Rangga lalu membuka helmnya. Seraya menyalami dengan sopan sopir mobil itu.
" Baiknya untuk permasalah ini mas bisa bicarakan dengan bos saya, tapi ngomong ngomong mas nggak apa apa? " Ujar sopir itu, karena Rangga bersikap ramah sang sopir pun demikian. Tapi ada raut heran terpancar dari wajah sang sopir, karena jaket dan celana yang dikenakan oleh Rangga ada banyak bagian yang robek, tapi tidak ada luka sedikit pun.
" Aku nggak apa apa pak. " Ucap Rangga, kali ini Rangga menoleh kepada gadis itu, karena Rangga paham yang disebut oleh sang supir bos itu tak lain adalah seorang gadis yang bersama sang sopir, lalu menghampiri gadis itu yang sedang memandangnya tak berkedip.
" Maaf aku yang salah dalam kecelakaan ini, bagaimana pun aku harus tanggung jawab. " Ujar Rangga seraya mengulum senyum. Tapi gadis itu masih dalam kondisi yang sama menatap Rangga tanpa berkedip.
" Hey.. " Rangga melambaikan tangannya didepan wajah gadis itu, berharap untuk segera sadar dari menatapnya tak berkedip.
" O-oh, ini kamu yang tabrakan sama mobilku tadi? " Akhirnya gadis itu tersadar, sedikit terlihat gugup.
" Betul, aku mau bertanggung jawab, karena sepertinya aku yang salah, kurang hati hati mengambil jalur. " Ucap Rangga.
Bukan merespon ucapan Rangga, kembali gadis itu menatap dari ujung kaki sampai ke kepala Rangga. Dia seperti seorang pangeran, ucap gadis itu. Apa dia termasuk pria yang kuat? Duh dia tampan sekali, gadis itu masih berucap dalam hatinya, dengan terus memperhatikan setiap inci tubuh Rangga.
" Hey!" Rangga kembali melambaikan tangannya didepan wajah gadis itu.
" E-ee gimana kalau kamu menjadi body guard aku saja? Iya hitung hitung itu sebagai bentuk pertanggung jawaban dari kamu. " Gadis itu dengan spontan mengucapkan keinginannya, karena terkejut.
Sepertinya dia memang cocok buat aku jadikan seorang kekasih seperti yang diminta oleh papah, ucap gadis itu dalam hatinya
" Maksud kamu body guard? jadi, aku harus ikut kemana saja kamu pergi sebagai pengawal kamu? " Rangga mengulang maksud yang diminta oleh gadis itu.
" He'em, aku nggak minta tanggung jawab yang lain, aku cukup minta kamu jadi body guard aku, kalau diantara kita cocok aku bersedia menjadi kekasihmu, bagaimana? " Gadis itu mengulurkan tangannya mengajak Rangga untuk menyetujui permintaannya itu. Wajah Rangga yang terlihat tampan, berubah jelek, karena merasa heran dengan permintaan aneh gadis itu.
" Sebentar, kenapa kamu mau menjadikan aku body guard? Terus jika ada kecocokan diantara kita, kamu bersedia menjadi kekasihku? " Rangga sedikit terkejut dengan kata kata terakhir gadis itu.
Belum sempat gadis itu menjawab, sirine mobil polisi terdengar, beberapa orang yang terlihat berkerumunan membuka jalan mobil polisi itu, setelah itu berhenti tepat di depan motor rangga yang sedikit ringsek, dua orang polisi keluar dari dalam mobil.
" Selamat siang, siapa yang bertanggung jawab atas kecelakaan ini? " Ucap salah satu pria berseragam polisi menghampiri mereka.
" Saya dengan pria didepan saya, lagi membicarakan secara kekeluargaan pak. Dimana antara motornya dengan mobil saya saling bertabrakan. " Ujar gadis cantik itu.
" Baik, kalau begitu kalian ikut kami kekantor, kita selesaikan secara kekeluargaannya disana, untuk motor nanti biar petugas akan bantu membawanya, supaya jalannya lalu lintas kembali lancar. "
" Baik pak. " Ucap Rangga.
Gadis itu hanya mengangguk dan tersenyum.
Karena mobil gadis itu hanya penyok dibagian depan, sedangkan tidak ada kerusakan lainnya yang mengakibatkan mobil itu tidak bisa berjalan, jadi Rangga ikut menumpang dimobil gadis itu, untuk menuju polsek terdekat. Setelah Rangga berada dalam mobil, terlihat motornya tengah dinaikan keatas mobil oleh beberapa petugas.
" Jadi bagaimana penawaran ku tadi? " Ujar gadis itu kembali saat mobil itu sudah melaju meninggalkan tempat kecelakaan.
" Pertanyaan ku tadi belum kamu jawab? " Rangga balik bertanya, pandangan tetap lurus kedepan.
" Pertanyaan yang mana? " Gadis itu bertanya, Rangga lalu menoleh kearah gadis yang duduk disampingnya itu, beberapa detik mereka saling menatap, terlihat gadis itu menggigit bibirnya sendiri.
" Kenapa kamu menawarkan aku jadi body guard terus bersedia menjadi kekasihku? " Perlahan pandangan Rangga menyapu kembali kearah depan, Rangga pun merasakan hal yang sama, Rangga mulai terpesona dengan kecantikan gadis disampingnya.
" Iyaaaa, aku lihat kamu kuat, lihat saja kecelakaan yang begitu parah, tidak ada satu pun luka ditubuh mu, karena aku memang lagi mencari laki laki yang kuat buat aku jadikan pacar, Itu janji aku sama papah, aku malas kalau kemana mana harus diantar body guard nya papah. " Gadis itu akhirnya berkata jujur. Sebenarnya bukan persoalan tantangan dari papahnya, tapi gadis itu memang mulai menyukai Rangga.
" Lalu apa bedanya denganku? Bukan kata kamu malas dikawal kemana mana? " Rangga bisa bersifat acuh.
" Kamu keren, tampan, iya itu aku merasa kalau kamu ini pria yang berbeda dengan yang lainnya. pria yang kuat. Sepertinya aku nyaman saat sama kamu, jadi papah tidak lagi memaksa aku untuk kemana pun dikawal sama anak buah papah. " Jawab gadis itu dengan berbicara apa adanya.
" Baiklah, aku sepakat, aku akan jadi body guard kamu, tapi mengenai menjadi pacar kamu, aku belum bisa menyepakati hal itu, karena hal itu bukan sebuah permainan, tapi itu masalah hati, lalu permasalah kecelakaan tadi aku sepakat kita selesaikan dengan cara kekeluargaan. " Ucap Rangga, walau Rangga dalam hatinya mulai menyukai gadis itu, dari kepolosan dan kejujurannya. Walau Rangga juga mengakui wanita yang kini tengah satu mobil dengannya sangat cantik. Tapi bagaimana pun dia tidak mau gegabah menjadikan gadis itu kekasihnya begitu saja.
" Wilona.. " Gadis itu mengulurkan tangan lalu menyebut namanya seraya tersenyum.
" Rangga. " Rangga pun menyambut tangan Wilona dan menyebut namanya.