NovelToon NovelToon
Menanti Bahagia Yang Hilang

Menanti Bahagia Yang Hilang

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Penyesalan Suami / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:231.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: syitahfadilah

Istri mana yang tak bahagia bila suaminya naik jabatan. Semula hidup pas-pasan, tiba-tiba punya segalanya. Namun, itu semua tak berarti bagi Jihan. Kerja keras Fahmi, yang mengangkat derajat keluarga justru melenyapkan kebahagiaan Jihan. Suami setia akhirnya mendua, ibu mertua penyayang pun berubah kasar dan selalu mencacinya. Lelah dengan keadaan yang tiada henti menusuk hatinya dari berbagai arah, Jihan akhirnya memilih mundur dari pernikahan yang telah ia bangun selama lebih 6 tahun bersama Fahmi.

Menjadi janda beranak satu tak menyurutkan semangat Jihan menjalani hidup, apapun dia lakukan demi membahagiakan putra semata wayangnya. Kehadiran Aidan, seorang dokter anak, kembali menyinari ruang di hati Jihan yang telah lama redup. Namun, saat itu pula wanita masa lalu Aidan hadir bersamaan dengan mantan suami Jihan.

Lantas, apakah tujuan Fahmi hadir kembali dalam kehidupan Jihan? Dan siapakah wanita masa lalu Aidan? Akankah Jihan dapat meraih kembali kebahagiaannya yang hilang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 25~ HAKIKATNYA SAMA SAJA

"Om Dokter,"

Aidan tersentak ketika mendengar suara Dafa memanggilnya. Ia menunduk menatap anak lelaki itu. "Eh, kamu bangun. Gimana, apa kepalanya masih pusing?"

Dafa menggeleng, "Cuma masih lemas aja, Om. Dafa juga dingin."

"Mau Om peluk?" Tawar Aidan.

Dafa mengangguk yang membuat Aidan langsung berbaring disampingnya. Aidan memiringkan tubuhnya, menjadikan lengannya sebagai bantal untuk Dafa dan memeluknya.

"Nanti badannya juga baikan kalau banyak istirahat. Sekarang ayo tidur lagi," ujarnya sambil mengusap-usap punggung Dafa.

"Bunda dimana, Om?" Tanya Dafa.

"Bunda kamu tadi ke dapur, katanya mau buatkan teh hangat untuk Om," jawab Aidan.

Dafa tak lagi bersuara, ia kembali memejamkan mata dan merapatkan tubuhnya kedalam dekapan Aidan yang memberikan kehangatan. Hal yang sudah lama tidak pernah ia dapatkan dari ayahnya sendiri, bahkan ia tidak ingat lagi kapan terakhir kali ayahnya memeluknya seperti ini.

Tak berselang lama, terdengar deru nafas teratur yang menandakan Dafa telah tertidur.

"Ya Allah, aku tidak punya ikatan apapun dengan anak ini. Tapi entah kenapa aku bisa sesayang ini padanya," gumam Aidan sambil mencium pucuk kepala Dafa.

Ia mengalihkan pandangannya ke ambang pintu kamar, sudah mendekati lima belas menit tapi Jihan belum juga kembali.

***

Hujan yang belum juga reda membuat cuaca sekitar menjadi terasa lebih dingin yang tentunya memicu rasa lapar. Maka itu Jihan tak hanya membuat segelas teh hangat untuk dokter Aidan, tapi juga membuatkan roti panggang.

Setelah selesai ia pun bergegas membawa ke kamar, namun ia berhenti melangkah tepat di ambang pintu ketika melihat Dafa dan dokter yang Aidan yang tidur dengan saling memeluk.

"Ya Allah, kenapa Dafa harus mendapatkan perhatian yang luar biasa ini dari orang lain, sedangkan ayahnya sendiri tak peduli dan mungkin tak mengingat anaknya lagi."

Jihan teringat saat Dafa juga mengalami demam kala itu, Fahmi tak menyusul ke rumah sakit meski sudah tahu anaknya sedang demam, dan lebih memilih menghabiskan waktu bersama madunya bahkan menuduhnya yang tidak-tidak lantaran menumpang mobil tetangga pergi ke rumah sakit.

Beberapa saat terpaku di ambang pintu dengan mata berkaca-kaca, Jihan menghela nafas panjang lalu melangkah masuk. Ia meletakkan nampan yang berisi teh hangat dan roti panggang itu di sudut kamar.

Tak tega membangunkan dokter Aidan, ia akhirnya mengambil selimut dan menyelimuti dua lelaki berbeda generasi itu. Setelahnya, ia pun keluar dari kamar dan memilih tidur di ruang tengah.

.

.

.

Perlahan, kedua mata Aidan terbuka ketika sayup-sayup mendengar suara adzan subuh berkumandang.

"Duh, aku ketiduran di sini," gumamnya sambil meraup wajah. Semalam ia sampai ketiduran menunggu Jihan yang cukup lama berada di dapur.

Menyadari tubuhnya terbalut selimut, ia pun seketika mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar mencari keberadaan Jihan. Namun, wanita itu tak terlihat.

Aidan lalu menempelkan punggung tangannya di kening Dafa yang masih tidur dengan posisi masih sama seperti semalam, ia tersenyum begitu merasakan suhu tubuh anak itu sudah tidak panas lagi.

"Alhamdulillah, jangan sakit lagi ya. Om khawatir banget tahu," ia mencubit gemas dengan sangat pelan hidung Dafa.

Dengan gerakan pelan ia mengangkat kepala Dafa dari lengannya lalu memindahkan ke bantal, kemudian ia pun bangkit dari pembaringan. Tatapannya tertuju pada nampan yang berisi teh hangat dan roti panggang yang ada di sudut kamar.

Ia tersenyum, "Pantas saja lama rupanya gak cuma buat teh tapi juga buat roti panggang." Aidan pun beranjak mengambil nampan tersebut.

Meminum teh yang sudah dingin itu dengan senyuman yang tak lepas menghiasai wajahnya, "Memang enak ya kalau sudah punya istri, bangun-bangun sudah ada yang nyiapin sarapan." Ia terkekeh sendiri membayangkan hal itu.

Setelah menghabiskan segelas teh itu dan memakan sepotong roti panggang, ia pun beranjak keluar kamar dan mendapati Jihan sedang sholat di ruang tengah.

"Ya Allah, sejuk sekali dipandang. Andai aku yang menjadi imamnya." Aidan tersenyum, terpaku memandangi setiap gerakan sholat wanita itu. Tersadar, ia pun segera ke kamar mandi dan mensucikan diri. Saat keluar bertepatan dengan Jihan yang telah selesai sholat.

Jihan pun cukup terkejut begitu melihat Aidan keluar dari arah kamar mandi, ia pikir laki-laki itu belum bangun. "Maaf, semalam aku gak bangunin Dokter," ujarnya.

"Gak apa-apa." Aidan tersenyum, "Oh ya, terima kasih ya teh dan roti panggang nya, sudah aku habiskan."

Jihan tercengang, tadi niatnya ia akan memanaskan kembali roti panggang itu dan membuat teh hangat yang baru setelah sholat. Tapi, ternyata dokter Aidan sudah menghabiskannya, dan pada akhirnya ia hanya bisa mengangguk pelan. "Sama-sama, Dok."

"Boleh saya pinjam sajadahnya?"

"Iya, silahkan." Jihan memberikan sajadahnya pada dokter Aidan, lalu segera menuju kamar untuk melihat keadaan putranya, sementara Aidin segera melaksanakan sholat wajib dua rakaat itu.

Jihan duduk di sisi putranya, ia tersenyum saat merasakan tubuh putranya sudah tidak panas lagi. "Alhamdulillah ya, Nak. Allah mempertemukan kita dengan orang-orang yang baik. Kalau gak ada mereka, entah bagaimana kehidupan kita sekarang. Bunda gak tahu bagaimana harus membalas kebaikan mereka."

Cukup lama Jihan memandangi putranya, ia pun mengambil nampan yang isinya sudah kosong itu dan membawanya ke dapur. Ia berpapasan dengan Aidan yang hendak ke kamar.

"Apa Dafa sudah bangun?" tanya Aidan.

"Belum, Dok?"

"Sebaiknya hari ini kamu gak usah masuk kerja dulu, kasihan Dafa kalau harus diajak dan gak mungkin juga ditinggal sendirian di rumah. Dia harus banyak beristirahat untuk memulihkan kondisi tubuhnya."

Jihan berpikir sejenak, yang dikatakan dokter Aidan ada benarnya. Kalaupun membawa Dafa ke toko, ia akan merasa tidak enak hati menitipkan Dafa yang sedang sakit pada Nayra. " Iya, Dok, nanti saya akan telepon Mbak Nayra."

Ia pun pamit ke dapur, dan saat kembali ia mendapati Aidan masih berdiri ditempatnya. Hujan sudah reda, mungkin laki-laki itu ingin berpamitan pulang, pikirnya.

"Jihan, aku minta maaf ya."

Jihan mengerutkan keningnya, "Minta maaf untuk apa ya, Dok?" tanyanya.

"Aku benar-benar gak nyangka kalau Papa dan Mamaku sampai nekat menemui kamu, maaf karena mungkin itu membuat kamu merasa tidak nyaman," ucap Aidan.

"Gak apa-apa, Dok, justru saya senang bisa berkenalan dengan orangtuanya Dokter Aidan." Jihan tersenyum tipis, teringat saat sepasang paruh baya itu datang menemuinya. Awalnya ia mengira mereka akan melabraknya, namun ternyata diluar dugaannya.

Sesaat Aidan tertegun melihat senyuman Jihan, meskipun samar namun terlihat jelas dimatanya. Apalagi ini adalah pertama kalinya Jihan tersenyum langsung dihadapannya, membuat hatinya terasa menghangat.

'Ya Allah, ternyata benar godaan terbesar seorang laki-laki itu adalah perempuan.' Aidan mengalihkan pandangannya sejenak, dan berpikir mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk berbicara pada Jihan, lagipula Jihan sudah mengetahui tentang perasaannya.

"Jihan, orangtuaku sudah mengajukan pertanyaan padamu. Apa sekarang, bolehkah aku yang meminta jawabannya?"

Jihan menundukkan pandangannya dengan bibir mengatup, jujur saja ia masih bingung untuk mengambil keputusan. Ia kembali mengangkat pandangannya dan memberanikan diri menatap Dokter Aidan.

"Apa yang Dokter lihat dari saya? Sama sekali tidak ada yang istimewa, di luar sana ada banyak wanita yang jauh lebih baik, dan yang pastinya belum pernah menikah."

Aidan tersenyum mendengarnya. "Pada dasarnya menikahi seorang janda atau perawan hakikatnya adalah sama saja di mata Agama. Hal yang justru menjadi penting untuk dipertimbangkan saat seorang laki-laki memilih perempuan untuk dinikahi adalah karena kecocokan dengan seorang perempuan tersebut. Dan aku tidak menjadikan perawan sebagai ambisi. Aku sungguh berniat menghalalkan kamu bukan semata sebagai pelampiasan syahwat. Tapi, sebagai pembuka jalan untuk menyempurnakan separuh agamaku. Dan kamu adalah wanita pertama yang mampu menggetarkan hatiku, itulah keistimewaan yang ada di dalam dirimu, dan aku menjatuhkan pilihanku padamu.

Jika kamu mengizinkan, bolehkah aku masuk kedalam kehidupanmu bukan hanya sebagai imammu tapi juga ayah untuk Dafa?"

1
Indah Lestari
bagus 👍
ika
Luar biasa
Jetty Eva
typo thooor..Dafa bukan Aidan😊😊😊
Jetty Eva
Luar biasa
Jetty Eva
😁😁😁😁mama Denis n papa Kiara...🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ros
Kecewa
Ros
Buruk
Yati Syahira
pasangan iblis ,tunggu murkanya istri yg di dzolimi ,aksn ancur
Yati Syahira
laki laknat sama dgn mertua ntar nyungsep
imhe devangana
jngn blng klu dia dipecat, kejam sekali thor
biarlah dg jd clening service dia merenungi kesalahan & beruha memperbaikinya.
imhe devangana
ku harap pak vano jngn terlalu berlbihan menyiksa fahmi apalg ingin membals krn masa lalu menyiksa istrinya.jihan sj sdh ikhlas, thor kasian dafa klu tah7 ayahnya di perlakukan bgt meskipun dia ngk pernh mencr tp kan bundanya selalu menanamkan rasa cinta anaknya kepada ayahnya
imhe devangana
ahh papa denis bijak sekali 🥰🥰🥰
imhe devangana
cbaan sblm menikah
imhe devangana
emang nayra janda jg ya sblm menikah dg rian thor atau sempat cekcok dg rian sblm balikan🤔🤔🤔🤔
imhe devangana
bkn kah pak vano itu boss dr mantan suami jihan ya thor, maaf kku salah🙏
jngn2 nnti klu pak vano th klu fahmi menikah lg & menelantrkan anak istrinya fahmi di pecat.
imhe devangana
syukur bertm dg orng baik, mudah2an di t4 kerjanya nnti jg ngk ada yg cr2 mslh dg jihan
imhe devangana
klu hawa nafsu sdh menguasai, kebenaraan akan terlht salah h yg saalh akan selalu kelihatan benar.
imhe devangana
nikmati lah hari ibu dg mantu pilihan, ngk akan lm lg ibu yg akan kd bqbu dirumah anak sendiri. hukum karma akan segera dimulai
imhe devangana
ujian rumah tangga harta tahta & wanita.skrng suami jihan lg kepincut wanita lain mknya suka marah2
Elzatrisna Ismail
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!